Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Sunday, December 27, 2009

Menuju Perjalanan Abadi




Puji syukur aku panjatkan kehadirat-Mu yaa Allah atas limpahan rahmat dan karunia-Mu, atas petunjuk dan hidayah-Mu, aku hamba-Mu yang penuh kelemahan dan keterbatasan ini dapat menyusun sebuah karya kecil yang aku niatkan untuk memberi bahan renungan bagi saudara-saudaraku, keluarga, handai tolan dan semua kaum muslimin, agar mereka tidak tertipu dan terus menerus mengikuti keinginan hawa nafsunya.

Wahai saudaraku… Kau datang dari tiada, datang hanya singgah sementara, untuk mempersiapkan diri menuju perjalanan abadi. Tujuanmu bukan di sini, bukan untuk bermegah diri dan bersusah-susah untuk memperkaya diri. Dunia ini bukan tempat tinggal yang sebenarnya, dunia ini hanya untuk mempersiapkan bekal. Bekal yang akan kau bawa pulang ke negeri asalmu, mau atau tidak, kau pasti akan dipaksa untuk meneruskan perjalananmu.

Saudaraku…Mati adalah pintu yang paling tipis, yang membatasi dunia dan akhiratmu. Sedikit saja kau terpeleset, boleh jadi kau tersungkur menabrak pintu itu. Setelah kau mati barulah kau sadar.

Wahai saudaraku yang ingin selamat dalam perjalanan abadi di akhirat. Siapkan dirimu untuk menghadapi perjalanan yang dahsyat itu. Jangan kau abaikan keselamatanmu yang sesungguhnya.

Saudaraku… Di dunia ini banyak sekali contoh perjalanan manusia yang bisa kau ambil sebagai perbandingan menempuh perjalanan di akhirat nanti. Kau perhatikan itu, mereka yang terlunta-lunta di tengah jalan kehidupan. Kau amati itu, mereka yang kepayahan mencari kesenangan. Kau tanyakan kepada mereka yang pernah menderita karena mengejar harta. Kau tanyakan kepada mereka yang pernah sengsara. Bahkan kau bisa belajar dari perjalanan hidupmu sendiri.

Kau amati terus wahai saudaraku, orang yang menderita kelaparan berbulan-bulan. Kau perhatikan itu, mereka yang mengungsi ke negeri lain untuk menyelamatkan diri. Kau perhatikan pengungsi besar-besaran yang melanda bumi afrika. Kau lihat itu, mereka yaProxy-Connection: keep-alive
Cache-Control: max-age=0

menderita akibat perang.

Kau juga boleh bertanyProxy-Connection: keep-alive
Cache-Control: max-age=0

Mengapa setiap orang yang baru kembali dari perjalanan, selalu ingin menceritakan suka duka perjalanan yang baru dialami. Atau kalau ada orang yang akan melakukan suatu perjalanan, pasti dia akan bertanya kepada orang lain yang sudah melakukan perjalanan itu. Dia ingin mengetahui bagaimana kiranya suka duka perjalanan yang akan di tempuh ini, apa saja persiapan-persiapan yang harus dibawa agar tidak kesulitan dalam perjalanan.

Atau setiap orang yang akan menempuh perjalanan panjang, apalagi kalau perjalanan itu akan ditempuh berbulan-bulan, sudah pasti dia akan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Dia tidak ingin kehabisan bekal, dia tidak ingin menderita dalam perjalanan, dia tidak ingin kelaparan dan kehausan, dia tidak ingin terlunta-lunta di negeri orang.

Saudaraku…Pernahkah engkau mendengar orang bertanya tentang “perjalanan abadi” di akhirat ? Bukankah perjalanan akhirat itu diceritakan langsung oleh pemiliknya ?

Wahai engkau saudaraku yang memiliki rasa. Wahai engkau yang berakal. Wahai engkau saudaraku yang tidak ingin menderita dalam “perjalanan abadi” di akhirat. Wahai engkau saudaraku yang tidak ingin menyesal dalam penyesalan yang tidak pernah berkesudahan.

Bagaimana pun sengsaranya perjalanan dunia ini. Betapapun sulitnya hidup ini, masih ada tempat untuk mencari perlindungan, masih ada jalan keluar dari segala kesulitan dan masih banyak pohon yang tumbuh. Banyak buah-buahan yang bisa dimakan. Banyak air yang bisa diminum. Banyak barang kebutuhan kita yang tersedia di mana-mana.

Kalau kehabisan bekal, ada teman yang bisa membantu. Kalau ditimpa musibah ada saudara yang bisa menolong. Kalau menderita sakit, ada obat sebagai penawar dan ada keluarga sebagai penghibur. Kalau lemah tak berdaya, kalau sakit semakin parah, ada kendaraan yang akan membawa ke rumah sakit.

Wahai saudaraku yang ingin mengambil ibarat dari perjalanan ini…

Wahai saudaraku yang pernah menderita dalam hidup ini…

Wahai saudaraku yang pernah kelaparan…

Wahai saudaraku yang pernah meraung-raung kesakitan…

Wahai saudaraku yang pernah terlunta-lunta sepanjang hari…

Betapapun sakitnya di dunia ini, masih belum berarti apa-apa bila dibandingkan dengan kesengsaraan akhirat.

Mengapa saudaraku, berbulan-bulan engkau hanya mempersiapkan bekal untuk perjalanan dunia ?

Mengapa engkau lupakan yang akan kau bawa dalam perjalanan abadimu…? Perjalanan bukan sejuta tahun, bukan pula satu trilyun tahun, melainkan perjalanan dalam waktu yang tak terbatas.

Renungkan ini wahai saudaraku….Hidupmu hanya sebentar, berapa pun lamanya kau tidak abadi di dunia ini, kau pasti akan meneruskan perjalananmu.

Ke sana…

Ke akhirat itulah tujuan kita semua.

Alangkah ruginya hidupmu, kalau kau tidak memikirkan ini. Alangkah menyesalnya nanti, kalau kau tidak memanfaatkan hidupmu untuk mempersiapkan bekal yang akan kau bawa dalam menempuh perjalanan abadimu. Alangkah sengsaranya nanti, kalau kau abaikan keselamatanmu yang sesungguhnya. Kau akan mengangis dalam tangisan darah yang berkepanjangan. Kau akan menyesal dalam penyesalan yang tidak berkesudahan.

Manfaatkan hidupmu yang singkat ini dengan berbuat kebajikan. Tidak lama kau beramal, tidak juga susah kau berbakti, tidak pula rugi kau dalam ibadah.

Kalaupun tujuh puluh tahun kau menderita karena ibadah, biarlah menderita, tapi kau yang akan merasakan nikmat abadi sesudah matimu. Kau tidak akan menyesal. Kau malah akan berkata, biar seribu tahun aku menderita di dunia karena mengharap ridha Allah, sungguh semuanya tidak berarti apa-apa dibanding dengan kesengsaraan akhirat.

Saudaraku… Kemana pun kau akan pergi, kau pasti bertemu “mati”. Mati adalah sebuah pintu, setiap yang hidup pasti akan melewatinya. Siapapun engkau, apakah orang besar yang diagungkan, atau orang kaya yang berlimpah harta, atau dokter ahli yang mengobati penyakit, atau anak muda yang sehat segar, kalau maut sudah menjemput, kaupun pasti akan mati. Sebab mati itu bukan mencari orang sakit, bukan merenggut orang yang sedang kepayahan, melainkan mencabut nyawa orang yang telah tiba ajalnya.

Mati adalah “program: Allah yang tiada satupun makhluk yang bisa menghindarinya. Silahkan kau panggil semua dokter yang ada di dunia ini untuk mengobati orang yang sangat kau cintai. Silahkan kau habiskan seluruh hartamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit, tetapi pasti dan pasti tidak ada dokter yang dapat menyelamatkan seseorang dari “ajal”, tidak ada dokter yang dapat mengobati penyakit yang namanya “mati”.

Perhatikan wahai saudaraku…. Perjalanan ruh di saat akan berpisah dengan jasadmu dan meninggalkan dunia yang fana ini.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA diterangkan bahwa Allah SWT telah menciptakan satu bangsa “Malaikat Rahmat” yang membuat senang orang yang memandangnya karena wajahnya yang cerah, putih berseri-seri, sifatnya yang hormat dan peramah. Di samping itu, Allah SWt juga menciptakan satu bangsa “Malaikat Adzab”, Malaikat yang sangat menakutkan orang yang melihatnya, karena wajahnya hitam, matanya biru, nampak bengis dan kejam.

Apabila Malaikat Maut akan mencabut ruh orang yang shaleh, maka Allah menugaskan malaikat rahmat untuk mendapinginya. Setelah ruh itu keluar dari jasad, maka ruh itu diserahkan oleh malaikat maut kepada malaikat rahmat, yang kemudian membawanya menghadap hadirat Allah Swt dengan sopan dan hormat, sehingga ruh itu merasa aman dan bahagia, apa lagi mendapat pujian dari para malaikat yang dilaluinya.

Kemudia setelah ruh itu dihadapkan, lalu Allah memerintahkan malaikat rahmat agar membawa kembali ruh tersebut ke tempat asalnya secara baik-baik dan menempatkannya di tempat kediamannya. Di situlah ruh itu bisa melihat semua keluarga dan familinya yang hadir, sehingga tahu siapa diantara mereka yang sibuk bekerja dan siapa yang hanya ngobrol sambil tertawa-tawa. Ruh itu juga mendengar orang-orang yang sedang melayat. Ruh berkata selamat tinggal dan mohon maaf kepada ahli familinya yang hadir. Ucapan ruh itu bisa didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia.

Demikianlah, ruh itu bisa melihat dan mendengar pembicaraan orang-orang yang masih hidup, tetapi orang yang hidup tidak melihatnya dan tidak mendengar ratap tangisnya.

Sebaliknya, ruh orang kafir atau ruh orang yang banyak dosanya itu, setelah dicabut oleh malaikat maut, ruh itu diserahkan kepada malaikat adzab untuk dibawa kehadirat Allah Swt secara kasar, kejam dan ganas, sehingga sepanjang perjalanan ruh itu menjerit-jerit kesakitan, sementara para malaikat yang dilewatinya mencela dan mengutuk ruh celaka itu.

Setelah sampai ke hadirat Allah SWT, maka Allah memerintahkan malaikat adzab agar membawa kembali ruh itu ke tempat asalnya, dan meletakkannya di tengah ruangan rumah. Ruh itu pun melihat jasadnya sendiri serta sanak familinya yang hadir. Di situlah ruh tersebut melihat dan mendengar apa-apa yang mereka bicarakan. Ruh itu mohon maaf serta menyatakan penyesalannya atas segala dosa-dosa dan kesalahan yang telah ia lakukan selama hidup di dunia. Jerit tangisnya didengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan manusia. (Daqaaiqul Akhbaar).

Bersambung…

Saturday, December 26, 2009

Bayan Subuh Bayan Maulana Ahmad Lath


Maulana Ahmad Lath
Masyeikh India
Nizammuddin, New Delhi
India

Bayan Subuh
Bayan Maulana Ahmad Lath
Assalamu alaikum Wr Wb.

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih diberikan kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah SWT.

Segala sesuatu ada awalnya dan ada akhirnya, tetapi Allah adalah yang pertama yang tidak punya awal (The First that have no beginning) dan yang terakhir tetapi tidak punya pengakhiran (The last that have no end). Setiap ciptaan punya kehidupan dan kematian, tetapi Allah adalah yang hidup dan yang tidak pernah mati. Bahkan Allah yang menghidupkan, memberi kehidupan, dan yang mematikan, lalu membangkitkannya ciptaanNya.

Segala sesuatu yang mempunyai awal dan akhir telah dicatat di lauh mahfudz. Seseorang tidak dapat menghindari atau lari dari Rizki sebagaimana mereka tidak dapat lari dari kematian. Perkara ini telah Allah tetapkan di dalam Lauh Mahfudz 50.000 tahun sebelum Allah ciptakan segala sesuatu. Mati akan datang kepada kita walaupun kita dilindungi oleh benteng yang paling kuat. Dan Rizki akan datang kepada kita walaupun kita bersembunyi ditempat yang tidak diketahui manusia. Rizki dan Mati ini perkara yang tidak bisa dipisahkan. Tidak mungkin seseorang mati sebelum rizkinya habis. Mati ini akan datang setelah rizki kita habis. Tidak ada satu mahlukpun yang mati kekurangan rizki, mati dan rizki ini telah ditentukan. Mati ini ketentuan Allah, dan Rizkipun ketentuan Allah, namun Allah berikan kita asbab-asbab kematian dan rizki untuk menguji keyakinan kita.

Allah Maha mengetahui segala kejadian, dan segala kejadian ini adalah hasil kerjanya Allah Ta’ala. Seluruh Alam ini bergerak atas Qudrat dan IradahNya, Kekuasaan dan KehendakNya. Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi diluar izin Allah Ta’ala, semuanya harus ada izin Allah. Semua yang bergerak atas dasar ketaatan akan membawa Ridho Allah, dan semua yang bergerak atas kemaksiatan kepada Allah akan membawa murkanya. Semua yang terjadi dimasa lalu dan dimasa akan datang adalah perkara lama bagi Allah, bukan hal baru, semuanya telah Allah ketahui.

Pengorbanan disisi Allah tidak ada yang sia-sia, Allah akan berikan setiap pengorbanan, balasan yang baik dunia dan akherat. Allah akan gandakan setiap kebaikan yang kita buat sebanyak yang Allah mau nanti di akherat. Di dunia setiap kebendaan, harga diri, jabatan, harta yang kita korbankan untuk agama akan Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Di dunia, Allah akan masukkan kedalam mereka Ketaqwaan dan Qonaah ketika hidup di dunia. Di dalam kehidupan mereka akan Allah hadirkan suasana sakinah penghuni surga. Di akherat mereka akan Allah berikan kenikmatan yang tidak pernah terbesit oleh hati, terlihat oleh mata, bahkan terpikirkan oleh akal. Allah akan beri kita satu amal saja dengan balasan di akherat yang luasnya 10 kali lipat melebihi luas langit dan bumi.

Di akherat nanti semua orang akan terkejut melihat semuanya yaitu kedahsyatan huru-hara di akherat. Semua mata waktu itu akan terbuka selebar-lebarnya. Ketika inilah penglihatan sebenarnya akan dibukakan Allah, segala sesuatu yang ghaib akan terlihat. Semua yang tadinya hanya terdengar sebagai cerita telah menjadi kenyataan. Ketika itu semua orang akan sepakat dan satu kata : “Ya Allah, kini kami bersaksi akan kebenaran ini, dan kami menyesal. Kembalikanlah kami kedunia, maka kami akan beramal.” Namun ketika ini segala penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Semua orang akan menyematkan dirinya masing-masing. Bahkan seorang ibu yang rela mati didunia buat anaknya, tidak akan bisa atau mau menolong anaknya di akherat nanti.

Manusia ini sebenarnya buta, mereka tidak bisa melihat yang sebenarnya yaitu : kubur, mahsyar, shirot, surga, dan neraka. Padahal itu semua bukan cerita dongeng. Celakanya seorang yang buta bukan karena dia tidak bisa melihat, tetapi karena dia tidak mau mendengar orang yang bisa melihat. Sebagaimana para nabi yang telah melihat perkara yang ghaib memperingatkan kita yang buta tentang kehidupan sesudah mati. Para nabi AS ini adalah orang-orang yang telah Allah perlihatkan kehidupan sesudah mati. Bagi mereka dari kubur hingga surga dan neraka bukan lagi sebagai cerita, tetapi kenyataan yang menunggu umat manusia. Para Nabi dapat melihat hal yang sebenarnya, sedangkan kita tidak. Celakanya kita sebagai orang tidak dapat melihat adalah tidak mau mendengar kata Nabi sebagai orang yang bisa dan telah melihat.

Segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini ada batasnya, seperti penglihatan, pendengaran, kesehatan, umur, bahkan kesenangan dan kesedihan sekalipun. Tetapi setelah masuk kubur sesuatu yang terbatas menjadi tidak terbatas seperti penglihatan, pendengaran, umur, rasa sakit dan rasa senang. Semua batas akan Allah angkat, sehingga segala yang ghaib menjadi nyata setelah kita mati.

Allah menguji kita :

1. ketika kaya dan ketika miskin
2. ketika sehat dan ketika sakit
3. Ketika senang dan ketika susah
4. Ketika disakiti dan ketika mampu menyakiti
5. Ketika kita melihat kesenangan orang dan ketika kita melihat kesusahan orang.

Semua ini adalah ujian dari Allah, dan Allah catat semua perbuatan kita ini untuk dipertanggung jawabkan di pengadilan Allah. Allah telah uji Bani Israil ketika mereka dalam keadan susah, menjadi budak dan takut kepada Firaun. Lalu Allah keluarkan mereka dari budak firaun menjadi budak Allah, dari rasa takut terhadap firaun menjadi takut kepada Allah. Kehidupan Bani Israil setelah itu membaik, tidak ada lagi rasa takut, yang ada rasa aman dan sejahtera. Namun celakanya Bani Israil ini adalah ketika mereka dalam keadaan senang ini mereka lalai dan kufur dari Nikmat Allah. Mereka durhaka kepada Allah, sehingga Allah hancurkan mereka sebagaimana Allah telah hancurkan Firaun. Allah hinakan mereka seperti Allah hinakan Firaun. Allah binasakan dan hinakan mereka yang durhaka dan kufur kepada Allah seperti Iblis, Qorun, Firaun, dan lain-lain.

Tragedi terbesar dalam kehidupan manusia adalah bukan ketika ekonomi dunia hancur, atau ketika manusia gagal pergi ke mars, atau rusaknya odzon, tetapi ketika dunia ini telah kehilangan Nabi SAW. Kehadiran Nabi SAW ini di dunia ini adalah sebagai Rahmatan Lil Alamain, Rahmat bagi seluruh Alam. Satu-satunya nama yang bersanding dengan nama Allah di arasyNya. Keberkahan beliau tidak hanya untuk manusia saja, tetapi untuk binatang, tumbuh-tumbuhan, juga para jin sekalipun. Awan selalu menaunginya dari panas matahari, batu-batuan memberi salam kepadanya, pohon-pohon membungkuk kepadanya, binatang mengadu kepadanya, asbabnya Jinpun masuk kedalam Islam. Inilah kemuliaan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat Allah untuk seluruh alam. Karena beliau derajat umat ini naik disisi Allah melebihi derajat umat-umat sebelumnya.

Seseorang ini akan dinilai oleh Allah, sejauh mana ia mampu menyempurnakan hidupnya seperti hidup Nabi SAW. Hidupnya Nabi SAW adalah kesempurnaan hidup yang telah Allah buat untuk manusia mengikutinya. Kesempurnaan Hidup yang dicontohkan oleh Nabi ini adalah Cara Hidup Islam. Islam ini adalah cara hidup rasullullah SAW selama 24 jam. Setiap perbuatan dan perkataan Nabi SAW adalah amal. Semua kehidupan selain kehidupan Nabi SAW tidak mendatangkan nilai apapun disisi Allah Ta’ala.

Ketika Nabi SAW mengutus sahabat untuk mengantar surat kepada seorang Raja untuk menawarkan Agama. Nabi SAW menulis : Lihatlah sahabatku dan segala prilakunya jika engkau ingin mempelajari Islam. Pendidikan keimanan yang Nabi SAW ajarkan kepada para sahabat hasilnya membuat kehidupan Sahabat sulit dibedakan dengan kehidupan Nabi SAW. Inilah kesempurnaan Iman para sahabat sehingga Keberkahan Hidup yang Allah berikan kepada Nabi SAW juga Allah berikan kepada sahabat RA. Sahabat mengetahui tingginya nilai Iman dan Amal, sehingga segala sesuatu yang Nabi SAW lakukan, pasti mereka lakukan. Apapun yang dilakukan Nabi SAW menjadi agama dan mendatangkan nilai disisi Allah.

Nabi SAW bersabda, mahfum :

“ Berimanlah kamu seperti sahabat-sahabatku beriman.”
(Al Hadits)

Sahabat mencintai Nabi SAW melebihi cinta mereka kepada anaknya, ayahnya, istrinya, hartanya, bahkan jiwa mereka sekalipun. Mereka siap tidak mengakui anak mereka, orang tua mereka, harta mereka, kerabat mereka, jika itu semua dapat menjauhkan mereka dari nabi SAW. Seorang sahabat, Zaid RA, hendak dijemput oleh ayahnya yang telah terpisah bertahun-tahun. Tetapi Zaid RA menolaknya karena ia ingin selalu dekat dengan Nabi SAW. Abu Bakar RA pernah berkata kepada anaknya bahwa dia rela membunuh anaknya yang belum masuk islam di perang badr karena dia lebih mencintai Allah dan RasulNya. Sahabat tidak masalah hidup tidak berjumpa anak, istri, harta, dan orang tua mereka ketika hijrah ke madinah, namun sahabat RA tidurpun tidak bisa sebelum berjumpa dengan Nabi SAW.

Nabi SAW bersabda mahfum :

“Tidak Sempurna Iman kalian sebelum kalian mencintaiku melebihi hal-hal yang kalian cintai.”

Seseorang datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Saya ini benar-benar Mukmin (beriman).” Lalu Nabi SAW berkata, “Katakanlah saya ini muslim (Islam), bukan mengatakan saya ini mukmin (beriman).” Islam ini adalah cara hidup, sedangkan Iman adalah keyakinan yang sempurna dan mutlak kepada Allah. Jika kita sudah hidup dengan keyakinan yang sempurna maka hidup kita akan menjadi kehidupan yang penuh dengan karomah seperti kehidupan sahabat :

1. Suatu ketika Khalid bin Walid RA diminta untuk meminum Racun jika dia benar-benar yakin kepada Allah. Lalu Khalid RA meminum racun itu seperti dia meminum air putih. Bukannya mati setelah meminum racun, tatapi asbab meminum racun itu penyakit yang dideritanya malah hilang.

2. Sahabat Saad RA melintasi sungai dengan tentaranya tanpa air menyentuh telapak kaki kuda.

3. Sahabat hanya dengan sholat 2 rakaat dapat menyebabkan orang yang mati menjadi hidup kembali.

Ini semua dapat terjadi karena keimanan sahabat yang sempurna kepada Allah Ta’ala. Ketika seseorang menginjak semut apakah dia akan takut lalu menjerit ? tentu tidak karena semut itu kecil dimatanya. Inilah yang dilihat sahabat ketika menghadapi masalah seperti gempa, lahar gunung, tentara musuh, singa, racun, dan lain-lain. Mereka melihat masalah ini seperti mereka melihat semut kecil tadi. Semua masalah adalah mahluk Allah, mahluk tidak perlu ditakuti. Mahluk tidak dapat menyakiti tanpa seizin Allah.

Kelemahan dalam kehidupan manusia terjadi karena manusia tidak percaya dan tidak yakin pada Allah. Ini hanya menimbulkan kerugian dalam kehidupan mereka sendiri dan kehidupan setelah mati. Segala sesuatu dalam kehidupan manusia menjadi tidak beres bahkan mendatangkan mudharat kepada yang lain asbab manusia tidak yakin pada Allah. Jika semua manusia taat dan yakin pada Allah, maka tidak akan terjadi kerusakan dan kesedihan di dunia ini. Kerusakan dan penderitaan yang dihadapi manusia terjadi hanya karena mereka tidak mau taat dengan apa yang Allah bilang.

Agama akan datang dalam kehidupan kita jika kita ada fikir dan risau terhadap agama. Sebagaimana Agama datang kepada Ibrahim AS setelah beliau ada fikir atas agama, fikir atas penciptaan dan penciptanya. Agama turun di mekah setelah Nabi SAW ada fikir dan risau atas agama dan umat. Jika kita mempunyai fikir dan risau seperti Nabi SAW, maka kehidupan kita akan terbentuk seperti kehidupan Nabi SAW. Namun untuk dapat mendapatkan fikir dan risau ini diperlukan latihan yang terus menerus.

Kita harus bisa merubah keyakinan kita terhadap kebendaan menjadi yakin pada Allah dan Amal. Kebendaan yang kita miliki ini tidak akan pernah dapat memberikan kebahagiaan atau manfaat kepada kita, selain dari yang Allah telah tetapkan. Seluruh kebahagiaan ini merupakan pemberian dari Allah dan karena IradahNya, keinginanNya. Jika kita mau bahagia, berdo’a, minta saja pada Allah. Setelah berdo’a baru kita tunaikan hak dari berdo’a yaitu dengan melengkapi asbab-asbabnya.

Sahabat dahulu orang yang jahil, namun karena mereka berkorban banyak untuk agama, sehingga Allah ridho pada mereka dan Allah ampuni dosa-dosa mereka. Penting kita tingkatkan perngorbanan kita sehingga sampai kepada level pengorbanan para sahabat seperti Bilal RA, Kabab RA, Umair RA, dan lain-lain. Sahabat sampai disiksa karena mereka mempertahankan keyakinannya, sedangkan hari ini kita tidak ada yang menyiksa malah meninggalkan keyakinan kita. Inilah perbedaan keadaan kita sekarang dengan keadaan sahabat dulu. Allah akan sudi mengampuni kita dan mengangkat derajat kita di akherat, jika kita mau berkorban demi memperjuangkan agama Allah. Asbab pengorbanan dan ketabahan sahabat menghadapi penderitaan sehingga agama dapat wujud dalam diri mereka, keluarga mereka, dan umat di seluruh alam. Perlu kita tanamkan semangat dalam diri kita untuk melakukan pengorbanan yang sama dengan sahabat dalam mempertahankan agama Allah. Kemuliaan dan Kesuksesan yang di berikan Allah kepada sahabat RA akan di berikan kepada umat ini jika umat ini mau melakukan pengorbanan seperti yang dilakukan oleh para Sahabat RA.

Sahabat dahulu tidak pernah mencari alasan untuk meninggalkan ketaatan kepada Allah. Bahkan dalam keadaan beralasan sekalipun, seperti ada udzur sakit sekalipun, sahabat tidak pernah meninggalkan ketaatan kepada Allah. Hari ini umat diajak untuk taat malah mencari alasan untuk meninggalkan ketaatan. Suatu hari ada jemaah yang pergi ke daerah orang miskin. Lalu ada seorang miskin yang tidak pernah ke mesjid, di datangi oleh jemaah. Si miskin minta di do’akan agar ia dapat kerja, sehingga ia bisa ke mesjid. Sebab kemiskinannya telah menyebabkan dia sibuk mencari kerja dan menjaga anak. Ia berkata, “Saya tidak ada waktu ke mesjid sedangkan keluarga saya hidup kelaparan !” Lalu seminggu kemudian, ada pabrik buka di daerah si miskin tadi. Akhirnya si miskin tadi bisa mendapat pekerjaan. Selang berapa lama, akhirnya ada rombongan berikutnya masuk ke daerah si miskin tadi. Namun kali ini setelah di ajak untuk ke mesjid, dia berkata, ”Saya tidak ada waktu untuk ke mesjid karena saya sibuk kerja di pabrik dan mengurus keluarga.” Lalu jemaah berkata, “Kalau begitu saya do’akan tuan agar bisa punya waktu untuk ke mesjid.” Namun orang itu malah berkata, “Jangan pabrik itu baru buka, kalau kamu do’akan biar saya punya waktu luang berarti pabrik itu harus tutup. Kalau pabrik tutup saya dan keluarga saya mau makan pakai apa?” Hari ini umat di waktu yang luang dan waktu yang sempit tetap tidak bisa taat kepada Allah. Mau kehidupannya senang ataupun susah, tetap tidak dapat memberikan waktunya untuk Allah. Inilah umat saat ini, bisanya hanya mencari alasan untuk tidak taat kepada Allah. Sungguh beda kehidupan kita dengan sahabat RA.

Allah telah berikan agama kepada manusia untuk membedakan mereka dengan hewan. Jika kita lihat kehidupan hewan ini adalah kawin, melahirkan, makan, minum, kerja, cari makan, lalu mati. Tanpa agama, maka kehidupan kita tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan yang hina dan rendah. Begitulah Allah memandang manusia yang tidak mau taat pada Allah, seperti manusia melihat binatang. Kehidupan yang tidak ada agama di mata Allah adalah seperti kehidupan hewan yang hina di mata manusia. Kini kehidupan manusia sudah seperti kehidupan binatang karena jauhnya kehidupan mereka dari agama. Bahkan kini manusia asbab mereka jauh dari agama, hal-hal yang binatang tidak mau lakukan malah dilakukan oleh manusia. Seperti : orang tua membunuh anaknya dengan aborsi atau anak membunuh orang tua demi warisan. Padahal hewan pun masih bisa menjaga kasih sayang di antara keluarganya. Tanpa Agama kehidupan manusia bisa jadi lebih rendah dibanding kehidupan binatang.

Agama itu adalah cara hidup manusia yang telah Allah siapkan untuk di ikuti. Allah akan berikan kepada orang yang taat terhadap aturanNya, kebaikan-kebaikan dunia dan akherat. Di balik perintah Allah ini ada janji-janji Allah dan ada pertolongan dari Allah. Janji Allah dalam setiap perintahNya ini lebih pasti dibandingkan dengan janjinya seorang manusia. Allah sudah tetapkan cara hidup nabi SAW ini sebagai satu-satunya cara yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan hidup di dunia dan di akherat. Segala prilaku nabi, pekerjaan nabi, pola hidup nabi SAW telah Allah jadikan sebagai tolak ukur amal kebaikan yang mendatangkan pertolongan Allah. Sudah menjadi ketetapan Allah, selain dari kehidupan Nabi SAW hanya akan mendatangkan kesusahan dan penderitaan yang tidak terbatas. Semua cara hidup selain dari cara hidup Nabi SAW akan mengantarkan manusia kepada kebinasaan. Satu-satunya jalan hidup yang mendatangkan nilai disisi Allah hanya jalan hidup nabi SAW. Inilah yang di ikuti oleh para sahabat, dan inilah yang harus kita ikuti. Jika kita mau mengikuti kehidupan Nabi dan para Sahabat maka nanti Allah akan bangkitkan kita bersama mereka, bukannya bersama Firaun, Qorun, atau Hamman.

Dalam hadits mahfum :

“Barang siapa yang mengikuti kehidupan suatu kaum maka Allah akan bangkitkan dia bersama kaum yang di ikuti tersebut” ( Al Hadits )

Akherat adalah kehidupan yang terbentuk dari amal yang kita lakukan di dunia. Apakah orang itu ketika hidup di dunia memilih hidup cara kekasih Allah atau cara Musuh Allah. Jalan kehidupan Nabi SAW adalah satu-satunya jalan hidup yang dapat menghantarkan kita kepada SurgaNya Allah Ta’ala. Inilah yang namanya jalan keselamatan atau Darrussalam. Para Nabi dan sahabat mengajak manusia kepada jalan keselamatan, sedangkan musuh-musuh nabi mengajak manusia kepada jalan kebinasaan. Allah beri kita kebebasan untuk memilih jalan hidup, jalan mana yang mau kita ambil. Salah ambil keputusan akibatnya adalah kesengsaraan yang tidak ada batasnya. Seseorang menjelang sakratul maut, maka Allah akan tampakkan kepadanya Surga dan Neraka sebagai tempat dia kembali. Kehidupan yang wujud amal-amal agama akan mengantarkan seseorang ke surgaNya Allah. Kehidupan yang tidak wujud amal-amal agama akan mengantarkan orang tersebut ke Neraka JahannamNya Allah.

Iman ini mempunyai rasa, sama seperti rasa buah-buahan, ada yang manis, ada yang hambar, dan ada yang asam. Namun Iman ini hanya bisa dirasakan oleh kita sendiri bukan orang lain. Ketika seseorang suka terhadap suatu makanan, tanpa disuruhpun orang tersebut akan memakannya lagi dan lagi. Begitu juga orang yang merasakan manisnya usaha Iman. Iman ini akan terasa manis sejauh mana kita mengenal Allah. Di mulai dari Allah adalah Rabb kita, yaitu pemelihara tunggal. Jika kita telah mengenal dan meyakini bahwa Allah adalah Rabb kita, maka kita akan menyibukkan diri kita hanya dengan ketaatan kepada Allah. Namun hari ini asbab manusia tidak yakin Allah sebagai pemelihara mereka, yang rizkinya adalah Allah yang menanggung, sehingga hari ini banyak manusia yang lari mencari pertolongan dari selain Allah. Rizki manusia ini seluruhnya datangnya dari Allah, berapa jumlahnya dan kapan habisnya ini hanya Allah yang tau. Rizki ini tidak harus berupa makanan dan kebendaan, tetapi bisa juga berupa ketaatan. Nanti akan datang suatu masa dimana sengan dzikir saja Allah akan berikan orang itu kekenyangan.

Jika Iman lemah maka ibadah-ibadah lain akan lemah, dan do’apun akan melemah. Do’a kita akan mempunyai kekuatan jika Iman kita kuat. Iman yang kuat akan membuat do’a menjadi efektif. Saat ini yang paling penting buat kita adalah bagaimana selama 24 jam ini kita pelihara dan tingkatkan Iman kita. Jadikan usaha atas Iman ini seperti kita menghirup udara, tidak mungkin kita stop menghirup udara. Jika kita keluar 4 bulan setiap tahun, itu baru 1/3 dari udara yang kita perlukan. Mengapa hari ini kita tidak bisa menikmati yang namanya Iman, ini karena kita tidak ada usaha atas Iman. Rasa dari suatu usaha akan timbul dari pengorbanan kita atas usaha tersebut.

Iman akan terasa manis ketika kita mengetahui dan mengenal Allah sebagai Rabb kita. Ketika ini kita akan lupakan pekerjaan kita, kita akan lupakan, perdagangan kita, kita akan lupakan pertanian kita, yang kita mau lakukan hanya menyenangkan Allah. Kita harus mempunyai keyakinan bahwa Allah adalah Rabb kita satu-satunya, pemelihara tunggal. Dari yakin yang kuat akan menghasilkan amal yang kuat. Amal yang berkeyakinan inilah yang Allah mau. Sejauh mana kita menyenangkan tuan kita, sejauh itu tuan kita akan memelihara kita dengan baik, seperti inilah antara Allah dengan hambanya. Jika Allah tunjukkan dirinya pada kita, maka segalanya akan berubah bagi kita di dunia ini. Kita akan melupakan dunia dan hanya mengabdi pada Allah. Mudah saja bagi Allah membuat manusia ini beriman, tetapi yang Allah mau adalah melihat manusia ini berkorban untuk perkara Iman. Allah sudah punya malaikat sebagai ahli ibadah yang dapat mengetahui langsung Allah sebagai Rabb seluruh alam. Inilah yang menyebabkan iman manusia lebih afdhol dibanding iman para malaikat.

Manusia mempunyai tradisi, namun jika agama sudah siap kita ambil sebagai pedoman hidup, maka yang namanya tradisi ini harus ditinggalkan. Dan Agama juga bukan tradisi atau sekedar ibadah-ibadah formalitas. Kita membuat agama menjadi tradisi dan formalitas karena kita tidak mengenal agama kita sendiri. Agama ini adalah solusi bagi seluruh masalah kita jika kita yakini dan kita jalani dengan benar. Masalahnya hari ini karena kelemahan Iman kita, sehingga kita jalani agama ini sebatas rutinitas ibadah dan formalitas. Untuk dapat menghilangkan tradisi adat istiadat dan ibadah formalitas, kita harus yakin dulu pada perintah Allah dan apa yang diucapkan oleh Nabi SAW. Jika kita tidak mau meninggalkan tradisi demi perintah Allah dan sunnah Nabi SAW maka adzab Allah akan turun. Masalah akan datang jika kita tinggalkan perintah Allah dan Sunnah Nabi SAW. Sedangkan adzab Allah ini terjadi di dunia dan di akherat, di duniapun Allah akan adzab kita jika kita tidak mau taat.

Segala sesuatu yang kita lakukan ini di dunia telah tercatat oleh malaikat “Kiroman Katibin”, Malaikat pencatat. Ini adalah suatu kenyataan yang tidak bisa di pungkiri oleh orang yang mempunyai Iman. Semua alat tubuh kita dari tangan, kaki, mata, telinga, perut, hati, dan fikiran adalah alat untuk mendapatkan Iman. Jika ini tidak kita gunakan untuk Allah, maka kita akn gunakan untuk selain Allah, dan ini akan Allah hisab. Semuanya akan menjadi saksi atas amal baik dan amal buruk yang kita kerjakan. Peralatan tubuh ini dapat menjadi alat untuk mendapatkan Iman atau merusak Iman, semuanya tergantung pada kita. Kita akan di hisab oleh Allah untuk setiap waktu yang di gunakan, nikmat yang telah di berikan,amal yang telah di kerjakan, dan keburukan yang telah kita lakukan. Segala hasil yang kita terima di kehidupan Akherat akan dinilai dari kebaikan dan keburukan yang kita lakukan di dunia.

Perbedaan antara orang kafir dan orang beriman terletak pada keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati. Hari ini kenapa kehidupan kita tidak jauh seperti orang kafir. Ini karena keyakinan kita terhadap kehidupan sesudah mati sama seperti mereka. Kalau kita mempunyai keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati, maka seluruh nikmat dunia kita akan terasa hambar dan kita hanya akan memikirkan kehidupan akherat kita saja. Ketika kita berikrar :

1. Rodhi tubillah hi Rabba :
Mengakui Allah sebagai Rabb kita

2. Wabil Islami Dina :
Mengakui Islam sebagai Cara Hidup kita

3. Wabil Muhammaddiya wa Rasulla :
Mengakui Muhammad sebagai Rasul

4. Wabil Qur’anni Imama wa Hakama :
Mengakui Qur’an sebagai Imam dan sumber hukum

Jika ini sudah kita ikrarkan maka sudah seharusnya tugas kita tidak lain adalah menyenangkan Allah semata. Segala Imbalan yang Allah berikan kepada kita di dunia dan di akherat hanya bisa di dapat dengan Agama. Sejauh mana kita menjalankan ini secara sempurna, sejauh itu Allah akan memberikan kepada kita imbalan di dunia dan di akherat. Nabi SAW telah memberikan hidupnya selama 24 jam kepada manusia untuk di ikuti, dan tidak ada yang dirahasiakan Nabi SAW kepada manusia.

Dengan Dakwah maka akan tercipta suasana Imaniat dan suasana Amaliat. Jika suasana Agama terbentuk maka Iman kita akan terjaga dan terpelihara. Suasana Amal Madinah adalah salah satu sarana yang menyebabkan Iman para sahabat terpelihara dan terjaga. Sahabat berkata “Tuhanku adalah tuhan yang satu yaitu Allah dan Nabiku adalah Muhammad Rasullullah. Tiada cara hidup lain yang saya ikuti selain cara hidup Rasullullah SAW. Hidupku hanya untuk Allah dan RasulNya semata. Seluruh yang aku miliki hanya untuk Allah dan Rasulnya semata.” Inilah keyakinan sahabat, sehingga berbagai penderitaan dan cobaan sanggup mereka lewati.

Iman sahabat adalah bukti Iman dan kehidupan yang sempurna. Kehidupan Nabi SAW adalah contoh kehidupan yang sempurna disisi Allah. Sahabat semuanya dapat mengikuti kehidupan yang telah di contohkan oleh Nabi SAW. Para kaum kafirin dengan siksaan yang telah mereka berikan kepada sahabat, berharap agar sahabat mau meninggalkan keimanan mereka. Namun apa yang terjadi, justru asbab penyiksaan para kaum kafirin, Iman sahabat jadi meningkat, tidak berkurang sedikitpun. Bilal RA pernah di tanya kapan masa dia paling bahagia, dia menjawab, “Ketika aku disiksa oleh majikanku Abu Jahal ketika itu, di panggang dibawah terik matahari dan di tindih dengan batu yang besarnya melebihi bobotku.” Inilah asbab keimanan sahabat yaitu dengan pengorbanan dan bersusah payah untuk Iman.

Sahabat disiksa karena melakukan usaha atas Iman. Sahabat juga berdagang, hanya saja perdagangan mereka sering diganggu oleh kaum kafir asbab usaha dakwah yang mereka lakukan. Inilah pengorbanan sahabat buat agama. Untuk perkara ini kita perlu siapkan diri kita berkorban seperti Sahabat RA. Tahap pertama adalah belajar berkorban keluar di jalan Allah untuk mendapatkan Iman.

Penulis : Buya Atha'illah

Dalil Tentang Shaum pada hari Asyura


Menurut sebagian riwayat, saum Asyura itu merupakan kebiasaan Yahudi. Mereka mengerjakan saum tersebut dalam rangka memperingati peristiwa terselamatkannya Bani Israil dari kejaran musuhnya. Karena itu, mereka menamai hari Asyura itu dengan hari Shalih, yaitu hari kejayaan bagi kaum Bani Israil, serta Nabi Musa saum pada hari tersebut.

Berbeda halnya dengan umat Islam, meraka saum Asyura itu bukan semata-mata memperingati peristiwa terselamatkannya Nabi Musa beserta kaumnya, melainkan mereka melakukan aum Asyura itu hanya karena disyariatkan oleh Allah dan RasulNya. Jadi, walaupun ada perbedaan antara kaum muslimin dan kaum yahudi, yaitu sama-sama saum pada hari Asyura namun keduanya berbeda niat dan tujuannya. Oleh sebab itu, tidak benar bila ada orang yang beranggapan bahwa Islam itu meniru kebiasaan-kebiasaan yahudi. Bahkan Nabi saw sendiri selalu berusaha untuk berbeda dengan kaum yahudi dalam hal apapun.

Jumlah hari yang disyariatkan saum Asyura

Dalam hal menentukan berapa hari saum asyura itu, para ulama berselisih, menjadi tiga golongan :

Golongan pertama, berpendapat saum Asyura jatuh pada tanggal sepuluh Muharam saja. Pendapat pertama ini berdalil dengan hadis-hadis shahih yang menyatakan bahwa Rasulullah saw melaksanakan saum tersebut sebagaiman keterangan hadis-hadis yang telah diutarakan diatas.

Golongan kedua, berpendapat saum Asyura jatuh pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharam. Pendapat kedua ini berhujjah dengan hadis riwayat Muslim :

Pada saat Rasulullah saum pada hari Asyura dan beliau memerintah saum (kepada para sahabat), mereka berkata “Ya Rasulullah, sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang yahudi dan nasrani” Rasulullah saw bersabda “kalau tahun mendatang masih ada (aku masih hidup), Insya Allah kami akan saum pada hari yang kesembilan” Ternyata hari asyura tahun mendatang itu belum tiba Nabi saw wafat. H.R Muslim No. 1134

Adapun sabda beliau “bila tahun mendatang masih ada( aku masih hidup), kami akan saum pada tanggal sembilan” ini tetap menjadi syariat walau pun beliau tidak sempat melakukanya, Sebab dengan apa yang diucapkannya tidak disetujui, tentu Allah akan menurunkan wahyu sebagai teguran.

Allah berfirman :

Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain wahyu yang diwahyukan (kepadanya) (Q.S AN-NAJM:3-4)

Jadi, apa yang direncanakan oleh Rasulullah saw untuk melaksankan saum tatsu’a (hari kesembilan), itu tetap merupakan syariat dan bukan keinginan beliau semata, Oleh karena itu para ulama menamainya sunah hamiyah.

Lebih tegas lagi diterangkan dalam hadis Ibnu Abbas :

Dari Ibnu Abbas ia berkata “Saumlah kelian pada hari yang kesembilan dan kesepuluh dan berbeda lah kalian dengan orang-orang yahudi” H.R Al-Baihaqi dan Abdu Razak

Golongan ketiga, berpendapat saum Asyura jatuh pada tanggal sambilan dan sepuluh dan sebelas. Pendapat ini berhujjah dengan hadis riwayat Ahmad ;

Husaim berkata “telah menggambarkan kepada kami Ibnu Abi Laila dari Daud Ali Daru ayahnya dari kakeknya yakni Ibnu Abbas ia berkata “Rasulullah saw Bersabda “saumlah kalian pada hari Asyura dan berbedalah dengan orang yahudi. Saumlah kalian sebelumnya satu hari (tanggal sembilan) dan setelahnya (tanggal sebelas):. H.R Ahmad No:2154

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Bazar. Dan keduanya sama-sama meriwayatkan melalui dua orang rawi daif, yaitu bernama Muhammad bin Abu Laila dan Daud bin Ali al-hasyimi.

Nama lengkap ibnu Abi laila adalah Muhammad bin Abdir Rahman bin Abi Laila.

Imam An-Nasai mengatakan “laisa bil Qawi (tidak kuat)”

Abu Hatim mengatakan “keberadaanya shaduq (jujur), tetapi ia jelek hafalannya. Ia sibuk karena menjadi Qadi dan hapalannya pun jelek. Hadisnya ditulis tetapi tidak dijadikan hujah” lihat Tahdzibul Kamal 25:622

Adapun mengenai Daud bin Ali al-Hasyimi, Asyaukani berkomentar “Riwayat Ahmad ini daif munkar, melalui jalur Daud bin Ali dari ayahnya dari kakeknya. Ibnu Abi Laila (pun) meriwayatkan darinya. Nailul Authar 4:313.

Maka hadisnya yang ada ziyadah Au ba’dahu yauman di atas tidak bias dijadikan dalil akan adanya saum pada hari kesebelas. Oleh karena itu yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya adalah saum Asyura jatuh pada hari kesembilan dan kesepuluh saja.

Bagi kaum muslimin yang selalu antusias terhadap pahala dari Allah. Maka jangan diragukan lagi bahwa saum Asyura itu merupakan sunah Nabi yang hukumnya sunat. Bahkan saum Asyura ini merupakan salah satu media untuk meringankan atau menutup dosa-dosa yang telah lalu. Nabi saw telah menjanjikan :

Saum hari Asyura dapat menutupi (dosa) satu tahun yang telah lalu. H.R Ahmad.

Selain itu, dalam riwayat yang lain dinyatakan saum pada bulan Muharam itu saum yang paling utama setelah saum Ramadhan :

Dari Abu Hurairah ra Nabi saw beliau bersabda “saum yang paling utama setelah (saum) Ramadahan adalah (saum) bulan Allah Muharam” H.R Muslim

Dalil - dalil berikut ini adalah jawaban-jawaban dari para jamaah yang dijawab langsung oleh Habib Munzir Al Musawwa

1. Sabda Rasul saw : “sebaik baik puasa setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram” (shahih Ibn Hibban hadits no.3636)
2. Sabda Rasulullah saw : “puasa hari asyura menghapus dosa setahun yg sebelumnya” Shahih Muslim hadits no.1162)
3. sunnah membelanjakan hadiah untuk istri dan keluarga di hari asyura, dan para sahabat menjadikan puasa untuk anak2 mereka yg masih bocah pula, diriwayatkan dalam beberapa hadits pada shahih muslim bahwa shabata mengumpulkan anak anak bocah mereka di masjid dan membuatkan mainan mainan untuk mereka, bila mereka menangis karena lapar maka mainan itu diberikan pada mereka untuk melupakan lapar dan hausnya. (shahih Muslim).
4. mengenai puasa di bulan muharram yg terbaik adalah pada tanggal 9-10.
5. dan riwayat shahih menyatakan bahwa puasa paling afdhal setelah ramadhan adalah di bulan muharram.
6. Niat Puasa Aasyura (10 Muharram) :
” NAWAYTU SHAUM ASYURA SUNNAH LILLAHI TA’ALA”
7. Puasa 10 muharram adalah sunnah Rasul saw, demikian belasan hadits riwayat shahih Bukhari dan shahih Muslim dan lainnya, riwayat shahih Muslim bahwa Rasul saw bersabda puasa 10 muharram menghapus dosa setahun,
riwayat shahih Ibn Hibban sebaik baik puasa setelah ramadhan adalah puasa asyura (10 muharram).Dalam madzhab syafii (madzhab kita), berpuasa adalah pada 9-10, karena Imam Syafii berfatwa terdapat hadits Rasul saw bahwa jika aku menjumpai tahun yg akan datang aku akan berpuasa 9 dan 10 muharram, namun beliau wafat dan tidak sempat melaksanakan puasa 9 - 10,
namun Imam syafii berfatwa bahwa puasa 9-10 jauh lebih berhak dilakukan, demi tidak menyamai yahudi yg berpuasa hanya pada 10 Muharram saja, karena Rasul saw selalu mengajarkan untuk tidak menyamakan diri dg yahudi dan nasrani.

Keutamaan Hari Asyura


“Barangsiapa yang berpuasa pada hari Asyura (tanggal 10) dari Muharram, maka Allah Swt akan memberi kepadanya pahala 10.000 malaikat. Barangsiapa yang berpuasa pada hari Asyura dari Muharram, maka ia akan diberi pahala 10.000 orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah, dan 10.000 orang yang mati syahid. Barangsiapa yang tangannya mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, maka Allah Swt mengangkat satu derajat pada setiap rambut yang di usapnya. Barangsiapa yang memberi buka puasa seorang mukmin pada malam Asyura, maka seolah-olah ia memberi buka dan mengenyangkan perut segenap ummat Muhammad saw”

Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, sungguh Allah mengutamakan hari Asyura melebihi hari-hari yang lain” Beliau bersabda : “Ya Allah Swt menciptakan gunung pada hari Asyura, Dia menciptakan lautan pada hari Asyura, Dia menciptakan lauh dan qalam pada hari Asyura, Dia menciptakan Nabi Adam pada hari Asyura, Dia menciptakan Hawa pada hari Asyura, Dia menciptakan surga dan memasukkan Nabi Adam ke dalam surga pada hari Asyura, Nabi Ibrahim lahir pada hari Asyura dan memerintahkan menyembelih Ismail pada hari Asyura dan menyelamatkan anaknya Ismail dari penyembelihan pada hari Asyura, Dia menenggelamkan Fir’aun pada hari Asyura, Dia menghilangkan cobaan Nabi Ayyub pada hari Asyura, Allah menerima taubat Nabi Adam pada hari Asyura, Dia mengampuni dosa Nabi Dawud pada hari Asyura, Dia mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman pada hari Asyura, Nabi Isa dilahirkan pada hari Asyura, Allah mengangkat derajat Nabi Idris dan mengangkat Nabi Isa ke langit pada hari Asyura, Nabi saw lahir pada hari Asyura dan hari kiamat nanti jatuh pada hari Asyura.”

Friday, December 25, 2009

Maksud Hidup Manusia


Bayan Maghrib H. Cecep Firdaus

Di dunia ini ada berbagai macam usaha ada yang namanya usaha perdagangan, pertanian, pertokoan, perindustrian, perbaikan kesehatan, dan lain-lain. Namun dari sekian banyak usaha yang ada, usaha yang paling tinggi, yang paling mulia, dan paling bernilai disisi Allah adalah usaha para Nabi. Usaha Nabi ini adalah usaha pilihan. Sehingga begitu tingginya, begitu mahalnya, begitu mulianya usaha para Nabi ini maka hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjalankan usaha ini dan jumlahnya tidak banyak. Jadi orang yang bisa menjalankan tugas ini hanyalah orang-orang pilihan Allah saja. Sedangkan usaha selain usaha Nabi ini jumlah orang yang terlibat di dalamnya sangat banyak bahkan tidak terhitung jumlahnya. Dari jaman Nabi Adam AS sampai sekarang berapa banyak yang menjadi petani, pedagang, pengusaha, pejabat, dokter, bahkan raja sekalipun ? jawabnya jumlahnya banyak, tidak terhitung. Tapi usaha Nabi ini jumlah orang yang mengambilnya terbatas hanya ada 124.000 Nabi.

Kalau usaha-usaha yang lain objek dari usahanya adalah kebendaan. Seperti :

1. Pertanian : Object usahanya adalah tanaman
2. Perdagangan : Object usahanya adalah barang
3. Industri : Object usahanya adalah bahan olahan
4. Teknologi : Object usahanya adalah mesin / alat
5. Dan lain-lain

Tetapi usaha nabi ini berbeda dengan usaha-usaha yang lain, objek usahanya bukan kebendaan, objek usahanya adalah manusia. Medan kerja daripada para Nabi itu adalah manusia. Bekerja atas manusia, inilah pekerjaan yang paling tinggi. Karena kedudukan manusia dalam kehidupan ini seperti jantung pada badan manusia atau seperti kedudukan hati dalam badan kita. Sebagaimana Nabi sabdakan kepentingan daripada hati ini, dalam hadits mahfum :

“ Dalam setiap tubuh manusia ini ada segumpal daging. Kalau daging ini baik maka akan baik seluruh tubuhnya. Kalau daging ini buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya. “ (Al Hadits )

Apakah yang dimaksud dengan segumpal daging itu ? itulah Hati. Kalau hati manusia itu baik, maka akan baik seluruh amal perbuatannya. Kalau hati manusia itu buruk, maka akan buruk seluruh amal perbuatannya. Begitulah kehidupan yang baik dan tidak baik dalam dunia ini bukan disebabkan karena kemajuan dari pada kebendaan-kebendaan tetapi bergantung pada manusianya. Kalau manusia ini baik maka dunia ini akan menjadi baik keadaannya. Kalau manusia ini buruk maka dunia ini akan menjadi buruk keadaannya. Untuk memperbaiki keadaan di dunia, para Nabi membuat usaha perbaikan atas manusia. Sebab keburukan-keburukan yang ada atau yang terjadi di dunia ini akibat daripada amal-amal buruk manusia. Firman Allah Mahfum :

“Telah terjadi kerusakan-kerusakan di daratan dan di lautan di sebabkan oleh perbuatan (amal buruk) manusia.” (Al Qur’an )

Orang menyebutkan sekarang ini jaman kemajuan. Padahal kalau diperhatikan kemajuan yang ada pada jaman ini adalah kemajuan daripada kebendaan. Kalau kita perhatikan manusianya sendiri telah merosot kepada derajat yang sangat rendah dan hina. Kebendaan diperjuangkan oleh manusia pada hari ini, dari tidak berharga menjadi berharga, dari tidak bermanfaat dari bermanfaat, dari tidak indah menjadi indah. Inilah kerja manusia di jaman ini, yaitu merobah memajukan daripada kebendaan. Tapi manusia tidak sadar, dirinya sendiri telah merosot menjadi rendah dan hina. Ini terjadi karena kita sudah meninggalkan daripada usaha kenabian yaitu usaha perbaikan atas pada manusia. Yang mana usaha kenabian ini telah diamanahkan, dan diwariskan kepada ummat Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi SAW wafat sampai hari kiamat tidak akan ada lagi Nabi, tetapi usaha kenabian ini harus tetap ada. Dan usaha ini karena Nabi SAW sudah tidak, maka telah dilimpahkan kepada kita semua yang mengaku sebagai ummat Nabi SAW. Tetapi masalahnya kita sudah meninggalkan daripada usaha ini, sibuk atas kebendaan-kebendaan. Sehingga kebendaan pada jaman ini mengalami kemajuan daripada jaman-jaman sebelumnya. Namun manusianya telah merosot hingga kederajat yang rendah dan hina. Hanya tampang dan jasadnya saja manusia, tetapi akhlaqnya dan amal perbuatannya merosot hingga menjadi seperti hewan, bahkan lebih rendah dan lebih hina daripada hewan.

Maulana Said Ahmad Khan yang tinggal di Madinah menceritakan dulu di Madinah ada seorang ulama dia bermimpi berada di pasar. Dan di pasar itu banyak barang-barang diperjual belikan dan banyak juga manusia hilir mudik sebagai penjual dan pembeli. Namun di dalam mimpinya itu, ketika ulama ini menghadapkan wajahnya, melihat ke langit, dilihatnya langit itu seperti cermin memantulkan bayangan yang ada dibawah. Semua barang-barang yang diperjual belikan dibawah ini yaitu dipasarnya, semuanya ada terlihat di cermin tersebut. Tetapi yang heran, manusia-manusia yang sebagai penjual dan pembeli yang ada disitu, tidak ada atau tidak nampak pada cermin itu, yang ada hanya hewan-hewan. Yang ada pada cermin dilangit itu adalah monyek, ular, babi, dan lain sebagainya. Maka keesokan harinya si ulama ini pergi bertanya pada ulama yang lain mengenai apa arti atau makna mimpi tersebut. Ulama yang ditanya menjawab bahwa itulah manusia di jaman sekarang, jasadnya manusia tetapi hati dan akhlaqnya sudah berubah menjadi seperti binatang.

Manusia kalau tidak diperjuangkan maka dia akan merosot menjadi rendah dan hina. Kata Ulama karena manusia ini diciptakan daripada unsur tanah, maka manusia ini mempunyai kesamaan sifat dengan tanah. Apa sifat tanah ? Tanah kalau tidak digarap mempunyai 4 fase :

1. Fase ditumbuhi rumput-rumputan Binatang ternak : sapi, kambing
2. Fase ditumbuhi ilalang / semak belukar Binatang buas : singa, macan, srigala
3. Fase ditumbuhi pepohonan Binatang perusak : monyet, babi
4. Fase Hutan Belantara Binatang berbisa : ular, kalajengking

Kalau tanah ini tidak digarap atau diusahakan maka diatasnya akan tumbuh rumput-rumputan. Kalau diatas tanah itu tedapat rumput-rumputan maka yang datang kepada tanah itu adalah binatang ternak, seperti : kambing, sapi, kerbau, yaitu pemakan rumput. Begitulah keadaan manusia ini kalau tidak diperjuangkan, dia sifatnya akan seperti binatang ternak. Apa sifat binatang ternak ? sifat binatang ternak itu “Egois” dan dzikirnya “Makan”. Hanya memikirkan makan saja, sehari-hari hanya memikirkan makan saja. Dan ketika makan itu dia tidak akan memikirkan nasib teman-temannya., tetangganya, kerabatnya, yang penting dia kenyang sendiri. Ketika makan dia tidak punya ethic atau adab, ini rumput dia atau rumput temannya sama saja. Apa yang dia suka itu yang di makan, walaupun rumput itu ada didepan temannya. Kalau temannya kelaparan dia tidak ada niat untuk memberi atau mengasih kepada yang kelaparan itu. Dia tetap saja akan makan sendiri. Kalau ada temennya sakit tidak ada usaha untuk menengok atau mengusakan kesembuhan untuk temannya. Kalau sama-sama diperjalanan, kawannya membawa beban yang berat, sehingga kawannya terjatuh tidak kuat berjalan, dia tidak akan berhenti dan menolong temannya yang terjatuh atau memindahkan beban barang untuk ditanggung sebagian. Dia akan tinggalkan kawannya dan terus berjalan tidak peduli dan tidak acuh pada penderitaan temannya. Walaupun kawannya jatuh dan mati dia tidak akan ambil peduli. Itulah sifat daripada binatang ternak. Begitulah kata ulama jika manusia ini tidak diperjuangkan, maka akhlaq atau sifatnya akan menurun menjadi seperti binatang ternak. Dia hanya akan mementingkan diri sendirinya saja, tidak peduli kepada yang lain, yang penting dia kenyang sendiri dan senang sendiri, yang lain susah tidak perlu dipikirkan. Tidak ada program untuk menolong atau membantu teman atau tetangga yang kesusahan, hanya mementingkan diri sendiri saja. Orang lain mederita atau sakit tidak ada usaha untuk menengok, menghibur, atau menyembuhkannya. Orang lain bebannya berat tidak peduli atau tidak mau menolong membantu meringankan daripada kesusahannya. Kalau kita lihat manusia-manusia yang seperti ini sudah wujud atau sudah ada di dunia ini. Dan sudah banyak yang akhlaqnya seperti ini.

Kalau tidak diperjuangkan lagi, tidak digarap, maka padang rumput itu akan berubah menjadi semak belukar, menjadi padang alang-alang. Dan ketika sudah berubah menjadi padang ilalang maka yang akan datang adalah bukan lagi binatang ternak, tetapi binatang buas seperti singa, harimau, srigala. Binatang buas seperti itu suka pada padang ilalang. Dan sifat-sifat binatang buas ini lebih buruk daripada sifat binatang ternak. Kalau binatang ternak tadi sifatnya egois, mementingkan diri sendiri, tetapi dia tidak merusak kepada yang lain. Kalau binatang buas ini untuk kepentingan dirinya, untuk mengenyangkan dirinya, dia binasakan hewan yang lain. Singa ini menerkam kuda, kambing, kerbau, rusa, menerkam binatang-binatang yang lain, untuk memenuhi daripada kebutuhannya. Maka begitu juga jika diri manusia ini jika tidak diperjuangkan maka dia akan merosot akhlaqnya seperti akhlaq binatang buas. Untuk kepentingan dirinya dia hancurkan yang lain, dan dia binasakan yang lain. Yang semacam ini sudah kita lihat banyak pada diri manusia saat ini. Bentuknya manusia tetapi sifatnya seperti binatang buas. Pekerjaannya membinasakan, menghancurkan, menyusahkan kehidupan daripada yang lainnya, untuk kepentingan dari pada dirinya.

Jika tanah itu tidak digarap lagi maka yang tumbuh berikutnya setelah padang ilalang akan tumbuh pohon-pohon yang tinggi-tinggi. Kalau pohon yang tinggi-tinggi sudah tumbuh, maka akan masuk ke hutan yang semacam itu binatang-binatang jenis perusak. Seperti monyet, babi, yang sukanya ditempat yang semacam itu. Binatang ini adalah sifatnnya lebih buruk daripada binatang buas. Kalau binatang buas itu seperti singa kalau udah kenyang makannya, maka dia tidak akan mengganggu yang lain. Walaupun kerbau lewat di hadapannya, ada disampingnya, dia tidak akan terkam, kalau sudah kenyang dia cukup. Begitu juga jenis buaya, kalau lapar datang ke kubangan tempat kerbau minum air, maka dia akan terkam kerbau yang ada disitu, lalu dimakan ramai-ramai. Kalau buaya ini sudah kenyang maka walaupun kerbau itu mandi sama-sama dengan buaya tidak akan di terkam, dan tidak diganggu. Tetapi kalau binatang perusak semacam monyet dan semacam babi tidak seperti itu. Kalau monyet atau babi ini datang ke kebon orang, mungkin yang dimakan tidak banyak, tetapi satu kebun diacak-acak oleh dia walaupun tidak dimakan. Itulah sifat binatang perusak. Maka para petani banyak dijengkelkannya dan dirugikannya. Kalau hanya sekedar untuk makan si monyet dan si babi, bagi petani tidak jadi masalah, tetapi masalahnya walaupun sudah cukup makan tetapi yang lain dirusaknya semua. Hari ini manusiapun sudah banyak yang bersifat seperti itu. Tidak cukup dengan mengenyangkan isi perutnya saja, tetapi baru puas ketika melihat orang lain susah, melihat orang lain sengsara. Jika kita tidak berjuang atas manusia maka akan timbul manusia yang seperti ini.

Kalau tanah dibiarkan lagi tidak digarap, maka hutan ini akan menjadi hutan belantara, tumbuh pohon-pohon besar yang rindang-rindang sehingga menyebabkan hutan menjadi lembab dan sinar matahari tidak dapat masuk. Maka di tempat-tempat seperti ini akan hidup binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan sebagainya. Sifat binatang ini lebih buruk daripada sifat binatang lainnya tadi. Seperti ular jika dia mematuk binatang yang lain bukan untuk dimakan tetapi hanya untuk kebanggaan saja. Jika ular itu mematuk kerbau, maka tidak untuk dimakan kerbau itu, tetapi si ular bangga bisa membunuh kerbau yang besar dengan bisanya itu. Kerbau tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak dimakan oleh si ular. Hanya untuk kebanggaan, hanya untuk kesenangan, hanya untuk kepuasan hati, dibinasakannya binatang-binatang yang lain oleh ular. Begitu juga jika manusia tidak diperjuangkan akan sampai ke tahap itu. Manusia macam ini hanya untuk iseng saja demi kesenangan dia semata, mampu membinasakan, merugikan, dan menghancurkan daripada yang lain. Dan orang-orang yang semacam inipun sudah banyak di dunia ini. Inilah yang terjadi jika kita meninggalkan usaha atas diri manusia ini.

Salah seorang professor di bandung mengkritik tentang pola kehidupan orang-orang di jakarta. Dia katakan bahwa di jakarta ini masyarakatnya berlapis-lapis, bertingkat-tingkat. Tetapi pada umumnya kata dia semuanya hanya fikir makan saja di semua lapisan. Lapisan lapisan itu adalah :

1. Lapisan Bawah ( Penghasilan kurang : kuli, tukang becak, pegemis ) : “Besok saya bisa makan atau tidak ?” saat itu dapat makan, saat itu dihabisin makanannya, tergantung penghasilannya hari itu.

2. Lapisan Menengah ( Penghasilan cukup ) : “Besok makan apa kita ?” mungkin karena sudah bosan tidak mau memakan makanan yang sama, harus beda tiap harinya. Hari ini makan sayur asam, besok dia fikir bagaimana mendapatkan sop. Jadi ada makanannya hanya jenisnya yang lain.

3. Lapisan Atas ( Penghasilan orang yang Kaya ) :”Besok akan makan dimana kita ?” sudah bosan di restoran ini dia akan cari restoran yang lain, tidak bisa makan di restoran yang sama tiap harinya.

4. Lapisan Akhir ( Penghasilan dari Kedzoliman ) : “Besok siapa lagi yang bisa gua makan ?” Dia fikir makan tetapi dari mendzolimi orang lain. Tiap hari yang dipikirin bagaimana makan orang ? artinya bagaimana dia dapat memeras orang atau dapat menggencet orang ? otaknya otak kriminal, maunya menyusahkan orang lain, bahkan orang macam ini jangankan teman, keluarganyapun dia makan.

Ali Karamallah Wajhahu berkata kalau manusia itu fikirnya hanya memikirkan apa yang akan masuk kedalam perutnya maka derajatnya disisi Allah sama dengan apa yang telah dikeluarkan dari perutnya. Beginilah hasilnya jika manusia tidak diperjuangkan yaitu mereka akan menjadi rendah dan hina. Derajatnya di sisi Allah seperti apa yang dikeluarkan perutnya yaitu kotoran, tidak ada nilai, rendah, bahkan tidak pantas untuk dilihat atau dipandangi. Hari ini banyak orang-orang yang menganggap bahwa kehidupan orang-orang kafir itu tinggi, padahal kalau diperhatikan kehidupan mereka tidaklah tinggi seperti yang mereka perkirakan. Sifat daripada orang kafir yang tidak beriman ini, kehidupan daripada keduniaannya itu tinggi-tinggi, tetapi fikirnya daripada orang kafir itu rendah. Jadi orang kafir ini keduniaannya tinggi, namun fikirnya rendah. Orang kafir ini pola kehidupan yang ideal bagi mereka adalah rumah yang bagus, pakaian yang indah, mobil yang mewah, makanan yang enak, tetapi fikirnya rendah yaitu fikir kebendaan saja. Namun orang beriman ini kehidupan daripada keduniaannya rendah-rendah, tetapi fikirnya tinggi. Orang beriman ini pola kehidupannya sangat sederhana dari makanan, pakaian, transportasi, rumahnya, tetapi fikirnya tinggi. Bagaimana fikirnya orang beriman ? yaitu bagaimana dirinya dan seluruh manusia dapat selamat dari adzab Allah di dunia dan di akherat. Itulah fikir dan sifat atau pola hidup daripada orang beriman.

Kejadian-kejadian yang ada di dunia ini yang disebabkan oleh manusia yang telah menjadi rendah akhlaq dan prilakunya adalah tanggung jawab kita semua, selaku umat Rasullullah SAW. Karena kita telah tinggalkan daripada usaha atas manusia maka hal-hal yang semacam : saling bunuh membunuh, saling memerangi, saling merampok, telah terjadi pada manusia saat ini. Sehingga susah mendatangkan kedamaian dan keamanan yang hakiki. Ini karena kita telah tinggalkan usaha kenabian ini. Kalau usaha kenabian ini dihidupkan lagi maka manusia akan naik derajatnya disisi Allah. Seperti ketika sebelum diutusnya Rasullullah SAW, kehidupan di Hijaj sangat rendah sekali, sudah seperti kehidupan hewan saja. Bunuh membunuh, terkam menerkam, satu sama lain sudah menjadi biasa. Bahkan sifat dan kelakuan mereka sudah lebih rendah daripada binatang ternak, lebih rendah daripada binatang buas, lebih rendah daripada binatang perusak, bahkan lebih rendah daripada binatang berbisa. Itulah kehidupan jahilliayah di mekah sebelum kedatangan Nabi SAW. Kata Ulama untuk berjudi saja, dipertaruhkan nyawa manusia., mereka bertaruh main tebak-tebakan mengenai isi kandungan dari wanita hamil yang baru saja lewat didepan mereka, “Apakah janin yang ada dalam perut wanita hamil itu adalah laki-laki atau perempuan ?” Untuk membuktikan ini, si perempuan itu dibelah perutnya, dibunuh hanya untuk iseng saja, dijadikan medan perjudian. Kehidupan manusia hanya dijadikan sebagai bahan permainan. Biasa saja bagi mereka membinasakan, dan mensengsarakan daripada kehidupan orang lain. Begitu buruknya kehidupan manusia saat itu.

Sehingga Allah utus Rasullullah SAW untuk membuat usaha atas mereka yang kehidupannya sudah begitu rendah. Diusahakan secara terus menerus oleh Nabi SAW, maka kehidupan mereka meningkat, yang jasadnya manusia tetapi sifatnya adalah sifat malaikat. Apa itu sifat malaikat ? yaitu taat pada Allah SWT, hanya menjalankan perintah Allah saja, kerjanya ibadah saja kepada Allah. Ini karena malaikat itu tidak punya nafsu, mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak punya istri, kerjanya hanya ibadah saja kepada Allah. Manusia ini kalau diperjuangkan bukan dia berarti dia berubah menjadi malaikat tetapi maksudnya dia akan memiliki sifat malaikat, yaitu sifat taat kepada Allah SWT. Jadi Malaikat ini diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala saja, taat saja tidak bisa yang lainnya. Dan untuk ini pula manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala, dalam Mahfum Firman Allah :

“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah (menngabdi) kepadaKu.”

Ini akan terjadi jika manusia ini diusahakan dengan usaha atau kerja kenabian. Rasullullah SAW telah berhasil merubah mereka dari mempunyai sifat kehewanan yang wujud dalam diri mereka meningkat menjadi memiliki sifat malaikat. Sehingga sahabat-sahabat RA menjadi terasa nikmat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti malaikat. Banyak diantara sahabat RA yang mengorbankan sifat hewannya. Mereka banyak mengurangi makannya dan mengurangi tidurnya demi memperbanyak beribadah kepada Allah Ta’ala. Banyak diantara mereka sedikit saja tidurnya diwaktu malam karena mereka menggunakan waktu malamnya hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Bahkan ada diantara mereka yang semalam suntuk tidak tidur hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Itu dapat terjadi setelah diusahakan oleh Nabi SAW dengan usaha kenabian maka telah terjadi perubahan dalam diri mereka. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti sifat malaikat.

Nabi SAW terus lagi dan lagi mengusahakan manusia ini agar meningkat derjatnya. Sehingga naik lagi derajatnya yang tadinya hanya memiliki daripada sifat malaikat yaitu hanya sifat taat saja, menjadi memiliki sifat khilafah, kekhalifahan. Untuk ini pula Allah ciptakan manusia dimuka bumi yaitu sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini. Sebagaimana Allah ceritakan dalam Al Qur’an, Allah berfirman mahfum :

“Waktu Allah berkata kepada para malaikat-malaikatnya : Aku akan ciptakan dimuka bumi khalifah yaitu manusia “

Maksud diciptakan manusia ini yaitu sebagai Khalifatullah, Khalifah atau Wakil Allah, di muka bumi. Dan maksud dijadikan sebagai Khalifatullah ini bukan ditafsirkan sebagaimana kebanyakan orang yang menyangka menjadi penguasa. Tetapi maksud dari menjadi khalifatullah ini adalah mewakili sifat-sifat Allah dimuka bumi. Kalau dengan ibadah ini mewakili sifat malaikat tetapi dengan menjadi khalifah ini mewakili sifat Khaliq atau sifat Allah SWT, daripada sifat JamalNya. Allah SWT mempunyai 99 sifat atau nama. Dari sifat-sifat atau nama-nama ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu ada Sifat JamalNya Allah dan ada Sifat JalalNya Allah. Yand dikehendaki oleh Allah dari diri manusia ini adalah mewakili daripada sifat JamalNya Allah Ta’ala, bukan Sifat JalalNYa Allah Ta’ala. Ini karena sifat JalalNya Allah Ta’ala adalah sifat kebesaranNNya Allah Ta’ala yaitu sifat sombong dan takabur, ini hanya boleh dimiliki oleh Allah Ta’ala saja, tidak boleh ditiru oleh manusia atau mahluk lainnya. Seperti sifat memaksa, Al Kohar, sifat tinggi / mulia, Al Muttakabbir, ini sifat JalalNya Allah Ta’ala. Tetapi yang Allah perintahkan kepada kita adalah meniru, mewakili, daripada sifat-sifat JamalNya Allah Ta’ala, yaitu sifat Rahman dan RahimNya Allah Ta’ala. Seperti sifat pengasih dan penyayangNya Allah Ta’ala, lemah lembut, pemaaf, penolong, penjaga, pemberi, sifat ini yang harus kita tiru. Maksud dijadikannya kita sebagai khalifah adalah agar kita bisa mewakili sifat-sifat Allah ini dimuka bumi. Allah itu pemberi, maka sebagai wakil Allah kitapun harus mempunyai sifat pemberi juga. Allah itu penyayang, maka kita juga harus mempunyai sifat penyayang. Allah itu penjaga maka kitapun juga harus mempunyai sifat menjaga bukannya merusak. Allah itu mempunyai sifat penolong maka kitapun juga harus suka menolong yang lainnya. Allah itu pemaaf, maka kitapun juga harus bisa menjadi pemaaf. Allah itu mempunyai sifat menutupi kesalahan orang, maka kitapun juga harus bisa menutupi kesalahan orang. Sifat-sifat inilah yang dikehendaki oleh Allah, yang harus dimiliki oleh manusia. Namun ini akan terjadi kalau ada yang melanjutkan usaha kenabian atas manusia.

Setelah Nabi SAW buat kerja secara terus menerus, menjalankan usaha kenabian ini, maka nampaklah perubahan dalam diri manusia. Sehingga manusia-manusia yang jahil tadi berubah, dari yang tadinya mempunyai sifat membinasakan orang lain menjadi mempunyai sifat suka menyelamatkan orang lain. Sahabat-sahabat Itu, mereka mempunyai sifat yang tinggi, mereka rela menyusahkan dirinya untuk kepentingan daripada menyelamatkan dan menyenangkan orang lain. Banyak diceritakan dan ditulis dalam kitab-kitab Agama kisah-kisah tentang perbuatan dan akhlaq sahabat yang mulia. Bahkan Allah telah memuji sifat-sifat mereka di dalam Al Qur’an. Keadaan ini dapat terjadi setelah Nabi SAW berjuang atas perbaikan dalam diri mereka. Menurut ulama, dengan sifat ibadah ini adalah menarik apa yang kita inginkan daripada Khazanah Allah. Menarik apa yang ingini daripada Khazanah Allah itu adalah yang namanya ibadah. Melalui sholat, puasa, doa, mohon kepada Allah apa yang kita inginkan daripada khazanah Allah itulah yang dinamakan ibadah. Adapun dengan akhlaq, yaitu dengan sifat kekhalifahan, kita memberi kepada yang lain. Jadi menurut ulama :

1. Meminta kepada Allah itu :
Namanya Ibadah ( Mewakili Sifat Malaikat ) Sholat, Puasa, Do’a

2. Memberi kepada mahluk :
Namanya Akhlaq ( Mewakili Sifat Kekhalifahan ) Sedekah, Khidmat, Maaf

Jadi diciptakannya manusia ini untuk Ibadah yaitu mengabdi dan taat hanya kepada Allah. Dan diciptakan manusia juga untuk Kekhalifahan yaitu untuk akhlaq atau mewakili sifat-sifat JamalNya Allah. Allah itu senang kalau kita minta dan terus kita memohon kepadaNya. Sedangkan mahluk itu akan senang kalau kita beri, kalau kita bantu, kalau kita tolong, kalau kita maafkan, kalau kita sayangi. Kalau kita sudah memiliki sifat itu maka kita akan disenangi oleh Allah dan disenangi oleh mahluk lain.

Asbab kemuliaan itu adalah jika Allah memberi kita kekuatan untuk berdo’a dan selalu dalam keadaan bergantung dan meminta kepada Allah. Sedangkan asbab kehancuran adalah jika Allah telah cabut dari kita keinginan dan kekuatan untuk berdo’a kepada Allah. Ini karena do’a adalah senjatanya orang beriman, jika senjata kita telah Allah ambil bagaimana kita bisa selamat dari dunia ini. Jika kita suka memberi kepada manusia maka manusia akan cinta kepada kita. Jika kita suka meminta kepada manusia maka mereka akan membeci kita. Meminta kepada manusia atau kepada mahluk adalah asbab kehinaan. Meminta kepada manusia akan mendatangkan kekecewaan, sedangkan meminta kepada Allah akan mendatangkan harapan dan dijamin tidak akan mengecewakan. Allah tidak pernah mengecewakan mahluknya, tetapi kitalah yang selalu mengecewakan Allah.

Tetapi kata ulama bahwa tidak mungkin manusia ini mempunyai sifat akhlaq yang sebetulnya, sebelum dia bisa menarik apa yang ada dari khazanah Allah Ta’ala. Jadi kalau ibadahanya belum betul dengan kata lain tidak bisa menarik daripada apa yang ada dalam khazanah Allah Ta’ala, maka tidak mungkin dia bisa memiliki daripada akhlaq yang hakiki. Kalau kita lihat sekarang, ada juga akhlaq, tetapi bukan seperti akhlaq para nabi dan sahabat. Dalam usaha bisnis ada juga akhlaq, seperti ketika kita naik kapal terbang, pramugari melayani kita, memberi makan, memberi minum, nanya kepada kita,” Mau perlu apa lagi ?” inilah kebailkan dan akhlaq yang ditunjukkan pramugari. Tetapi kata Maulana Umar Rah.A, begitu penumpang turun dari pesawat, kita yang tadi dilayani, begitu melihat kita tidak akan dipedulikan oleh si prmugari. Hanya ketika bertugas saja, walaupun tidak diminta dia akan melayani kita. Begitu juga perusahaan jasa atau perdagangan, ketika sedang kedatangan tamunya untuk membeli barang perusahaan tersebut. Maka semua pegawainya akan melayani dan berusaha menyenangkan tamu tersebut. Di Iqrom oleh perusahaan tersebut, diberi hadiah, diundang makan, disediakan kendaraan, tetapi ini hanya karena ada maksud yaitu ingin mengambil keuntungan daripada tamu perusahaan tersebut. Ini bukanlah akhlaq, tetapi yang namanya akhlaq itu adalah berusaha berbuat kebaikan kepada orang lain hanya demi mendapatkan RidhoNya Allah Ta’ala. Kata para ulama Iqrom yang sebenarnya adalah kita berbuat baik kepada orang lain bukan untuk dengan tujuan untuk menyenangkan orang itu, tetapi tujuannya tetap untuk menyenangkan Allah Ta’ala. Niat hanya untuk mencari Ridho Allah, mencari daripada kesenangan Allah Ta’ala, inilah orang yang mempunyai sifat Khilafah, sifat Akhlaq.

Namun untuk bisa meningkatkan derajat disisi Allah menjadi lebih tinggi lagi diperlukan ketahanan dan kesabaran, karena akan datang banyak cobaan-cobaan daripada Allah Ta’ala. Maksud daripada ujian ini adalah bukannya untuk menyusahkan kita tetapi untuk menaikkan derajat kita. Sebagaimana dikantor kalau ingin menaikkan jabatan seseorang diberikan ujian tujuannya bukan untuk menyusahkan tetapi untuk menaikkan derajat atau pangkat dia. Diberikan ujian kepadanya, kalau dia lulus baru dinaikkan derajatnya atau statusnya. Jadi tujuan daripada ujian tersebut bukan maksudnya untuk menyusahkan. Begitu juga jika datang kepada kita kesusahan-kesusahan dan kesulitan-kesulitan, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi Allah ingin mengangkat atau menaikkan derajat atau maqom kita. Kepada orang-orang yang menjalankan usaha agama ini akan datang berbagai macam ujian dan berbagai macam kesusahan kepada kita. Tetapi maksud utamanya adalah bukan untuk menyusahkan kita, melainkan untuk menaikkan derajat kita. Dengan kesusahan dan kesulitan, Allah inginkan kita menjadi orang yang sabar dan tahammul, bukan orang yang mudah putus asa.

Sabar ini adalah salah satu daripada sifat Allah, As Shabur. Jadi Allahpun menghendaki kita agar mempunyai sifat sabar, sehingga datanglah kepada kita bermacam-macam ujian. Allah ingin melihat kalau kita tetap istiqomah dalam taat kepada Allah. Jika orang itu mampu istiqomah taat kepada Allah dalam keadaan apapun baru orang itu dapat dikatakan sabar. Yang dikatakan sabar itu bukanlah orang yang tenang tidak dalam keadaan tidak ada apa-apa, maksudnya tidak ada kesulitan dan ujian atas nafsu. Seorang suami berkelakar, “Istri saya ini sabar sekali, kalau bulan muda, tetapi kalau sudah bulan tua sudah tidak sabar lagi. “ Istri ini kalau bulan muda masih ada gaji atau uang yang cukup untuk keperluan dan kebutuhan, dia bisa tenang saja menunggu, tetapi ini bukanlah yang namanya sabar. Sabar itu bila ada kesusahan tidak berubah taatnya kepada Allah, tidak berubah daripada sifatnya, tetap mampu menjaga daripada sifat-sifat yang baik.

Jadi datangnya kesusahan-kesusahan kepada kita bukanlah maksudnya untuk menyusahkan kita, tetapi untuk menaikkan derajat kita supaya sifat kita menjadi sifat khalifah dan tetap menjaga ketaatan kepada Allah Ta’ala. Kadang-kadang Allah datangkan keadaan kepada kita dimana ada orang datang menyalahkan, menuduh, dan memarahi kita, padahal kita tidak berbuat salah, bahkan telah berbuat kebaikan kepada orang yang marah tersebut. Inipun jangan lantas kita salahkan orang itu, tetapi yang harus kita ingat adalah apa maksud Allah dibalik keadaan yang telah Allah berikan ini kepada saya. Apa maksud Allah merubah sikap orang itu berbuat buruk kepada kita ? inilah yang justru harus kita fikirkan, karena kita harus cari tahu apa kehendak-kehendak Allah atas diri kita saat itu. Kata ulama kalau ada orang berbuat salah kepada kita, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi ingin datangkan kepada kita sifat Pemaaf. Ini karena sifat pemaaf ini adalah datang daripada sifatNya Allah. Ini sifat tidak akan datang kepada kita jika tidak ada orang berbuat salah kepada kita. Kalau orang selalu berbuat baik kepada kita, tidak pernah berbuat salah kepada kita, maka tidak akan datang atau tidak akan ada sifat pemaaf pada kita. Sifat Pemaaf ini adalah salah satu sifat yang disukai Allah Ta’ala. Demikianlah juga para Nabi, walaupun mereka-mereka ini adalah orang-orang yang tidak berbuat salah, tetapi kaumnya berbuat berbagai macam keburukan dan kedzoliman kepada para Nabi mereka. Namun para Nabi ini memiliki sifat pemaaf, memaafkan daripada kesalahan kaumnya, bukan meminta dihancurkan. Bahkan para Nabi ini memohon kepada Allah agar sikap-sikap mereka itu dimaafkan, walaupun mereka telah dizolimi oleh kaumnya. Begitu juga kalau kita jalankan usaha dakwah ini, usaha kenabian ini, orang-orang akan salah sangka. Disangkanya oleh mereka bahwa usaha kenabian ini atau usaha dakwah ini, dan orang-orang yang terlibat dalam kerja nabi ini akan membawa mereka kepada kehinaan dan kehancuran. Macam-macam sangkaan yang akan kita hadapi, tetapi kita harus sabar, bahkan kita harus maafkan kesalahan-kesalahan mereka terhadap kita. Sebetulnya kata para ulama kita harus berterima kasih kepada orang yang menyusahkan kita, kepada orang yang berbuat salah kepada kita, kepada orang yang bermasalah dengan kita, sebab mereka itu akan menaikkan derajat kita.

Seorang Arab bertanya kepada Ulama yang memberikan ceramah di mekkah, buat apa mereka itu dijadikan orang-orang yang menentang kepada agama seperti Firaun, Qorun, Hamman, Namrud, dan lain-lain. Kata dia lebih baik orang yang macam itu tidak usah diciptakan oleh Allah, suapaya para Nabi ini lancar, dan usaha agama ini lancar. Buat apa diciptakan orang macam mereka itu. Lalu ulama ini enjawab dengan bijak, “Wahai saudara, adakah saudara mengetahui telur ayam ?” lalu jawab si arab tersebut, “Ya, saya mengetahui telur ayam.” Lalu si ulama ini bertanya lagi, “Kalau telur ayam itu dipecah terdiri daripada apa ? Telur ayam itu terdiri daripada kulit telur, putih telur, dan kuning telur. Kalau telur ayam itu menetas yang menjadi anak ayam itu adalah dari kuning telur dan putih telur. Kulit telor tidak akan menjadi anak ayam. Kalau telor tadi dimakan, digoreng maksudnya, itupun yang dimakan oleh manusia itu hanya kuning telur dan putih telur, tetapi kulit telor ini tidak dimakan. Jadi Kulit telor ini tidak bisa jadi anak ayam dan tidak bisa pula untuk dimakan. Kalau kita bertanya kepada Allah buat apa kulit telur itu diciptakan, tidak bisa dimakan dan tidak pula bisa jadi anak ayam. Tentu jawabannya telor tidak akan jadi anak ayam kalau tidak ada kulitnya. Dan telor tidak akan bisa dimakan kalau keluar daripada pantat ayam tanpa kulitnya, tidak ada yang mau memakannya. Ini karena isi telor tadi keluar tanpa kulit telur, sehingga menjadi najis. Jadi putih telur dan kuning telur ini akan bermanfaat jika ada kulit telur.” Begitu pula orang-orang yang berbuat salah kepada kita, yang menguji, atau para penentang agama, ini seperti kulit telur atas telor. Untuk menetaskan orang menjadi penyabar, menjadi pemaaf, menjadi beriman, adalah karena adanya orang-orang yang menentang kepada usaha agama ini. Jadi sebetulnya yang menaikkan derajat Nabi Musa AS, sampai kepada derajat Nabi yang Ulul Azmi ( 5 Nabi yang paling Mulia ), ini dikarenakan adanya tantangan daripada Firaun. Naiknya derajat Rasullullah SAW sampai kepada derajat Ulul Azmi dan derajat Sayyidul Anbiya karena penentangan daripada Abu Jahal, Abu Lahab, dan lain-lain.

Orang yang tahu akan hakekat Sabar dalam Mujahaddah ini, diceritakan dalam sebuah kitab, seorang syekh dipukuli sampai babak belur oleh seorang muridnya, padahal dia tidak bersalah. Tetapi Si syekh itu malah berdo’a, “Ya Allah ampuni muridku itu dan masukkan dia kedalam surgaMu.” Orangpun heran mengapa si syekh ini masih mau mendo’akan kebaikan untuk orang macam itu. Lalu si Syekh ini berkata bahwa dialah yang telah menaikkan derajatku menjadi sabar, supaya menjadi pemaaf, makanya aku berterima kasih kepada dia dengan mendo’akannya. Orang-orang yang faham akan hal ini, ketika mendapatkan kesulitan dalam menjalankan usaha agama ini, merupakan suatu anugrah, karunia, suatu nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Namun kita tidak boleh meminta didatangkan kesusahan karena setiap orang pasti diuji oleh Allah dengan kesusahan dan kesulitan. Nanti Allahlah yang menentukan waktu dan kadar daripada cobaan tersebut.

Setelah sekian lama Nabi SAW membuat usaha yang terus menerus atas diri sahabat agar mereka dapat meningkat lagi derajat disisi Allah. Nabi SAW membuat kerja atas sahabat-sahabat, sehingga sahabat ini derajatnya naik dari memiliki sifat khilafah menjadi memiliki sifat seperti para Nabi dan Rasul AS . Para Sahabat ini bukan Nabi dan Rasul, tetapi hanya manusia biasa seperti kita, namun sifat-sifat yang mereka miliki menyerupai sifat-sifat para Nabi dan Rasul. Para Sahabat mampu mewarisi sifat-sifat para Nabi dan Rasul karena mereka diperjuangkan oleh Nabi SAW agar bisa sampai kepada sifat-sifat kenabian. Apa itu sifat para Nabi ? sifat para Nabi itu adalah Rasa Tanggung Jawab terhadap Agama Allah dan Manusia seluruh alam. Sifat inilah yang dinamakan Usaha Agama, yaitu bagaimana agama dapat tersebar keseluruh alam, dan bagaimana manusia supaya bisa mengamalkan agama. Sahabat mempunyai keyakinan para Nabi yaitu meyakini bahwa manusia ini akan bahagia dunia dan akherat hanya dengan jalan taat kepada Allah Ta’ala. Maka untuk dapat mengajak manusia kepada keselamatan, kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat, diajaklah mereka oleh sahabat untuk taat kepada Allah Ta’ala.

Allah berfirman di dalam Al Qur’an Mahfum :

“Wahai manusia ucapkanlah La Illaha Illallah agar kamu mendapatkan kejayaan (kebahagiaan dan kesuksesan).”

Ayat ini meminta manusia untuk taat kepada Allah agar hidupnya bisa sukses, bisa jaya, dan bisa bahagia dunia dan akherat. Sahabat-sahabat RA mempunyai keyakinan seperti yakinnya Nabi SAW, bahwa manusia ini akan bahagia apabila mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Sehingga para sahabat ini siang dan malam membuat usaha agama atas manusia, mengajak mereka, agar mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Para sahabat ini mewarisi sifat kasihannya Nabi SAW, sehingga mereka sedih kalau melihat orang-orang yang tidak mau taat kepada Allah Ta’ala. Maka mereka bekerja atas manusia disiang hari, menyeru mereka untuk taat kepada Allah, dan dimalam hari mereka berdo’a kepada Allah untuk memberikan hidayah kepada setiap manusia. Begitulah sifat-sifat sahabat walaupun dia manusia biasa tetapi karena diperjuangkan oleh Nabi SAW, sahabat mampu memiliki sifat-sifat mulia para Nabi. Begitu juga kita juga mampu mendapatkan apa yang didapatkan oleh para sahabat jika kita mau buat usaha. Supaya kita ini memiliki sifat nubuwah, sifat kenabian, kita harus ikuti jejak pengorbanan sahabat dan cara yang diajarkan oleh Nabi SAW. Dengan mengikuti jejak sahabat dan ikuti cara Nabi SAW, kitapun mampu :

1. Memiliki Sifat Malaikat : Taat kepada Allah Ta’ala
2. Memiliki Sifat Khilafah : Mewakili Sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq
3. Memiliki Sifat Kenabian : Tanggung Jawab atas Ummat dan Agama

Kita bukan Malaikat, tetapi kita mampu mewarisi daripada sifat Malaikat. Kitapun bukan Rabb, bukan Kholiq, tetapi mampu mewarisi daripada sifat-sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq. Dan kitapun bukan dari kalangan Anbiya AS, tetapi kitapun mampu mewarisi sifat-sifat kenabian. Kita dituntut untuk memiliki sifat-sifat ini dalam kehidupan kita. Atas inilah Allah juluki ummat ini sebagai Ummat terbaik (Choiru Ummat ).

Allah berfirman mahfum :

“Kamu adalah ummat terbaik yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia untuk mengajak manusia berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat Mungkar…”

Allah ciptakan kita, hidupkan kita, kirimkan kita ditengah-tengah manusia dengan 3 maksud yaitu agar kita memiliki daripada sifat-sifat : Malaikat, Khalifah, dan Nubuwah. Ketiga maksud ini didukung oleh hadits-hadits Rasullullah SAW. Suatu ketika Rasullullah SAW ditanya oleh seorang sahabat, “Ya Rasullullah, amal apa yang paling afdhal (paling baik) ?” Jawab Nabi SAW, “Amal yang paling baik adalah sholat tepat pada waktunya.” Ini adalah ibadah. Lalu sahabat bertanya lagi, “Lalu amal apa lagi ?” Nabi SAW menjawab, “Berbuat baik pada orang tua.” Ini adalah Akhlaq. Lalu Sahabat menjawab lagi, “Lalu amal apalagi ?” Nabi SAW menjawab, “Jihad Fissabillillah,” yaitu berjuang untuk agama Allah, ini adalah Dakwah Khuruj Fissabillillah. Jadi diciptakan kita ini untuk 3 maksud yaitu :

1. Ibadah Sholat tepat pada waktunya
2. Akhlaq Berbakti kepada kedua orang tua
3. Jihad Fisabillillah Dakhwah Khuruj Fissabillillah

Demikian juga ketika Rasullullah SAW menjelang akhir wafatnya, Nabi SAW berucap yang hampir tidak terdengar karena kecilnya suara beliau SAW. Apa wasiat terakhir Nabi SAW ini yang hampir tidak terdengar :

1. Asholah (3x) artinya Jaga sholat 3x diulangi Ibadah
2. Berbuat baiklah kepada Hamba Sahaya Akhlaq
3. Segera berangkatkan rombongan Usamah RA Jihad Fissabillillah

Jadi karena 3 maksud inilah kita dihantarkan yaitu : Ibadah, Akhlaq, dan untuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Jadi kita musti memahami sebagai umat yang terbaik, kita harus mempunyai bisa menjalani 3 wasiat Nabi SAW ini. Kalau ketiga hal ini ada dalam diri kita, maka segala urusan, kepentingan, keperluan, kesulitan, dan kebutuhan kita ini akan Allah mudahkan bagi kita mendapatkannya. Segala keperluan, kebutuhan, hajat, dan lain-lain akan Allah penuhi dengan mudah. Do’a kita akan Allah kabulkan. Dan kalau ada musuh yang akan mencelakakan kita, maka Allah akan lindungi kita, Allah akan bantu, dan Allah akan tolong kita. Ini semua akan datang kepada kita, bahkan kita akan dimuliakan oleh Allah, dan dinaikkan derajatnya. Ini semua sudah terbukti dan terjadi kepada sahabat-sahabat RA.. Para sahabat RA telah mencapai kemuliaan dan ketinggian derajat dalam kehidupan manusia. Apabila para sahabat RA ini berhadapan dengan musuh-musuh Islam, selalu mendapatkan kemenangan karena telah ditolong oleh Allah SWT.


Di dalam sebuah bayan di Markas Dakwah Malaysia, si Mubayin ini bilang :

“Kalau umat islam ini berhadapan dengan syetan atau dengan kekufuran daripada orang-orang kafir, hanya dengan kekuatan seperti mereka ( tawajjuh pada teknologi atau asbab-asbab seperti yang dimiliki orang kafir ), umat islam tidak akan pernah menang dan selalu kalah. Contoh : Nabi Adam itu Islam dan Siti Hawa juga Islam, tetapi ketika berhadapan dengan iblis atau syetan, mereka kalah, sehingga di keluarkan dari syurga dikirim ke dunia ini. Nabi Ibrahim AS, berlawanan dengan Namrud, dia dilemparkan kedalam api, juga tidak mampu berbuat apa-apa. Selalu hanya mengandalkan dengan kekuatan-kekuatan seperti mereka akan datang kekalahan. Menangnya umat islam, orang-orang beriman ini, hanya dengan pertolongan daripada Allah Ta’ala.”

Usaha yang benar atas kita untuk dapat mencapai kemuliaan dan kemenangan adalah usaha bagaimana supaya datangnya pertolongan Allah kepada kita. Jangan sampai kita mempunyai fikir seperti orang kafir kalau mereka punya ini dan kita juga memiliki, maka kita akan jaya. Ini pemikiran dan keyakinan yang keliru. Kalau caranya seperti itu, tidak pernah ada sejarahnya umat islam mencapai kemenangan dengan cara dan asbab-asbab yang dimiliki orang kafir, tetapi umat islam ini menang hanya dengan pertolongan Allah. Jadi usaha kita ini adalah usaha bagaiama pertolongan Allah datang kepada kita. Kalau kita sudah memiliki ke 3 sifat tadi barulah pertolongan Allah akan datang kepada kita. Bahkan kalau kita memiliki kesempurnaan ketiga sifat tadi maka Allah akan memberikan kekuatan kepada kita yang tidak Allah berikan kepada mahluk lainnya yaitu kekuatan “Kun Faya Kun”. Allah akan datangkan kekuatan seperti ini kepada kita.

Hinanya umat islam di hari ini karena mereka telah tinggalkan ke 3 maksud hidup tadi yaitu untuk : Ibadah, Akhlaq, Jihad Fissabillillah. Mereka tidak mempedulikan masalah Ibadah, masalah akhlaq, dan masalah memperjuangkan agama. Mereka ikut berjuang seperti orang kafir. Dan kesibukan mereka terlihat jelas sama dengan seperti kesibukan orang kafir. Orang kafir sibuk mengurusi teknologi, orang islampun sibuk mengurusi teknologi. Orang kafir sibuk dengan perdagangan, kitapun sibuk dengan perdagangan. Orang kafir sibuk dengan pembangunan, kitapun sibuk dengan pembangunan. Kesibukan umat islam hari ini sama dengan kesibukan orang kafir. Sementara Ibadah tidak diurus oleh umat islam, akhlaq juga tidak diurus, agama Allah juga tidak ada yang mempedulikan. Inilah yang menyebabkan umat islam menjadi hina dimana-mana. Selama umat islam tidak mengambil kerja atas 3 perkara ini, maka tidak akan ada kemuliaan bagi umat islam. Hanya dengan jalan kembali pada kerja ini maka kejayaan dan kemuliaan umat islam akan wujud seperti di jaman Nabi SAW dan para Sahabat. Inilah seharusnya yang menjadi fikir kita :

1. Bagaimana Manusia mau memperbaiki ibadah kepada Allah ?
2. Bagaimana Manusia mau memperbaiki akhlaq ?
3. Bagaimana Manusia mau memperjuangkan agama Allah ?

Kalau ini bisa kita kembalikan kepada ummat, baru kehidupan kita akan dibetulkan oleh Allah SWT. Tetapi orang-orang yang tidak mendapat hidayah, tidak melihat kepentingan daripada amal ini, seperti seolah-olah tidak ada manfaatnya. Ini karena mereka itu hatinya gelap, jauh daripada Nur Hidayah Allah SWT. Seolah-olah dengan meninggalkan ibadah ini tidak akan mendatangkan musibah. Padahal musibah-musibah yang terjadi dan yang berkepanjangan ini disebabkan karena manusia telah meninggalkan ibadah kepada Allah SWT. Bagaimana umat islam akan dimuliakan, sementara sebagian besar dari umat islam ini telah meninggalkan sholat, tidak taat kepada Allah Ta’ala. Tidak bisa kita menyelesaikan masalah hanya dengan bantuan daripada materi saja. Seperti negara yang dilanda masalah dan berbagai macam krisis, coba-coba menyelesaikan masalah yang ada dengan mengutang kesana kemari. Problem yang diselesaikan dengan cara ini tidak akan habis. Mungkin bukan saja masalah tidak akan selesai, tetapi akan menambah masalah. Walaupun di nagara tersebut di hujani dengan emas, umat islam ini tidak akan selesai masalah yang mereka hadapi. Ini selama umat islam ini tidak memperbaiki daripada amalnya. Hanya dengan usaha kenabian umat islam akan terangkat derajatnya, akan ditolong dan diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Jadi usaha nubuwah ini bukanlah usaha yang kecil. Inilah kita sebabnya diminta supaya mau berkorban untuk usaha nubuwah ini. Kalau kita mau korban terjun dan terlibat dalam usaha ini, maka yang pertama-tama Allah akan perbaiki adalah diri kita sendiri. Sedangkan janji Allah ini adalah pasti.

Kata ulama dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :

“Barangsiapa yang berjuang di jalan kami pasti kami tunjukkan jalan kami...”

Kata ulama “Pasti” disini dalam sastra arab, maknanya yang terkandung dalam ayat tersebut mempunyai kekuatan janji Allah sebanyak 12 kali yaitu pasti ( 12 kali ) akan diberikan Allah hidayah. Tetapi kalau hanya dengan ibadah saja ini tidak pasti. Dengan sholat, dengan puasa, dan amal yang lain, ada janji Allah tetapi penggunaan konotasinya adalah mudah2an bukan kepastian.

Misalnya ayat puasa :

“Wahai orang-orang beriman telah difardhukan kepada kamu berpuasa sebagaimana diturunkan kepada umat-umat terdahulu, agar kamu mudah-mudahan menjadi orang yang bertakwa.”

Disini diakhiri dengan kata mudah-mudahan : “La allakum”. Semua ayat tentang sholat, puasa, melayani orang haji, atau yang naik haji, ini semua kepastiannya adalah mudah-mudahan tingkatannya. Tetapi kalau kita terjun dalam usaha kenabian ini maka janji Allah kepada kita dalam usaha ini tingkat kepastiannya adalah pasti.

Oleh karena itu perlu kita terjun dalam usaha ini, nanti Allah Ta’ala akan perbaiki segala keadaan. Nasib orang islam hanya akan berubah melalui asbab usaha kenabian ini. Maka kita harus kerjakan usaha ini dengan keyakinan, sebagaimana Maulana Saad, syuro dunia, berkata bahwa kerjakan usaha ini dengan bashiroh. Maksud dari kata Bashiroh ini adalah yaitu dengan penuh keyakinan. Keyakinan bahwa segala masalah dapat diselesaikan melalui usaha ini. Kita dalam hidup ini akan selalu menghadapi dan mempunyai masalah, bukan hanya yang gaji kecil itu bermasalah, tetapi yang gaji besarpun bermasalah. Kargozari di malaysia bahwa gaji orang Indonesia ini kecil-kecil menyebabkan masalah, ternyata di Malaysiapun yang gajinya besar-besar juga tidak luput dari masalah. Untuk bisa menyelesaikan masalah ini hanya dengan kerja dakwah, bukan dengan cara naik gaji atau kebendaan lainnya. Bahkan kadang-kadang gaji naik tetapi ternyata lebih tinggi lagi masalahnya. Jadi peningkatan kebendaan atau materi bukanlah jalan keluar, tetapi melalui usaha nubuwah ini, Allah janjikan pertolongan untuk kita menghadapi segala masalah. Para Masyaikh berkata bahwa melalui kerja ini Allah akan selesaikan daripada masalah-masalah yang ada. Lalu ada yang berkata, “ Itukan kata masyeikh, tetapi dalil qur’annya dari mana ?”

Dalilnya adalah dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :

“Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan tolong dia….”

Kalau kita tidak ditolong oleh Allah, maka kita ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada walaupun itu hanya masalah kecil tanpa bantuan dari Allah Ta’ala. Hanya dengan pertolongan Allah saja kita dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada, mendapatkan kemenangan, kejayaaan, dan kesuksesan dunia dan akherat. Jadi usaha kita ini yang harus kita fikirkan adalah bagaimana pertolongan Allah dapat datang kepada kita. Caranya adalah dengan menolong agama Allah. Maksudnya menolong disini bukannya Allah butuh pertolongan, tetapi kita yang menolong agama Allah.

Note dari penulis :

Maksud dari ayat tersebut menurut ulama bukannya Allah mencari atau membutuhkan pertolongan kita. Ini namanya kesalah fahaman. Allah ini Maha Kuasa dan kekuasaannya tanpa batas. Jika Allah sudah menjaga atau melindungi seseorang, siapa yang mampu mencelakakannya ? begitu pula jika Allah sudah berkehendak mencelakakan seseorang, siapa yang mampu untuk melindungi ? Apa yang Allah mau tinggal berkehendak saja maka terjadilah apa yang Allah kehendaki. Seluruh mahluk tidak akan dapat menolak atau menghalangi daripada apa yang Allah kehendaki walaupun mereka semua bersatu untuk melawan Allah. Seluruh mahluk ini bergantung pada Allah karena segala sesuatu ini bergerak karena ada iradah, keinginan, daripada Allah Ta’ala. Bagaimana kita mampu menolong Allah sedangkan kita tidak mampu menolong diri sendiri walaupun itu hanya untuk mengedipkan mata saja, inipun harus dengan pertolonngan dan izin dari Allah Ta’ala. Manusia tidak akan bisa mengangkat atau mengedipkan matanya tanpa pertolongan dari Allah. Jadi maksud ayat ini adalah Allah menawarkan kita untuk menolong agamanya, ini untuk memuliakan kita.

Hari ini kita tidak sadar, bahwa umat islam dari segi qualitas dan quantitas kebendaan jauh lebih baik daripada kehidupan para sahabat. Dari segi makanan, pakaian, rumah, transportasi, semuanya umat islam kini jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh sahabat RA. Tetapi kenapa sahabat dimuliakan dan sementara kita dihinakan ? Pertolongan Allah turun bercurah-curah dijaman sahabat, sementara kita jauh dari pertolongan Allah. Ini karena yang rusak dari kehidupan kita adalah kondisi agama kita saat ini. Padahal agamanya sama, tetapi pengamalannya yang berbeda antara kita dan sahabat. Para sahabat dari kebendaaan : pakaian, makanan, rumah, dan transportasi tidak begitu bagus, bahkan terbelakang, tetapi agama sempurna dijalankan dalam kehidupan mereka. Inilah yang menyebabkan mereka mulia.

Note dari penulis :

Agama wujud 100% di rumah-rumah sahabat dan dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga Allah ridho pada mereka. Para sahabat diberi gelar Radhiollahu Anhum, yaitu orang-orang yang Allah ridhoi. Jalan inilah yang seharusnya menjadi panduan kita untuk hidup sukses di dunia dan akherat. Ini harus jadi target bagi kita sebelum kita mati bagaimana agama sempurna kita amalkan. Umar RA berkata kepada sahabat menjelang beliau wafat : “Aku, Abu Bakar, dan Rasullullah SAW ini ibarat seorang musafir. Musafir pertama dan yang kedua telah sampai pada tujuannya. Aku khawatir jika aku tidak mengikuti jalan mereka, maka aku tidak akan sampai di tempat yang sama dengan mereka.” Jadi jika kita ingin sampai di tempat dan tujuan yang sama dengan para sahabat maka tidak ada jalan lain selain mengikuti jalan yang mereka telah tempuh. Apa itu jalan Nabi SAW dan Sahabat RA yaitu jalan pengorbanan untuk agama mengajak manusia untuk taat kepada Allah SWT. Allah Ta’ala perintahkan mahfum di dalam Al Qur’an kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya :

Katakanlah (Muhammad) : “Ini adalah jalanku yaitu mengajak manusia (untuk taat) kepada Allah dengan bashiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku…”

Hari ini umat sibuknya memperbaiki yang lain tetapi agama rusak dibiarkan. Parahnya kita tidak sadar bahwa agama sudah rusak ditinggalkan. Hari ini kalau rumah kita rusak, kita langsung sadar, buat inisiatif memperbaikinya. Begitu juga kalau mobil kita rusak, pakaian kita rusak, status kita rusak, dan kebendaan lainnya yang rusak kita sadar, tetapi agama rusak kita tidak sadar-sadar. Perasaan sudah cukup baik agama ini bagi kita. Inilah yang diperjuangkan umat saat ini yaitu bagaimana kebendaan, perdagangan, pertanian, teknologi, kesehatan, dan semua unsur keduniaan ini meningkat. Agama bagi mereka dianggap tidak apa-apa, baik-baik saja, cukup-cukup saja, tidak ada masalah. Padahal sudah jelas nampak kerusakannya, umat islam sebagian besar tidak sholat. Para sahabat RA, mereka memperjuangkan agama, sehingga agama secara sempurna wujud dalam diri mereka dan kehidupan mereka. Agama yang sempurna ini yang wujud dalam kehidupan sahabat terdiri dari 5 cabang yaitu Imaniat, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, Akhlaq.

Namun hari ini umat islam kebanyakan, hanya memahami agama dari ibadat saja. Begitu orang mau sadar dan mau tobat, belajar dulu, diajarin sholat. Disangkanya agama itu perkara sholat dan ibadat saja. Padahal kesempurnaan agama itu bukan hanya ibadat saja, ini hanya salah satu dari cabang agama atau hanya 1/5 (seperlima) daripada kesempurnaan agama. Agama itu menyangkut dengan Iman, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, dan Akhlaq, baru agama itu sempurna. Tetapi hari ini seolah-olah agama itu hanya ibadat atau pengetahuan tentang ibadah saja, kecuali ulama. Dari sekian cabang agama yang paling penting adalah sholat. Kedudukan sholat dalam islam seperti kedudukan kepala pada badan. Ini karena sangking pentingnya dan tingginya kedudukan sholat dalam agama.

Note dari penulis :

Manusia tanpa tangan masih bisa dibilang manusia hanya saja ada cacatnya. Manusia tanpa mata, tanpa telinga, tanpa kaki, inipun begitu pula, masih bisa dibilang manusia tapi ada cacatnya. Namun kalau manusia tanpa kepala mau dibilang apa ? orang mati namanya. Manusia mati ini tidak ada gunanya dan tidak ada nilainya, begitulah orang yang meninggalkan sholat.

Dalam hadits dikatakan mahfum :

“Sholat itu adalah tiang agama. Barangsiapa yang menegakkan sholat berarti dia sudah menegakkan agamanya. Barangsiapa yang meninggalkan sholatnya berarti dia sudah merubuhkan agamanya.”

Walaupun sebagian besar umat islam tahu tentang kepentingan sholat sebagai ibadat yang paling penting, tetapi sebagian besar dari umat islam juga tidak sholat. Sudah tidak memahami agama walaupun hanya 1/5nya, tapi yang 1/5 nya juga acak-acakan pengamalannya, apalagi dengan yang lain dari Muamalatnya, Muasyarotnya, Akhlaqnya. Dulu dijaman para sahabat, orang islam dimata orang kafir itu adalah mulia dan tinggi. Ini karena kelima cabang agama ini ada dalam kehidupan sahabat. Hari ini umat islam dimata orang kafir menjadi hina, mengapa ? padahal :

1. Imaniat : Tidak dilihat orang kafir karena ini didalam hati manusia, tidak nampak.

2. Ibadat :

a. Sholat tidak dilihat karena merekapun sembahyang
b. Puasa juga tidak nampak karena bisa menahan lapar dan haus
c. Zakat juga tidak dilihat karena hanya dibagikan kepada orang-orang islam
d. Haji hanya ditanah haram khusus orang islam dan orang kafir tidak lihat.

Ini karena yang nampak mereka lihat adalah cabang Muamalatnya, Muasyarotnya, dan Akhlaqnya. Sedangkan hari ini ketiga cabang ini sudah hancur-hancuran dalam kehidupan umat islam, jauh dari yang telah dicontohkan olah Nabi SAW dan yang diamalkan oleh para sahabat RA. Muamalat, Muasyarot, dan Akhlaq umat islam sudah rusak, bahkan mereka bisa lebih jahat dari orang kafir. Ini karena tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka, tidak ada dakwah. Ada kargozari rombongan jemaah ke belanda dalam setiap program ada kunjungan ke setiap penjara disana. Walaupun umat islam di penjara ini minoritas, tetapi di setiap penjara di belanda ini isinya 75% adalah orang islam. Ini karena telah buruknya muamalat, muasyarot, akhlaq dari pada orang islam. Di Bali yang mayoritas hindu dan minoritasnya umat islam, tetapi kalau kita datang ke penjara di bali sebagian besar penghuninya adalah orang islam. Itulah fakta keadaan umat islam hari ini asbab tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka. Kita hari sibuk saja memikirkan keduniaan kita dan kebendaan kita daripada memikirkan keadaan umat islam. Sehingga umat islam saat ini telah mengalami degradasi kehidupan dibanding jaman sahabat RA menjadi hina dan rendah seperti hewan, bahkan ada yang lebih jahat daripada hewan. Atas perkara ini Allah himbau kita supaya mau korban ambil bagian dalam usaha kenabian ini.

Kalau kita mau mengambil usaha ini, maka pertama-tama yang Allah akan perbaiki adalah diri kita. Untuk kepentingan-kepentingan yang lain janganlah kita khawatir, nanti Allah akan berikan kemudahan-kemudahan kepada kita jika kita mau terjun dalam udaha nubuwah ini. Semua kebutuhan yang kita khawatiri dari makan-minum, pakaian, transportas, rumah, tidak akan menjadi persoalan bagi kita, karena ini adalah masalah kecil disisi Allah. Masalah pemberian rizki dari makan, minum, udara, sinar matahari, dan yang lain ini adalah hak Allah kepada kita. Justru yang harus kita tunaikan adalah hak kita kepada Allah : Ibadat, Akhlaq, dan memperjuangkan agama. Namun keadaannya hari ini sudah terbalik, hak Allah tidak kita tunaikan, tetapi berharap Hak kita ditunaikan Allah. Bukannya kita memikirkan atau mengurusi hak kita kepada Allah, tetapi sibuk mengurusi dan memikirkan yang sudah menjadi haknya dan kerjanya Allah Ta’ala. Yang dipikirkan hanya bagaimana rizki datang kepada saya ? inilah yang namanya terbalik. Seharusnya kita tunaikan hak kita kepada Allah, yaitu untuk 3 maksud penciptaan manusia : Ibadah, Akhlaq, Jihad. Jika ada ketiga ini dalam diri kita maka semua urusan kita akan Allah mudahkan. Sebagaimana telah banyak dikisahkan Allah dalam Al Qur’an untuk sebagai contoh kepada kita kisah-kisah tentang ummat terdahulu. Supaya kita belajar daripada kisah-kisah tersebut, bahwa masalah-masalah yang dihadapi manusia ini kecil bagi Allah.

Seperti kisah Nabi Musa AS dengan Bani Israil sewaktu mereka tersesat di lembah yang kering kerontang, tidak ada tempat atau bangunan untuk bernaung, tidak ada makanan untuk dimakan, tidak ada air untuk diminum. Mereka 40 tahun tersesat di lembah itu, tidak ada jalan keluar. Allah beri pertolongan kepada Nabi Musa dan Bani Isaril karena perjalanan mereka dalam rangka menolong agama Allah. Bagaimana Allah menolong mereka ? yaitu Allah perintahkan awan untuk menaungi mereka dari sengatan sinar matahari. Selama 40 tahun awan Allah kirim untuk menaungi Bani Israil, sehingga mereka terselamat dari sengatan Matahari. Walaupun mereka tidak punya rumah, tidak punya tempat bernaung, tetapi karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah, maka Allah selesaikan masalah mereka. Lalu bagaimana dengan makanan, di Al Qur’an diceritakan bagaimana Allah menyelesaikan masalah ini, yaitu Allah turunkan daripada langit makanan dari surga, Manna dan Salwa. Bani Israil di supply Allah selama 40 tahun makanan turun dari langit, tanpa kerja, tidak ada pabrik, tidak ada pertanian, tidak ada apa-apa. Makanan di supply oleh Allah dari langit selama 40 tahun, bukan 1 atau 2 hari tetapi 40 tahun, untuk bani israil tanpa mereka harus mengerjakan apa-apa, karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana Allah menyelesaikan masalah krisis air, kekurangan air minum, yaitu dengan memerintahkan Musa AS untuk memukulkan tongkatnya kepada batu yang kering. Sehingga dari batu yang kering ini terpancarlah 12 mata air keluar dari batu tersebut selama 40 tahun tidak berhenti mengeluarkan air. Selama 40 tahun Bani Israil tidak pernah kekurangan air. Lalu datanglah krisis pakaian, kekurangan pakaian dan tidak adanya bahan untuk membuat kain. Ini karena pakaian hanya layak pakai untuk beberapa tahun saja setelah itu rusak. Bagaimana Allah selesaikan masalah ini yaitu Allah buat baju yang mereka kenakan awet, tidak rusak-rusak selama 40 tahun. Lalu bagaimana dengan bayi-bayi yang baru lahir, disini Allah buat semua bayi yang lahir dari perut seorang ibu Bani Israil sudah terlahir dengan mengenakan pakaian ketika keluar dari perut ibunya. Lalu bagaimana ketika bayi itu beranjak besar, maka dengan kuasa Allah seiring dengan pertumbuhan badan bayi maka bajupun membesar mengikuti pertumbuhan bayi tadi. Semua kebutuhan pokok mereka selama 40 tahun terpenuhi sehingga mereka hidup dalam keteduhan, makanan yang cukup, air yang tidak pernah kering, dan baju yang awet. Kata ulama ini semua sengaja Allah ceritakan kepada kita untuk diambil sebagai pelajaran, agar kita jangan takut dengan masalah-masalah kecil seperti ini. Allah akan selesaikan masalahnya, tidak ada asbabpun Allah mampu selesaikan masalah manusia. Allah mampu menyelesaikan masalah manusia tanpa asbab sebagaimana masalah Bani Israil dapat Allah selesaikan tanpa asbab. Di lembah kering tidak ada apa-apapun Allah mampu selesaikan masalah Bani Israil, tanpa asbab lagi, apalagi hanya masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.

Dari sebuah lembah yang kering kerontang Allah sanggup penuhi kebutuhan hamba-hambanya dari sandang (pakaian), pangan (makan-minum), dan papan (tempat bernaung) untuk mereka. Apalagi di negeri indonesia ini yang kononnya kaya raya akan sumber daya alamnya. Namun karena kita tinggalkan daripada usaha agama ini, maka di negeri yang subur makmurpun dan kaya akan sumber daya alamnya ini, kita justru susah di negeri ini. Inilah yang kita lihat daripada kenyataan. Ini karena keberkahan ditarik oleh Allah SWT, daripada negeri yang nampak makmur dan kaya ini, asbab kita tinggalkan daripada usaha agama ini. Jika kita mau kembali menghidupkan usaha agama ini, maka perkara-perkara lain akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Semua urusan dari ekonomi, pertanian, cuaca, musibah-musibah, akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Cukup dengan kerja ini maka Allah mampu selesaikan segala masalah kita. Namun bukan maksud masyeikh kita ini kita tidak usah kerja, tidak usah tani, bukan ini maksudnya. Tetapi maksudnya agar kita mau menyisihkan waktu untuk kerja agama ini. Masyeikh hanya menganjurkan sekurang-kurangnya seumur hidup 4 bulan saja, setiap tahun 40 hari, setiap bulan 3 hari, ini minimal atau minimum requirement. Namun untuk orang-orang lama dalam kerja ini diminta untuk meluangkan waktunya minimal 4 bulan setiap tahunnya. Bukan maksudnya untuk merusak daripada tatanan hidup kita, tetapi ini untuk mendatangkan keberkahan. Tertib untuk kerja dunia bahwa kita harus kerja minimal 8 jam tiap hari ini adalah sistem dan tertib yahudi dan nasrani. Orang beriman tidak bisa ikut dalam sistem tersebut. Allah berkuasa cukup dengan kerja 3 hari saja namun mencukupi untuk 1 bulan, bisa saja bagi Allah. Kita bekerja 1 bulan dalam satu tahun, berpuasa, lalu Allah penuhi sisanya, diberikan keberkahan, ini bisa saja dan mudah saja bagi Allah.

Jika kita mempunyai 3 unsur tadi dalam diri kita yaitu : Ibadah, Akhlaq, dan Berjuang untuk agama Allah, maka akan dimudahkan semuanya oleh Allah. Misalnya hanya dengan kerja 3 hari tetapi mencukupi untuk 1 tahun. Tetapi kalau kita ikuti daripada sistem atau tertib orang-orang yahudi dan nasrani ini, kalau tidak kerja tidak mapan, maka keadaan seperti itulah yang akan Allah berikan. Sehingga seseorang tanpa kerja dia akan kebingungan, hilang arah, rasa-rasa dunia mau kiamat. Ini karena pola pikir kita sudah mentok atau terblokir oleh pola pikir orang yahudi dan nasrani. Tidak kerja jadinya susah makan, maka keadaannya jika tidak kerja akan Allah buat seperti itu pula. Ini karena keyakinannya seperti itu yaitu tidak kerja sama dengan tidak makan. Tetapi kalau yakin kita betul kepada Allah dalam setiap ibadah dan dengan taat kepada Allah maka akan Allah mudahkan semuanya untuk kita.

Note penulis :

Dalam sebuah mahfum hadits dikatakan bahwa Allah ini tergantung pada prasangkaan hambanya kepadaNya. Jadi apa yang kita sangka terhadap Allah ini yang akan terjadi. Jika kita sangkaannya kepada Allah seperti bila tidak ada kerja maka tidak ada makan, maka keadaan seperti itulah yang akan terjadi. Jika kita yakin tanpa kerja Allah mampu memberi kita makan, maka walaupun kita tidak ada kerja, kita bisa tenang-tenang saja. Ini karena kita yakin bahwa Allah telah jamin rezki kita.

Bukan dengan tidak kerja tidak apa-apa, bukan begitu caranya, tetapi kita belajar sisihkan waktu kita untuk kerja agama ini pertama-tama dengan keluar 4 bulan, lalu istiqomah 40 hari setiap tahunnya. Baru seiring waktu diusahakan untuk meningkatkan pengorbanan menjadi 4 bulan setiap tahun, 10 hari setiap bulan, dan 8 jam setiap hari. Jika kita mau ubah cara kita dengan cara atau tertib ini, maka akan datang suatu masa Allah gunakan kita untuk agama Allah. Sedangkan untuk kepentingan dunia kita tinggal angkat tangan (berdo’a) kepada Allah, langsung Allah datangkan. Allah Maha Kuasa, semua pertolongan Allah di dalam Al Qur’an diceritakan terjadi tidak hanya kepada para Nabi saja, tetapi juga kepada selain para Nabi dan para sahabat. Semua kehebatan Allah yang Allah nampakkan kepada Nabi dan para sahabat tidak hanya terjadi pada mereka, tetapi juga terjadi pada orang-orang sholeh saat ini. Bagaimana para Masyeikh di India, Pakistan, Banglades, mereka tidak ada pekerjaan, tidak punya pabrik, tetapi mereka mampu untuk keluar 4 bulan setiap tahun dan mampu menjamu ribuan tamu yang datang menemui mereka. Saudara-saudara kita yang keduniaannya jauh lebih kurang dari kita tapi bisa terbang kemana-mana, dan keluar 4 bulan setiap tahunnya. Kini banyak orang yang keduniaannya jauh lebih baik, kerjanya 12 bulan full setiap tahun, jangankan pergi kemana-mana, untuk makan saja kadang-kadang masih susah. Inilah kenyataan yang ada saat ini.

Usaha ini betul-betul akan mendatangkan keberkahan jika kita sungguh-sungguh dalam kerja ini, sedikit demi sedikit. Jangan kita dengarkan alasan-alasan orang yang suka bilang bahwa kerja kantor atau nyari uang ini juga ibadah, ini betul, tidak salah. Memang ada hadits mahfum, “mencari rizki yang halal itu wajib hukumnya.” Bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa mencari rizki itu adalah ibadah juga. Tetapi adalah menurut daripada keutamaannya (derajat amal / kepentingannya ). Misalnya : kita mencari rizki itu karena perintah Allah, ibadah. Tetapi kalau ketika datang waktu sholat, maka yang lebih utama itu adalah Sholatnya. Jika ketika waktu sholat tiba kita masih mencari rizki terus ini akan menjadi dosa, bukan lagi menjadi ibadah. Jadi kita harus tahu mendahulukan daripada keutamaan. Sahabat juga dagang, kerja, tetapi ketika datang waktu untuk memperjuangkan agama Allah, maka mereka akan korbankan itu semua. Ada yang bilang bahwa cari rizki itu bagus, tetapi ketika dia tidak mau tinggalkan urusannya untuk keluar di jalan Allah, maka ini seperti orang yang berwudhu tetapi meninggalkan sholat. Wudhu itu ibadah, perintah Allah, dan juga syarat diterimanya daripada sembahyang kita. Kita kalau sholat tanpa wudhu maka sholat kita tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Tetapi kalau ada orang habis wudhu, lalu wudhu lagi, terus menerus wudhu berulang kali, waktu sholat datang dia tidak sholat-sholat sibuk wudhu aja, maka walaupun wudhu ini ibadah akan menjadi dosa juga. Begitu juga Nabi SAW dan para sahabat RA ada kerja juga, ada dagang, dan ada tani pula, tetapi ketika waktu memperjuangkan agama tiba dia tinggalkan semuanya. Hari ini kita dagang dan kerja terus-terusan, tidak keluar-keluar di jalan Allah, maka ini seperti orang yang wudhu terus-terusan tetapi tidak sembahyang-sembahyang. Maka penting kita bagi waktu untuk memperjuangkan agama Allah, sisihkan waktu kita untuk agama Allah. Insya Allah kita semua akan mendapatkan Hidayah dari Allah SWT. Amien