Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Monday, November 29, 2010

SEBUAH WAHYU LANGSUNG UNTUK ‘ALI

Suatu hari ketika ‘Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang
musuhnya patah dan orangnya terjatuh. ‘Ali berdiri di atas
musuhnya itu, meletakkan pedangnya ke arah dada orang itu, dia
berkata, “Jika pedangmu berada di tanganmu, maka aku akan
lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu patah, maka
aku tidak boleh menyerangmu.”

“Kalau aku punya pedang saat ini, aku akan memutuskan
tangan-tanganmu dan kaki-kakimu,” orang itu berteriak balik.

“Baiklah kalau begitu,” jawab ‘Ali, dan dia menyerahkan
pedangnya ke tangan orang itu.

“Apa yang sedang kamu lakukan”, tanya orang itu kebingungan.
“Bukankah saya ini musuhmu?”

Ali memandang tepat di matanya dan berkata, “Kamu bersumpah
kalau memiliki sebuah pedang di tanganmu, maka kamu akan
membunuhku. Sekarang kamu telah memiliki pedangku, karena itu
majulah dan seranglah aku”. Tetapi orang itu tidak mampu.
“Itulah kebodohanmu dan kesombongan berkata-kata,” jelas ‘Ali.
“Di dalam agama Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan
antara kamu dan aku. Kita bersaudara. Perang yang sebenarnya
adalah antara kebenaran dan kekurangan kebijakanmu. Yaitu
antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang menyaksikan
pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu
dalam keadaan seperti ini, maka aku harus
mempertanggungjawabkannya pada hari kiamat. Allah akan
mempertanyakan hal ini kepadaku.”

“Inikah cara Islam?” Orang itu bertanya.

“Ya,” jawab ‘Ali, “Ini adalah firman Allah, yang Mahakuasa,
dan Sang Unik.”

Dengan segera, orang itu bersujud di kaki ‘Ali dan memohon,
“Ajarkan aku syahadat.”

Dan ‘Ali pun mengajarkannya, “Tiada tuhan melainkan Allah.
Tiada yang ada selain Engkau, ya Allah.”

Hal yang sama terjadi pada pertempuran berikutnya. ‘Ali
menjatuhkan lawannya, meletakkan kakinya di atas dada orang
itu dan menempelkan pedangnya ke leher orang itu. Tetapi
sekali lagi dia tidak membunuh orang itu.

“Mengapa kamu tidak membunuh aku?” Orang itu berteriak dengan
marah. “Aku adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?,’
Dan dia meludahi muka ‘Ali.

Mulanya ‘Ali menjadi marah, tetapi kemudian dia mengangkat
kakinya dari dada orang itu dan menarik pedangnya. “Aku bukan
musuhmu”, Ali menjawab. “Musuh yang sebenarnya adalah
sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita. Engkau adalah
saudaraku, tetapi engkau meludahi mukaku. Ketika engkau
meludahi aku, aku menjadi marah dan keangkuhan datang
kepadaku. Jika aku membunuhmu dalam keadaan seperti itu, maka
aku akan menjadi seorang yang berdosa, seorang pembunuh. Aku
akan menjadi seperti semua orang yang kulawan. Perbuatan buruk
itu akan terekam atas namaku. Itulah sebabnya aku tidak
membunuhmu.”

“Kalau begitu tidak ada pertempuran antara kau dan aku?” orang
itu bertanya.

“Tidak. Pertempuran adalah antara kearifan dan kesombongan.
Antara kebenaran dan kepalsuan”. ‘Ali menjelaskan kepadanya.
“Meskipun engkau telah meludahiku, dan mendesakku untuk
membunuhmu, aku tak boleh.”

“Dari mana datangnya ketentuan semacam itu?”

“Itulah ketentuan Allah. Itulah Islam.”

Dengan segera orang itu tersungkur di kaki ‘Ali dan dia juga
diajari dua kalimat syahadat.

Saturday, November 27, 2010

Kisah Reaksi Para Sahabat Ketika Rasulullah Saw Wafat

Umar bin Khatthab r.a. adalah sahabat yang keberanian, kehebatan, dan kekuatannya tidak tertandingi hingga sekarang. Setelah lebih darin 1400 tahun, semua kehebatannya masih terkenal. Setelah masuk Islam, ia tidak sabar jika terus menyembunyikan keislamannya.

Pada saat Rasulullah Saw. wafat, meskipun ia sangat berani, ia tidak dapat menahan kesedihan karena kepergian beliau. Dengan gemetar dan sedih ia berdiri mengangkat pedangnya dan berkata, ” Barang siapa mengatakan Rasulullah saw. telah wafat akan kupenggal lehernya. Rasulullah Saw sedang berjumpa dengan Rabbnya sebagaimana Musa pergi ke gunung Thursina menemui Rabbnya. Sebentar lagi beliau akan kembali. Barang siapa membawa berita bohong ini, akan kupotong tangan dan kakinya. “

Sedangkan Utsman r.a pucat wajahnya. Hingga hari kedua, ia tidak berbicara sedikit pun. Ia berjalan kesana kemari tanpa bicara. dan Ali r.a. hanya duduk diam tidak bergerak. Di antara mereka hanya seorang yang mampu bertahan, yaitu Abu Bakar r.a..Ia sangat tegar laksana gunung. Padahal, dalam kisah-kisah sebelumnya telah kita ketahui betapa cintanya ia kepada Rasulullah Saw. Dengan tenang ia mencium kening Nabi Saw, lalu keluar kamar dan berkata kepada Umar r.a. ” Duduklah. ” Kemudian ia berkhutbah, ” Barang siapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa Rasulullah saw. telah tiada. Dan barang siapa yang menyembah Allah, sungguh Dia itu hidup dan abadi.” Lalu ia membaca ayat Al-Quran :

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul. Apakah jika ia wafat atau dibunuh, kamu akan berbalik ke belakang (murtad) ? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. ” ( Qs. Ali ‘Imran : 44) .

SITI FATIMAH DAN BINATANG

Terdapatlah seorang gadis kecil yang tumbuh berkembang bersama orangtuanya, semua di dalam hutan. Suatu hari ia menemukan ayah dan ibunya meninggal, dan dia harus menjaga dirinya sendiri. Orangtuanya meninggalkan Mihrab, sebuah ornamen ukiran yang aneh seperti kusen jendela, yang terus tergantung di dinding pondok.

“Sekarang aku sendirian,” ujar Fatimah, “dan harus bertahan di hutan yang hanya didiami binatang ini, akan lebih baik jika aku dapat berbicara dan mengerti bahasa mereka.”

Maka ia menghabiskan hari-hari baiknya dengan menyebut keinginannya ke kusen di dinding, “Mihrab, berilah aku kekuatan untuk memahami dan berbicara dengan binatang.”

Setelah cukup lama, tiba-tiba ia merasa bahwa dirinya dapat berbicara dengan burung, binatang-binatang lain bahkan ikan. Maka ia pergi ke dalam hutan untuk mencobanya.

Segera ia menuju ke kolam. Di atas air ada sejenis lalat kolam, melompat-lompat di permukaan dan tidak pernah masuk ke air. Bermacam ikan berenang di dalamnya, dan menempel di dasar kolam terdapat banyak siput.

Fatimah berkata untuk memulai percakapan, “Lalat, mengapa kau tidak masuk ke air?”

“Untuk apa, menganggap hal itu mungkin, padahal tidak?” tanya lalat.

“Karena kau akan aman dari burung-burung yang akan menyambar dan memakanmu.”

“Bukankah aku belum dimangsanya?” jawab lalat.

Dan itu akhir percakapan.

Kemudian Fatimah berbicara pada ikan, “Wahai, ikan,” katanya menembus air, “mengapa kau tidak berusaha keluar dari air, sedikit demi sedikit? Kudengar ada beberapa jenis ikan yang dapat melakukannya.”

“Sama sekali tidak mungkin,” ujar ikan, “tidak ada satu pun yang melakukan itu dan bertahan hidup. Kami dibesarkan untuk percaya bahwa itu adalah suatu dosa serta bahaya yang mematikan.” Ikan itu kembali menyelam ke bayangan, tidak mau mendengar omong-kosong tersebut.

Lalu Fatimah menegur siput, “Hai, siput, kau dapat merayap keluar dari air dan mendapatkan daun-daunan segar untuk dimakan. Aku telah mendengar bahwa ada siput-siput yang dapat benar-benar melakukannya.”

“Sebuah pertanyaan paling baik dijawab dengan pertanyaan apabila seekor siput yang bijak mendengarnya,” ujar siput.

“Barangkali akan cukup baik jika engkau bersedia mengatakan padaku, mengapa engkau demikian tertarik dengan kesejahteraanku? Orang harus menjaga diri mereka sendiri.”

“Baiklah,” ujar Fatimah, “Aku menganggapnya karena jika seseorang dapat lebih memperhatikan orang lain, ia ingin membantunya mencapai puncak-puncak yang lebih tinggi.”

“Tampaknya hal itu merupakan suatu gagasan yang asing bagiku,” jawab siput, dan merayap ke bawah sebuah batu menjauhi jarak pendengaran.

Fatimah menyerah pada lalat, ikan dan siput, dan berkelana ke dalam hutan, mencari (sesuatu) yang lain untuk diajak bicara. Ia merasa bahwa dirinya harus menjadi orang yang bermanfaat untuk seseorang. Bagaimanapun, ia lebih banyak memiliki pengetahuan daripada penghuni hutan ini. Seekor burung misalnya, dapat diperingatkan agar menyimpan makanan untuk musim dingin, atau bersarang di dekat kehangatan pondok, sehingga tidak perlu ada kematian sia-sia. Tetapi ia tidak melihat seekor burung pun.

Sebagai gantinya, ia bertemu secara tidak sengaja dengan pondok seorang pembuat arang. Dia seorang laki-laki tua dan duduk di depan pintunya, membakar kayu untuk arang yang akan dibawanya ke pasar.

Fatimah, senang bertemu dengan manusia lain — satu-satunya orang lain yang telah ditemuinya selain kedua orangtuanya — segera berlari menghampirinya. Dia menceritakan pengalamannya hari itu.

“Jangan khawatir tentang hal itu, Anakku,” ujar laki-laki tua yang baik tersebut, “Itulah hal-hal yang mana seorang manusia harus belajar, dan hal-hal itu berpengaruh sangat penting bagi kehidupan masa depannya.”

“Hal-hal untuk dipelajari?” ujar Fatimah, “Dan apakah yang seharusnya aku inginkan dengan hal-hal untuk dipelajari itu, berdoa? Hal-hal itu hanya akan, sangat mungkin, mengubah sikap hidup dan cara berpikirku.” Dan seperti lalat, ikan dan siput, ia pergi menjauhi si pembakar arang.

Fatimah, putri Waliah, telah menghabiskan waktu tigapuluh tahun berikutnya seperti halnya lalat, ikan dan siput sebelum ia mempelajari sesuatu sama sekali.

Sunday, November 21, 2010

PESAN IBU

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, “Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!”

“Tidak Dik, saya mau makan nasi saja,” kata si pemuda menolak.

Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, “Tidak Dik, saya sudah kenyang.”

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, “Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om.”

Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. “Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya.”

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, “Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?”

“Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu.”

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. “Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh.” Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, “Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu.”

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, “Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami.”

==========================
=========================

Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.

Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.

Masuk Surga Setelah Meninggalkan Kekufuran Padahal Belum Pernah Sujud Kepada Allah

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pernah berkata:”Tahukah kalian siapakah orang yang masuk Surga tetapi tidakpernah shalat walaupun sekali?” Kemudian dia sendiri yang menjawab: “Dia adalah Amr bin Tsabit”. Ibnu Ishaq berkata bahwa Hushain bin Muhammad pernah berkata: “Aku bertanya kepada Mahmud bin Labid,’Bagaimana kisah Amr bin Tsabit itu?’, ia menjawab,’Dulunya, Amr bin Tsabit itu menolak agama Islam. Akan tetapi, saat terjadi perang Uhud dia menjadi simpatik kepada Islam. Kemudian dia mengambil pedangnya dan bergabung dengan kaum muslimin.

Saat perang sedang berkecamuk dia masuk ke kancah peperangan sampai akhirnyadia terluka. Ketika ditemukan oleh orang-orang yang sekabilah dengannya, mereka bertanya,’Apa yang membuatmu datang ke mari? Apakah karena kasihan pada kaum kabilahmu, ataukah karena kau ingin masuk Islam?’ Dia jawab,’Ya, karena aku ingin masuk agama Islam, aku telah berjihad bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga aku terluka begini’. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi ura sallam bersabda,’Sungguh dia adalah ahli Surga.”‘ Dalam riwayat lain disebutkan: Kemudian dia meninggal -karena lukanya- maka dia masuk surga dan tidak pernah melaksanakan shalat sekalipun ( Fathul Bari Syarh Shahihul Bukhari (6/25) Kitab Al-jihad. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sanad hadits ini shahih) .

Kisah tersebut juga diriwayatkan dengan redaksi lain Az-Zuhri dan Urwah berkata: “Ada seorang budak hitam dari Habasyah yang tinggal di daerah Khaibar, saat itu dia sedang menggembalakan kambing milik tuannya. Ketika dia melihat penduduk Khaibar telah memegang senjata perang mereka, dia bertanya,’Mau apa kalian?’, mereka menjawab,’Kami akan memerangi orang laki-laki yang mengaku nabi itu.’ Saat mendengar kata “Nabi” disebut dia langsung pergi dengan kambingnya menghadap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian bertanya pada beliau,’Kepada apa Anda mengajak orang?’ Nabi menjawab,’Aku akan mengajakmu kepada Islam kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa aku ini adalah utusar Allah, dan aku juga mengajak agar kau tidak menyembah kecuali kepada Allah’.

Kemudian si budak tadi berkata ‘Apa yang bisa aku dapatkan bila aku mengikrarkan persaksian tadi dan beriman kepada Allah?’. Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Kau akan mendapatkan Surga bila mati atas hal itu.’ Lalu dia masuk Islam dan berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Hai Nabi Allah, kambing-kambing ini adalah amanat yang ada padaku.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan, ‘Keluarkan kambing-kambing itu dari laskar kami dan lemparilah dengan batu kerikil niscaya Allah akar membantumu memberikan amanat itu pada yang punya. Lalu dia kerjakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ternyata kambing-kambing itu kembali pulang kepada pemiliknya, hingga tuannya yang Yahudi itu tahu bahwa budaknya telah masuk Islam. Setelah itu beliau memberikan nasihat-nasihat kepada kaum muslimin.”

Dalam riwayat ini juga disebutkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sdllam memberikan bendera komando kepada Ali radhiallahu ‘anhu Dan di bawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu budak hitam itu meninggal. Kaum muslimin yang ada saat itu menggotongnya ke tempat berkumpulnya pasukan Islam, kemudian memasukkannya ke dalam kemah. Mereka berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok ke dalam kemah lalu berkata kepada para sahabat: “Sungguh, Allah telah memuliakan budak ini dan menggiringnya menuju kebaikan.

Agama Islam telah benar-benar berada dalam hatinya. Sungguh, aku telah melihat di sisi kepalanya dua bidadari yang cantik.” Al-Hafizh Al-Baihaqi meriwayatkan kisah ini dengan sanadnya dari Jabir bin Abdillah, dia berkata: “Suatu saat kami pernah bersama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di perang Khaibar. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan pasukannya lain datanglah seseorang dengan kambing-kambing yang sedang digembalakannya” Untuk selanjutnya riwayat ini sama dengan kisah budak hitam di atas.

Dalam riwayat tersebut dikatakan bahwa orang tersebut akhirnya ter bunuh dalam keadaan syahid, sementara dia tidak pernah bersujud kepada Allah Szlbhanahu wa Ta’ala sekalipun!”

Wanita juga mempunyai tanggungjawab dalam Dakwah.

Agama bukan saja tanggung jawab kaum lelaki, tetapi juga para kaum wanita. Dan pahala-pahalanya bukan saja diberikan kepada kaum lelaki, tetapi juga kaum wanita. Kaum wanita juga mempunyai tanggungjawab, merujuk kepada ayat Al-Qur’an. D...an juga sahabiyah-sahabiyah, isteri para sahabat juga berperan dalam agama.

Khadijah RA, adalah contoh, teladan untuk kita ikuti, perhatikan, dan mengerti bagaimana peranan wanita. Saat Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT, dengan segera Rasulullah berjumpa dengan Khadijah. Dan saat itu Rasulullah SAW dalam keadaan ketakutan, ketidaknyamanan, karena ini adalah saat pertama Beliau berjumpa dengan Jibrail AS. Ini pertama kali Beliau melihat Jibrail dalam bentuk sebenarnya. Jadi Beliau sangat takut. Jadi saat Beliau menggigil, ketakutan, Khadijahlah orang pertama yang menenangkan Beliau, Khadijah lah orang yang meneduhkan Nabi SAW dan yang menghilangkan ketakutan nabi SAW. Jadi kita lihat saat pertama, wanita sudah memainkan peranan. Begitu Khadijah mendengar cerita Rasulullah SAW, saat itu juga ia terus menolong Rasulullah SAW, langsung mengadakan dakwah. Dia bukan perempuan yang hanya tinggal di rumah, tidur, rehat. Tapi dia langsung berfikir bagaimana menolong suaminya.

Sekarang kita lihat orang pertama yang mati untuk Islam. Kita tahu, para sahabat mereka mengalami penyiksaan yang begitu berat, kehilangan tangan, kaki, dan semua penderitaan yang maha hebat lainnya. Tapi orang pertama yang Allah tentukan untuk mati di Jalan Allah adalah wanita, yaitu Sumayyah R.ha. Ini adalah suatu hal yang mesti diterima kaum lelaki. Allah mentakdirkan orang yang pertama syahid adalah wanita. Dia dibunuh karena kalimah “Laa Ilahaa Ilallah Muhammadur Rasulullah”. Padahal kalau dia terima saja, murtad, maka dia akan dibebaskan dan akan mendapat keduniaan yang baik. Tapi dia tetap teguh kepada keyakinannya.

Jadi kita mesti pahami, bahwa Allah sengaja mengatur semua ini untuk menjadi suatu teladan, suatu pesan, yang patut diambil di dalam sejarah Islam, bahwa wanita mempunyai peranan penting, bukan saja menerima agama Islam, tapi mati dalam mempertahankan agama Islam. Jadi kita dapat lihat bahwa orang pertama yang masuk Islam adalah perempuan, Khadijah R.ha. Orang pertama yang mati syahid juga perempuan, Sumayyah R.ha.

Mereka mengajar masyarakat, mengajar anak-anaknya, mengajar tetangganya. Mereka mengajarkan tentang Islam kepada orang-orang. Mereka bukan hanya masak, basuh pakaian, tetapi mereka juga mendidik generasi berikutnya, mengajarkan agama. Dulu tidak ada sekolah Islam, merekalah sekolah Islam. Rasulullah SAW pernah membawa ‘Aisyah R.ha untuk berjihad. Mereka pergi bukan untuk urusan bisnis, mereka bukan pergi untuk kepentingan lainnya, bersenang-senang, makan angin, jalan-jalan, mengunjungi orang-orang, tetapi mereka pergi untuk berjihad, mereka pergi untuk menyebarkan Islam.
Dalam peperanganpun mereka ikut mengambil bagian. Mereka menolong para sahabat membawa senjata, mereka memainkan peranan aktif dalam usaha menyebarkan dan mempertahankan agama Islam. Jadi ini adalah satu hakekat yang tidak boleh diingkari bahwa wanita memainkan peranan aktif, bersama dalam menyebarkan agama, dalam berdakwah sama-sama dengan lelaki.

Kita sekarang Lihat Ummu Salamah, dia dibawa Nabi saat perjanjian Hudaibiyah dibuat. Banyak sahabat yang tidak merasa puas, kecewa, dengan perjanjian yang mereka rasa berat sebelah dan merugikan umat Islam. Tapi Rasulullah SAW tetap melaksanakan perjanjian itu. Maka melihat keadaan para sahabat, Rasulullah SAW merasa bersusah hati. Beliau pergi menemui Ummu Salamah RA, dan memberitahu tentang sikap para sahabat, yang tidak mau mencukur rambut dan kembali ke Medinah. Maka Jawab Ummu Salamah, ”Mudah saja ya Rasulullah. Anda cukur saja rambut anda sekarang, Insya Allah mereka akan mengikuti.” Jadi saat para sahabat ketika melihat Rasulullah SAW telah mencukur rambutnya, merekapun merasa terpukul, mereka merasa telah tidak mengikuti perintah Rasulullah SAW. Maka saat itu juga semua sahabat mengikuti apa yang diperbuat Rasulullah SAW. Disinilah Allah telah mengurniakan kelebihan terhadap kaum wanita, yaitu ketajaman firasatnya. Dan inilah bukti sumbangan kaum wanita dalam dakwah.

Saat masa Umar RA, perempuan menyumbang peranan besar dalam segala aspek, baik politik, ekonomi dan sebagainya. Saat itu kekayaan Islam sedang berlimpah ruah, menyebabkan terjadinya inflasi. Maka Umar RA memutuskan untuk menentukan batas mahar. Maka dalam musyawarah syuro (perwakilan rakyat) yang terdiri dari wakil-wakil baik lelaki maupun perempuan, Umar RA memberitahu cadangannya. Maka bangkitlah seorang perempuan dan berkata,”Siapakah dia, Umar, yang mau merubah apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya?” Itulah peranan wanita. Wanita di ikut sertakan dalam perwakilan rakyat, tapi menurut cara Islam. Bukan seperti yang terjadi sekarang, dimana bercampur baur antara lelaki dan perempuan. Tapi dengan cara islam yaitu wanita terpisah tempatnya dari lelaki di sebelah belakang. Jadi kita boleh melihat dalam segala bidang wanita memegang peranan yang penting. Mereka langsung mengetahui apa yang mesti dimainkan saat menerima Islam. Mereka segera tahu apa kewajibannya dalam Islam.

Wednesday, November 17, 2010

Hak anak terhadap orang tua

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda :

“Termasuk hak anak yang harus dilaksanakan oleh orang tua ada tiga hal, yaitu : Orang tua hendaknya memberikan nama yang baik ketika anak itu lahir, orang tua mengajarinya kitab Allah (Al-Quran) ketika anak itu mulai bisa menggunakan akalnya, dan orang tua mengawinkannya ketika anak itu telah dewasa.”

Diriwayatkan dari Umar ra, bahwasanya ada seseorang datang kepadanya dengan membawa anaknya, kemudian ia berkata : “Wahai Amirul Mukminin, anakku ini durhaka kepadaku.” Umar ra berkata kepada anak itu : “Apakah kamu tidak takut kepada Allah, di mana kamu berani durhaka kepada ayahmu. Di antara hak orang tua itu adalah begini dan di antara hak anak adalah begini.” Anak aitu bertanya : “Wahai Amirul Mukminin, apakah anak itu mempunyai hak yang harus dilaksanakan oleh ayahnya ?” Umar menjawab : “Ya, haknya, yaitu hendaknya ayahnya memilihkan ibu yang terhormat, artinya ayahnya tidak kawin dengan perempuan yang hina supaya anaknya tidak merasa tercela karena ibunya, hendaknya ayahnya memberikan nama yang bagus, dan hendaknya ayahnya mengajarinya Al Quran.” Anak itu berkata : “Demi Allah, ayahku tidaklah memilihkan ibu yang terhormat untukku, di mana ia membeli budak perempuan dengan harga 400 Dirham, ia tidak memberikan nama yang baik untukku, dan ia tidak mengajari satu ayatpun dari Al Quran. Kemudian Umar ra menoleh kepada ayahnya itu seraya berkata : “Kamu mengatakan bahwa anak ini durhaka kepadamu, padahal kamu telah durhaka kepadanya sebelum ia durhaka kepadamu.”

Nabi Muhammad saw bersabda : “Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada orang tua yang membantu anaknya untuk berbuat baik kepadanya.”

Maksudnya, ia tidak tidak menyuruh sesuatu kepada anaknya yang dikhawatirkan anaknya itu tidak bisa melaksanakannya yang berarti anaknya itu durhaka kepadanya. Diriwayatkan dari salah seorang yang shaleh, bahwasanya apabila ia memerlukan sesuatu, ia tidak menyuruh anaknya, akan tetapi menyuruh orang lain, dan ketika ada orang yang menanyakan kepadanya, ia menjawab : “Bila aku menyuruh anakku, aku khawatir dia tidak bisa mengerjakannya, sehingga dia durhaka kepadaku yang bisa menyebabkan dia masuk neraka, sedangkan aku tidak akan membakar anakku di dalam neraka.” Diriwayatkan dari Khalaf bin Ayyub adanya kisah seperti ini.


Al-Fudlail bin Iyadl berkata : “Orang yang sempurna keperwiraannya adalah orang
yang berbakti kepada kedua orang tuanya, menyambung tali persaudaraan, menghormati saudara-saudaranya dan berakhlak baik terhadap keluarga, anak maupun pelayannya, menjaga agamanya, membersihkan harta kekayaannya, menafkahkan kelebihan hartanya, menjaga lisannya, rajin bekerja dan tidak bergaul dengan orang-orang yang suka membicarakan orang lain.

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda :

“Ada empat hal yang termasuk tanda kebahagiaan seseorang, yaitu : Bila istrinya shalihah, anak-anaknya taat, pergaulannya dengan orang-orang shaleh dan rezekinya berada di negerinya sendiri.”

Yazid Ar-Raqqasy meriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwasanya ia berkata : Ada tujuh amal perbuatan yang pahalanya terus mengalir sesudah orang yang mengerjakannya meninggal dunia, yaitu :

1. Orang yang membangun masjid, ia akan tetap mendapatkan pahala selama ada seseorang yang mengerjakan shalat di dalamnya.
2. Orang yang mengalirkan sungai, ia akan tetap mendapatkan pahala selama air di sungai itu mengalir dan orang-orang mengambil manfa’at dari air sungai itu.
3. Orang yang menulis mushhaf, ia akan tetap mendapatkan pahala selama ada orang yang membacanya.
4. Orang yang menggali mata air, ia akan tetap mendapatkan pahala selama ada orang yang bisa mengambil manfaat dari mata air itu.
5. Orang yang menanam suatu tanaman, ia akan tetap mendapatkan pahala selama ada orang atau burung yang mengambil buahnya.
6. Orang yang mengajarkan ilmu, ia akan tetap mendapatkan pahala selama ilmu itu diamalkan dan disebarluaskan dan
7. Orang yang meninggalkan anak, yang mana anaknya selalu memohon ampun dan mendoakannya setelah ia meninggal dunia. Apabila seseorang mempunyai anak yang shaleh, di mana ia mengajarkan Al-Quran dan ilmu yang bermanfaat kepada anaknya, maka ayahnya akan memperoleh pahala anaknya itu tanpa mengurangi sedikitpun pahala si anak.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda :

“Apabila seorang hamba itu meninggal dunia, maka terputuslah amal kebaikannya, kecuali tiga, yaitu : shadaqah jariyah, ilmu yang dapat diambil manfaatnya dan anak shaleh yang mendoakan kebaikan untuknya.”

Jalan Terdekat Menuju Surga

Bismillahirrahmanirrahim

Surga…negeri indah yang jauh di mata, tapi setiap jiwa mengharapkannya. Ada yang berusaha sungguh-sungguh, ada pula yang jatuh bangun untuk mendapatkannya. Tapi…adapula yang putus asa, sehingga membiarkan dirinya tenggelam dalam kubangan dosa. Mengapa? Karena, ia merasa jalan ke surga itu sulit, melelahkan serta banyak rintangan.

Sungguh, wahai kawan yang hampir putus asa, atau telah berputus asa, dan kawan-kawan yang tak ingin berputus asa, telah ku dapati percakapan penuh nasehat dalam tulisan yang singkat, tentang jalan paling mudah dan dekat menuju surga…

Inilah percakapan yang ku maksud…

Si Fulan bertanya pada temannya,

“Wahai saudaraku tercinta! Apakah engkau menginginkan surga?”

Temannya menjawab,

“Siapakah dari kita yang tidak ingin masuk surga? Siapa di antara kita yang tak ingin mendapatkan kenikmatan yang kekal abadi? Dan siapakah di antara kita yang tak ingin merasakan kesenangan yang kekal, serta kelezatan-kelezatan yang terus menerus, yang tak kan lenyap dan tak pula terputus?”

Si Fulan berkata,

“Kalau begitu…maka mengapa engkau tak beramal shalih yang dapat menyampaikanmu ke surga?”

Temannya menjawab,

“Sesungguhnya jalan ke surga itu sulit, panjang, penuh rintangan dan duri. Sedangkan diriku ini lemah, tak dapat aku bersabar atas kesulitan dan kesusahan yang terdapat di jalan itu.”

Si Fulan berkata,

“Saudaraku…jika engkau merasa tidak dapat bersabar dalam mentaati perintah-perintah Allah, serta bersabar untuk menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat selama di dunia, lalu bagaimana engkau akan bersabar jika nanti di akhirat engkau menjadi penghuni neraka Jahannam?! semoga Allah melindungi aku darinya.”

Temannya menjawab,

“Inilah yang mempengaruhiku dan menjadikanku bimbang dalam urusanku. Akan tetapi, aku tidak mengetahui apa yang harus kulakukan dan dari mana aku harus memulainya…. Dan sungguh aku telah terlanjur terjerumus ke jalan maksiat dan hal-hal yg diharamkan.”

Si Fulan berkata,

“Aku akan menunjukkan padamu jalan pintas yang akan menyampaikanmu ke surga. Dan jalan ini adalah jalan yang mudah, tidak ada kesulitan maupun usaha yang berat di dalamnya.”

Temannya berkata,

“Tunjukkan padaku jalan itu, semoga Allah merahmatimu. Sungguh aku selalu ingin memngetahui jalan yang mudah itu.”

Si Fulan berkata,

“Jalan yang dimudahkan ini, dijelaskan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Al-Fawaaid”, dimana beliau berkata,

’Marilah masuk ke surga Allah…serta berdekatan denganNya di Negeri Keselamatan…tanpa ada letih…tanpa ada kesulitan…dan tanpa ada susah payah…bahkan melalui jalan yang terdekat dan yang termudah…’

’Sesungguhnya, engkau saat ini sedang berada pada satu masa di antara dua masa…dan pada hakikatnya masa itu adalah umurmu…yaitu dimana saat ini engkau ada…di antara masa yang telah lalu dan masa yang akan datang…’

’Adapun masa yang telah lalu…maka ia diperbaiki dengan taubat, penyesalan serta permohonan ampun…dan itu bukanlah sesuatu yang sulit bagimu…serta tidak memerlukan amal-amal yang berat…karena sesungguhnya ia hanyalah amalan hati…’

’Dan pada masa yang akan datang…berusahalah menjauhi dosa-dosa…

dan usahamu untuk menjauhi dosa itu adalah hanya berupa usaha untuk meninggalkan dan bukanlah ia merupakan amalan anggota badan yang menyusahkanmu karena sesungguhnya ia hanyalah berupa kesungguhan serta niat yang kuat…yang akan menyenangkan jasadmu, hatimu serta rahasia-rahasiamu…’

“Apa yang terjadi pada masa lalu, diperbaiki dengan taubat…dan di masa mendatang diperbaiki dengan penghindaran (dari yang haram) dengan kesungguhan serta niat… dan tidak ada kesusahan bagi anggota tubuh atas dua usaha ini.”

“Akan tetapi, yang terpenting dalam masa kehidupanmu adalah masa di antara dua masa (yaitu dimana saat ini engkau berada). Jika engkau menyia-nyiakannya maka engkau telah menyia-nyiakan kebahagiaan dan kesuksesanmu. Namun, jika engkau menjaganya dengan perbaikan dua masa, yaitu masa sebelum dan sesudahnya, dengan cara yang telah disebutkan…maka engkau akan selamat dan menang dengan mendapatkan kelapangan, kelezatan serta kenikmatan…”

Maka, inilah jalan ke surga yang mudah itu….

Bertaubat atas apa yang telah lalu kemudian beramal sholeh serta meninggalkan maksiat pada masa yang akan datang.

Si Fulan menambahkan,

Dan kusampaikan pula padamu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

“Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang enggan!” maka shahabat bertanya, siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah? Nabi menjawab, “Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan” (HR Al-Bukhari)

Dan juga sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,

“Surga itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian dibandingkan dekatnya tali sendalnya terhadapnya, demikian pula dengan neraka.” (Muttafaqun ‘alaih).

HIKMAH BAHAGIA

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh

Sahabat...

Tidak ada satupun orang yg tidak ingin dirinya bahagia... semua orang ingin hidupnya bahagia... orang miskin ingin bahagia... org kaya ingin bahagia... org kampung ingin bahagia... org kota ingin bahagia... org sehat ingin bahagia...org sakit ingin bahagia... rakyat ingin bahagia... raja ingin bahagia... yg tampan/cantik ingin bahagia... yg yg biasa2 aja juga ingin bahagia, dst.
Bahkan dia ingin org2 yg dicintainya juga turut bahagia... dia ingin seluruh umat manusia hidup bahagia.

Umumnya org menganggap bahwa letak kebahagiaan itu terletak pada harta/uang yg banyak atau jabatan/kekuasaan yg tinggi atau kecantikan/ketampanan & popularitas.
Sehingga orang berlomba-lomba utk mencapai hal2 tersebut dgn segala cara.

Namun kita terhenyak ketika melihat kenyataan... contoh yg paling mudah adalah kehidupan para Artis yg kawin cerai.
Padahal kurang apa mereka? Tampan iya.. istrinya juga artis, cantik lagi... anaknya lucu2.. duitnya byk iya... rumahnya besar, mobilnya keren, populer lagi... byk fansnya... byk yg menyukainya... kurang apalagi ya? kan udh lengkap tuh... kok mereka pada cerai ya? ribut lg cerainya... berarti walau sdh serba punya...ternyata mereka gagal utk bahagia.
(Ini hny sbg contoh bukan utk menggunjing, walau tdk semua begitu namun byk sekali terjadi..dan kita coba mengambil hikmahnya)

Sahabat...
Bisa jadi seorang tukang becak yg serba sederhana malah lebih bahagia daripada seorang konglomerat yg serba ada
Bisa jadi seorang yg lumpuh ngga bisa ngapa2-in malah lebih bahagia dari org yg sehat segar bugar, dst...
Kebahagian itu tdk terletak pada harta, jabatan, popularitas, tampan/cantik dst...

Mengapa? Karena bahagia adalah apa yg dirasakan oleh hati...
Hati yg IKHLAS & BERSYUKUR menerima sgala ketetapanNya walau kadang TDK SESUAI DGN KEINGINAN KITA.
Hati yg LEMBUT dan SABAR krn senantiasa MENJAGA PRASANGKA BAIK pdNya, krn dirinya YAKIN bahwa Dia pemilik KASIH SAYANG YG SEMPURNA & MAHA TAHU shg Allah SWT PASTI BERIKAN yg TERBAIK utk kita
Hati yg PENUH DGN KASIH SAYANG shg dia menyayangi orang lain seperti menyayangi dirinya sendiri, MUDAH MEMAAFKAN kesalahan org lain dan S\sibuk memikirkan aib diri shg tdk sempat lagi memikirkan aib org lain.

Sahabat...
Ternyata kebahagian terletak pada amalan agama yg sempurna seperti yg dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW dan diikuti oleh para Sahabat RA.
Mereka adalah orang2 yg sukes, bahagia, mulia dan jaya dikehidupan dunia dan akhirat.

RESEP BAHAGIA sudah dikabarkan oleh Allah SWT yg tercatat dlm Al Qur'an dan di-PRAKTEK-an oleh Rasulullah SAW yg tercatat dlm As Sunnah serta DIIKUTI oleh para Sahabat RA.

Mau bahagia, selamat, sukses & mulia? Maka hiduplah dalam Islam krn tdk ada cara lain... jangan jadikan agama ini sbg sampingan/ekstra kulikuler, jangan suruh agama ikut pengennya kita... justru kitalah yg ikut pengennya agama.

Wallohu'alam

Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuuh

Tuesday, November 16, 2010

Shaum ‘Arafah

haum ‘Arafah adalah shaum yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijah dan bertepatan dengan pelaksanaan Wukuf di padang ‘Arafah bagi yang melaksanakan ibadah Haji. Bagi yang tidak di Sunnahkan untuk melaksanakan shaum ‘Arafah.

“Shaum ‘Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yaitu dosa setahun yang lalu dan yang tersisa”. (HR.Muslim)

Shaum pada hari Tasyriq yaitu pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijah dilarang, karena pada hari itu masih boleh melakukan Qurban.

“Hari Tasyriq adalah hari makan, minum dan menyebut (mengingat) Allah Swt.” (HR. Muslim)

Semoga tahun ini kita diberi kekuatan untuk bisa melaksanakan Shaum ‘Arafah yang hanya 1 hari namun faedahnya untuk 2 tahun.

“Amal yang disukai Allah adalah amal yang rutin walaupun sedikit” (HR. Muslim)

Salam Ikhlas!

MENELADANI NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM DALAM BER'IDUL ADHA

Tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah, seluruh ummat Islam merayakan datangnya Idul Adha. Kata “Adha” merupakan padanan kata “Udhi-yah” artinya penyembelihan, sebagaimana di-kemukakan Sayyid Sabiq dalam “Fiqh Sunnah”, “Al-Udhiyah” atau “Ad-Dhahiyah” adalah nama sesuatu yang disembelih yaitu unta, sapi atau kambing pada hari nahar (tgl 10 Dzulhijjah) atau pada hari tasyrik (Tgl. 11, 12, 13 Dzulhijjah) sebagai wujud taqarrub kepada Allah SWT.”

Banyak ulama yang menyebut Idul Adha sebagai “hari solidaritas muslim”, karena di-samping hubungannya dengan pelaksanaan ibadah haji yang menjadi simbol persatuan ummat Islam dunia, juga merupakan bentuk nyata kasih sayang sesama manusia, yaitu dengan pelaksanaan qurban serta pembagian daging qurban.

Sunnah Rasulullah SAW sebelum memasuki tanggal 10 Dzulhijjah di antaranya ialah;
(1) Bagi mereka yang hendak menyembelih hewan qurban di-sunatkan tidak memotong rambut, bulu dan kukunya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW; “Apabila kalian melihat hilal pada bulan Dzulhijjah (memasuki tanggal 1) dan bermaksud menyembelih maka cegahlah (memotong) rambut dan kukunya.”

(2) Sunnah melaksanakan shaum pada hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah bagi yang tidak melaksanakan haji. Keutamaan shaum Arafah ini tercantum dalam Hadits dari Qata-dah RA, Rasulullah SAW bersabda; “Shaum pada hari Arafah pahalanya berupa penebus dosa dua tahun, yaitu setahun sebelumnya dan setahun yang akan datang.”

(3) Menjelang Idul Adha disunatkan mengu-mandangkan takbir, tahlil dan tahmid, yaitu pa-da shubuh hari Arafah (tgl. 9 Dzulhijjah) sampai waktu ashar hari tasyrik yang terakhir, berdasarkan firman Allah; “Dan berdzikirlah (de-ngan menyebut) Allah dalam beberapa hari berbilang...”

Ibnu Abbas menafsirkan hari tersebut pada ayat ini termasuk hari
tasyrik. Alhafidz menje-laskan: “Yang lebih shahih ialah pandangan Ali, Ibnu Mas’ud yaitu bertakbir pada shubuh hari Arafah sampai ashar pada akhir hari-hari Mina (tasyrik),“

(4) Disunnahkan memakai pakaian yang terbaik dan memakai wewangian serta mandi sebelum berangkat shalat ied. Ibnul Qayim berkata; “Adalah Rasulullah SAW memakai baju yang terbaik pada setiap ied, dan beliau memiliki satu jubah yang dipakai setiap ‘Ied dan Jum’at.”

(5) Pada Idul Adha disunatkan tidak makan dahulu sebelum shalat ‘ied. Dari Buraidah ber-kata; “Adalah Rasulullah SAW tidak bersegera pergi pada Idul Fitri sehingga ia makan dahulu, dan tidak makan dulu pada Idul Adha sehingga ia kembali (dari shalat ied).”

(6) Menuju lapangan untuk melaksanakan shalat sunat ‘Ied dan mendengarkan khutbah ‘ied, serta pulang dengan mengambil jalan yang berbeda.

(7) Memperbanyak amal shalih sampai hari kesepuluh Dzulhijjah (Idul Adha) sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Tiada hari yang lebih Allah cintai bagi mereka yang beribadah pada-nya selain hari-hari sepuluh Dzulhijjah, shaum pada hari itu disamakan dengan shaum setahun dan qiyamullail pada hari itu sama dengan qiyamullail pada Lailatul Qadar.” Tentu saja pelaksanaannya harus sesuai dengan dengan Sunnah Rasulullah SAW yang sudah jelas.

(8) Acara yang paling penting dalam Idul Adha ialah penyembelihan hewan qurban yaitu bagi mereka yang mampu dan memenuhi syarat dan rukunnya. Rasulullah SAW ber-sabda; “Tidak ada suatu amal bani Adam pada hari raya Adha yang lebih Allah cintai selain dari menyembelih hewan qurban.”

Inilah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan ibadah qurban. Disamping sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah, ibadah qurban juga merupakan sarana untuk bertaqarrub kepada-Nya..

Wallahu A’lam Bis-Shawwab

MENUJU KEIKHLASAN BERKORBAN

Kurban secara etimologi berarti dekat. Proses mendekatkan diri dinamakan taqarub. Kurban adalah kendaraan untuk mendekatkan diri pada Allah. Bahasa Indonesia mengadopsi kata kurban menjadi pengorbanan. Pengorbanan adalah keikhlasan dalam memberikan sebagian dari yang dititipkan Allah untuk mereka yang membutuhkan. Lebih dari itu pengorbanan adalah mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi. Bentuk pengorbanan bisa berupa materi, kesempatan, waktu, tenaga, pikiran atau ilmu.

Kurban tidak hanya memberi pada orang tidak mampu saja, tapi juga memberi pada orang berkecukupan. Memberi pada fakir miskin disebut sedekah atau infaq. Sedangkan memberi pada orang sejajar atau lebih tinggi disebut hadiah.

Peristiwa yang paling monumental dari pengorbanan ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim Alaihi Salam yang rela mengorbankan nakanya, Ismail demi mematuhi perintah Allah walau kemudian Allah mengganti Ismail dengan seekor kambing. Demikian pentingnya peristiwa tersebut, Allah mengabadikannya dalam sebuah hari raya, yaitu Idul Adha atau Idul Kurban.

Agar pengorbanan menjadi bermakna, kita harus yakin bahwa apapun yang dilakukan oleh syariat Islam tidak ada yang sia-sia.
Ada beberapa keutamaan dari pengorbanan:
1.Dicintai Allah Subhanahu wa ta’ala, karena pengorbanan akan mendekatkan diri pada-Nya bila diniatkan ikhlas untuk mencari keridhoan Allah semata.
2.Lahirnya rasa persaudaraan dan saling menyayangi satu sama lain. Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam berpesan kepada umatnya, “Saling memberilah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.
3.Turunnya rahmat Allah. Rahmat Allah bisa berupa ketenangan jiwa, perdamaian, persatuan umat, dan yang lainnya.

Sunday, November 14, 2010

Pedoman Berumah Tangga

Ketika suami menerima aqad nikah,disana ada ikrar bahwa suami siap menerima segala resiko kehidupan istri yang dinikahinya. suami yang merawat istri, menyiapkan papan (rumah, penataan & kerapihannya), sandang (pakaian & kebersihannya), pangan (makanan & penyiapannya). Jadi kesiapan suami menerima aqad nikah adalah kesiapan menerima resiko merawat keseluruhan kehidupan istri yang diterimanya.

Tugas istri:

(1) Menjaga diri (keindahan dan kebersihan lahir batin, tutur dan perilaku) di hadapan suami atau tidak di hadapan suami (istri yang mengagumkan),

(2) Menjaga semua milik suami (menjaga benda milik suami termasuk menjaga kemuliaan suami di hadapan kehidupan ini & di hadapan Allah),

(3) Taat kepada suami karena Allah (Allah anugrahkan kemampuan adaptasi yang lebih pada wanita). Allah ciptakan wanita indah, halus, bersih dan lembut untuk melaksanakan tugas-tugas itu… juga Allah kuatkan fisik dan mental wanita lebih dari laki-laki untuk itu.. (beribadahlah dg ikhlas)

Dengan mengenali tugas-tugas itu, diharapkan masing-masing kita akan menemukan cara meringankan pasangan kita dalam melaksanakan tugas-tugas itu, sehingga karena kita pasangan kita mudah mendapatkan ridho Allah. Istri akan dengan ikhlas menerima karya suami dan dengan tulus membantu meringankan tugasnya. Demikian juga suami akan tampil mengagumkan sehingga istri akan mudah melaksanakan tugas-tugasnya. Kita akan menjadi pasangan yang saling memberi. Bukan pasangan yang saling menuntut. Kita ringankan pasangan kita untuk melangkah ke surga, bukan membebaninya sehingga syetan akan mudah menghamparkan jalan menuju siksa Illahi.

JADILAH PASANGAN YANG MENYEBABKAN PASANGANNYA MENDAPATKAN RIDHO-NYA, BUKAN PASANGAN YANG MENYEBABKAN PASANGANNYA MENDAPATKAN MURKA-NYA

Kalau kita mengharapkan memiliki suami yang mengagumkan, kagumi dia, maka kita akan memiliki suami yang mengagumkan. Demikian juga kalau kita ingin istri yang mengagumkan, kagumi istri kita, maka kita akan merasakan rasa kagum yang dalam kepada istri tercinta. Pastikan tujuan rumah tangga kita adalah husnul khatimah (suami dengan kepemimpinannya yang bijak mengagumkan akan memudahkan istri mendapatkan husnul khatimah… istri dengan kelembutan fisik, suara, gerak dan perasaannya, mampu mendampingi suami penuh tentram sehingga suami mudah mendapatkan husnul khatimah) Jadikan rumah tangga kita semakin hari semakin menyempurnakan akhlaq kita, tempaan di dalamnya membuat kita semakin dekat dengan-Nya. Sehingga kita akan dapatkan kesempurnaan iman dari rumah tangga kita, Untuk bisa mendapatkan husnul khatimah dengan modal keimanan yang ada, pastikan TAQWA (sikap hati-hati karena rindu kepada ridho Allah dan khawatir mendapatkan murka Allah swt) menjadi bekal perjalanannya.

Istri yang bertaqwa akan hati-hati berbuat, dia tidak ingin perlakuannya kepada suaminya membuat dirinya mendapatkan murka Allah SWT. Suami yang bertaqwa akan memperlakukan istrinya dengan cara yang membuat Allah ridho kepadanya. Bekal sikap taqwa ini akan memudahkan kita mendapatkan warna ibadah di dalam rumah tangga kita, sehingga suasana SAKINAH MAWADDAH wa RAHMAH akan menjadi warna suasana perjalanan rumah tangga kita. Dalam mengamalkan uraian diatas, pastikan kita yakin bahwa syetan (musuh bebuyutan kita) akan selalu menggoda kita. Syetan sangat suka dengan pertengkaran dan amarah. Syetan akan bahagia kalau ada pasangan yang merasa paling berjasa dalam rumahtangganya. Syetan sangat gembira kalau komunikasi di dalam rumah tangga terhenti. Syetan sangat marah kepada senyum ikhlas pasangan untuk pasangannya. Syetan geram kepada pasangan yang tulus romantis. Mudahkan mengamalkan itu? Sangat mudah. Karena kata susah adalah kata yang selalu dibisikkan syetan pada setiap kita akan berbuat baik dan benar… Wallahu a’lam…

Nasehat KH EZ Muttaqien (alm) pada thn 1983 :

1. Dari sejak hari ini pujilah pasanganmu dengan sepenuh hati, jangan ada sedikit pun kisah kesalahan atau keburukan pasangan mu yang disimpan dalam benakmu..simpan kisah indah saja ttg pasanganmu.. karena itu akan menjadi ibadah.. jika dia bersalah… perbaiki dengan nashihat lisan yang indah.. jika nashihat itu dirasa akan menyakitkan .. berikan untuknya keteladanan saja…

2. Mudahkan istrimu untuk taat… dengan cara menjadi suami yang mengagumkan… mudahkan suami untuk sayang kepada istri dengan menjadi istri yang mengagumkan… Jika engkau ingin pasangan yang mengagumkan.. sanjunglah dia dengan hatimu… maka dia akan menjadi pasanganmu yang mengagumkan…

3. Jika engkau memiliki kemampuan.. jangan engkau jual semua hanya untuk mendapatkan rupiah… sisakan sebagiannya untuk akhiratmu.. jika engkau memiliki ilmu … jangan engkau jadikan hanya untuk mencari nafkah saja.. sisakan sebahagiannya untuk mengenali keagungan Allah.

4. Buang jauh2 keangkuhan sepanjang hayat berumah tangga… sepihak merasa lebih dari yang lainnya.. karena hal itu satu- satunya penyakit dalam rumah tangga…

5. Jadilah pasangan teladan untuk semua… jadilah jariyah untuk ayah bunda tercinta…

6. Lakukan sekecil apapun kebaikan… karena tidak ada kebaikan yang tidak memberikan keuntungan.. jangan katakan sulit untuk melakukannya.. lakukan saja… karena kadang sering rasa sulit itu datang dari bisikan syetan…

Almarhum seorang yang selalu memberikan rangsangan berpikir, sehingga saya merasa terpancing untuk selalu memikirkan semua yang beliau katakan… jarang sekali beliau menasihati dengan kalimat2 yang jadi… (kata perintah) bahkan marah tidak pernah saya dengar… pemikiran2 optimisme selalu menjadi landasan pembicaraannya.. semua teman merasa mempunyai bapa… karena tidak ada pertanyaan, pernyataan dan keluhan yang dianggap remeh oleh almarhum… semua ditanggapi serius… sehingga semua merasa berharga… Bukan hanya berbudi, bijaksana, sholeh, baik hati, cerdas… teladan… bagi saya almarhum adalah sosok bapak yang sangat indah… saaaangat indah….

Almarhum menerjemahkah keshalihan dengan sikap yang mampu memberikan manfaat bagi kehidupan yang bukan hanya hari ini tapi untuk 5 sampai 10 thn ke depan…

Saturday, November 13, 2010

Dakwah Salah Satu Ikhtiar Mendapatkan Rezeki

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit orang yang menyalahkan orang lain yang beribadah sebagai jalan ikhtiar mencari dunia-Nya Allah. Saya lebih menyebutnya sebagai “sebuah keutamaan”. Ya, mencari dunia dengan jalan beribadah adalah sebuah keutamaan. Mengapa demikian?

Sebab bukankah mengikuti anjuran Allah dan Rasul-Nya adalah juga ibadah? Dunia
adalah milik Allah. Ketika Allah memerintahkan kita begini dan begitu ketika kita mencari dunia milik-Nya, maka ini menjadi sebuah ibadah yang sangat hebat. Di samping tentu menjadi sebuah wujud iman dan keyakinan kepada-Nya. Itu’kan sebutan betawinya nurut, atau percaya.

Saudaraku, terhadap dokter saja, keyakinan kita bukan main hebatnya. Ketika seorang dokter mengatakan, “Anda harus dioperasi segera... dalam hitungan 24 jam!” Wah, kita akan terbirit-birit mengiyakan. Andai kita tidak ada uang pun kita akan mengusahakan setengah mati, pinjam sana pinjam sini. Kalau perlu, kita tinggalkan rumah kita, kita korbankan kendaraan kita untuk mendapatkan uang buat operasi. Ada ahli desain interior. Dia berkunjung ke rumah kita. Lalu memberikan advisnya tentang tata ruang yang lebih membuat sirkulasi udara rumah kita menjadi lebih bagus, maka insya Allah kita akan mengubah tata letak rumah kita tersebut andai memang kita ada uang.

Atau malah jangan-jangan kepikiran terus untuk sesegera mungkin menjalankan advis sang desainer interior tersebut. Terhadap saran manusia, terhadap nasihat manusia, kita bak… bik… buk… memikirkan dan mengikutinya. Mengapa terhadap nasihat Allah dan Rasul-Nya tidak kita ikuti? Apakah karena kita tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya? Atau jangan-jangan kita terjebak kepada kesungkanan atau makna keikhlasan yang barangkali perlu dikoreksi? Sehingga ibadah kita tidak bertenaga? Tidak memiliki spirit? Sebab bisa jadi bayang-bayang tidak boleh beribadah karena meminta sesuatu dari Allah; entah itu dunia-Nya, berharap solusi dari-Nya, menjadikan kita seperti setengah-setengah beribadah. Bukan karena penuh pengharapan kepada-Nya, atas janji-janji-Nya sendiri.

Macam gini, Allah menyebut bahwa jalan tahajjud akan membuat hidup seseorang berubah menjadi lebih baik lagi. Bila dilakukan terus-menerus akan membuat seseorang naik terus derajat dan kemuliaannya. Lalu, ada seseorang yang melakukan tahajjud sebab percaya akan firman-firman Allah dan hadits-hadits Rasul seputar tahajjud ini, dan kemudian menyandarkan harapan hanya pada-Nya -sekali lagi, hanya pada-Nya-, apakah ini salah? Lebih utama mana dengan yang tidak mengerjakannya? Atau lebih utama mana dengan yang mengerjakannya tanpa berharap kepada-Nya? Apalagi kalau kita sepakat bahwa meminta kepada Allah pun merupakan ibadah tersendiri? Tahajjud ya ibadah... dan meminta (do’a) adalah juga ibadah. Maka bila seseorang melakukan tahajjud dan juga berdo’a kepada Allah, bukankah dia malah dapat dua keutamaan?

Terus lagi, Rasul misal pernah bilang juga begini, “Kalau mau dibantu Allah, bantulah sesama.” Lalu, seseorang yang menghendaki pertolongan Allah bergegas menyambut seruan ini untuk benar-benar berharap turunnya pertolongan Allah baginya. Apakah ini salah? Tega bener kalo salah mah.

Saudaraku, ayo! Beranilah meminta. Kalimat bahwa beribadah sama Allah, beribadah saja, jangan minta-minta sama Allah, harus ikhlas, ini menurut saya perlu dilakukan lagi penelitian mendalam. Kasihan orang yang butuh pertolongan Allah yang menempuh jalan ibadah dan jalan-jalan yang diseru-Nya.

Mohon do’a agar Allah memberikan bimbingan kebenaran dari-Nya. Dan juga mohon koreksi apabila ada pembaca yang lebih arif, lebih alim, dan lebih mengetahui tentang hal-hal apa yang saya tulis. Andai ada kebenaran, datangnya dari Allah. Apabila ada kesalahan, itulah saya, Abu ilyas, yang memang begitu banyak kekurangannya. Kepada Allah semua kita kembalikan.

Rahmat dan Kasih Sayang

Rasulullah saw bersabda :

“Suatu saat ada seseorang sedang berjalan di jalan merasa sangat haus, lalu ia menemukan suatu sumur, kemudian ia turun ke dalamnya lantas meminum, kemudian ia keluar, dan di situ ada seekor anjing yang menjilat-jilat tanah karena haus, lalu orang itu berkata : “Anjing ini tentu haus seperti apa yang aku rasakan”. Maka ia turun ke dalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air, kemudian ia menggigitnya sampai ia naik dan memberikan minum itu kepada anjing itu, lalu Allah Swt bersyukur kepadanya atas perbuatannya itu, maka Allah mengampuninya”. Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah di dalam menolong binatang itu mendapatkan pahal bagi kita ?” Beliau menjawab : Dalam menolong setiap yang bernyawa ada pahalanya”.

“Tidak akan masuk surga, kecuali orang yang mempunyai perasaan kasih sayang”. Para sahabat bertanya : ‘Wahai Rasulullah, Kami semua mempunyai perasaan kasih sayang”. Beliau bersabda : “Yang dimaksud bukanlah kasih sayang salah seorang di antara kamu terhadap diri sendiri saja, akan tetapi rasa kasih sayang terhadap semua manusia, dan tidak mempunyai rasa kasih sayang terhadap mereka, kecuali Allah Swt.”

Kewajiban Beramar Ma'ruf dan Nahi Munkar

Kita meyakini bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar termasuk bagian dari syiar Islam yang paling agung dan sarana paling ampuh untuk menjaga dien dan memelihara kehormatannya. Kewajiban ini sesuai dengan kemampuan dan tuntutan mashlahat yang lebih besar.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Allah mewajibkan kepada sekelompok umat untuk menekuni ini, walaupun setiap pribadi dari umat ini wajib melaksanakannya sesuai kemampuan.

Allah Ta’ala berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Ayat ini bersifat umum, mencakup semua umat pada setiap kurun sesuai dengan kemampuannya. Kurun terbaik adalah kurun di mana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam diutus. Dan dasar kebaikan mereka karena melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar serta beriman kepada Allah. Merekalah umat terbaik. Mereka adalah manusia yang paling bermanfaat bagi menusia yang lain. Mereka mendatangi suatu kaum dengan merantai leher-leher mereka sehingga akhirnya masuk Islam.

Allah mengabarkan bahwa meninggalkan kewajiban ini menyebabkan turunnya laknat melalui lisan para Nabi. Allah Ta’ala berfirman,

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah: 78-79)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam mengabarkan bahwa tugas kewajiban ini sesuai dengan kelapangan dan kemampuan. Beliau bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Siapa diantara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya (mencegahnya) kengan tangannya (kekuasannya), jika dia tidak sanggup, maka dengan lisannya (menasihatinya), dan jika tidak sanggup juga, maka dengan hatinya(merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam juga menjelaskan bahwa melakukan hisbah (pengingkaran) atas kedzaliman termasuk bentuk loyalitas dan memeranginya atas perintah Allah menjadi pertanda adanya iman. Sedangkan bentuk pengingkaran di bawah itu adalah dengan hati. Dan jika hati tidak mengingkari maka tidak ada keimanan sesudahnya walaupun sekecil biji sawi.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ

“Tidak seorangpun Nabi sebelumku yang Allah utus kepada suatu umat kecuali dia memiliki hawari (pembela) dan para sahabat yang senantiasa mengikikuti sunnahnya dan melaksanakan perintahnya. Kemudian datang generasi sesudah mereka yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan dan melaksanakan apa yang tidak diperintahkan. Maka barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya maka dia seorang mukmin. Siapa yang memerangi mereka dengan lisannya, dia seorang mukmin. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya, maka dia seorang mukmin. Dan sesudah itu tidak ada keimanan walau kecekil biji sawi.” (HR. Muslim)

Biasanya, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar tidak lepas dari gangguan. Karenanya, Allah menasihatkan kesabaran kepada para hamba-Nya dalam mengemban tugas memerintah dan melarang tersebut. Allah Ta’ala mengabarkan tentang nasihat Luqman kepada anaknya,

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Allah memerintahkan untuk saling mensihati dengan kesabaran setelah memerintahkan mereka untuk saling menasihati dengan kebenaran. Hal itu karena “saling menasihati dengan kebenaran” biasanya diikuti dengan bala’ yang menimpa.

Friday, November 12, 2010

UJIAN, COBAAN, ADZAB

Musibah itu adalah keniscayaan hanya nilainya yang berbeda-beda:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan [yang sebenar-benarnya]. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(QS21:35).

1.Bagi orang beriman yang taat, itu adalah ujian, untuk naik derajat disisi Allah.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (155) [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". [2] (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157). (QS2:155-157).

2.Bagi muslim maksiyat, itu adalah peringatan.

Sebenarnya [Adzab] itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak [pula] mereka diberi tangguh. (40). (QS21:40).

3.Bagi orang kafir, itu adalah persekot azab.

Dan adapun orang-orang yang fasik [kafir], maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan [lagi] ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya". (20) Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat [di dunia] sebelum azab yang lebih besar [di akhirat]; mudah-mudahan mereka kembali [ke jalan yang benar]. (21). (QS32:20-21).

4.Tetapi kafir, dzholim, pelaku maksiyat tidak kena musibah malah sukses.
Jangan iri pada mereka, itulah "istidraz" kesannya nikmat sebenarnya azab tertunda.

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (15) Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan? [2] (16). (QS11:15-16)

Salam Ikhlas !

Musibah adalah Ujian Allah

ADA manusia yang menyangka apabila Allah Taala menurunkan suatu musibah kepada dirinya, dia menganggap itu suatu petanda Allah mahu menghinanya. Ramai pula orang lain yang memusuhinya akan menuduh dengan pelbagai spekulasi.

Mereka akan berkata: "Oh, begitulah akibat yang menimpa orang yang zalim, Allah menghinanya." Seperti tertulis dalam firman Allah Taala bermaksud:

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu memuliakannya dan diberinya kesenangan, maka dia berkata: 'Tuhanku memuliakanku'. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata: 'Tuhanku menghinaku'."(Surah al-Fajr: Ayat 15 dan 16)

Lebih teruk lagi ada pula yang percaya bahawa penyebab musibah itu daripada kuasa hebat seorang manusia. Pernah diceritakan kepada saya ada seorang hamba Allah yang menziarahi masjid wali-wali di Indonesia, tiba-tiba sakit kononnya kerana dia tidak percaya kuasa ghaib di kubur wali itu. Lahawla walaquwwata illa billah, apakah yang mendatangkan sakit itu adalah wali?Sungguh kepercayaan karut sebegini mampu memusnahkan akidah.

Musibah yang menimpa anda bukanlah kerana buatan manusia yang memiliki kuasa atau ilmu tertentu. Ia hanyalah datang daripada Allah Taala bagi membawa khabar gembira bahawa Dia senantiasa merahmati anda.

Boleh jadi jika anda tidak disentuh musibah, anda akan cepat lupa dan tak perasaan langsung dengan kewujudan Allah Taala dalam kehidupan anda.Jika anda merintih disebabkan hati yang hancur mengenangkan nasib,kemudian mengadu kepada Allah Taala dan percaya bahawa Dia akan menghapus luka itu dan menggantikan musibah itu dengan anugerah yang lebih baik, maka sesungguhnya saat seperti ini iman dan keyakinan anda kepada Allah Taala berada di atas kemuncak yang paling tinggi.

Tiada yang lebih menggembirakan Allah Taala melainkan suatu saat ketika Dia mendengar tangisan penyesalan dan keluhan orang yang mahu meminta pertolonganNya. Allah suka melihat hamba-Nya mengaku lemah dan tidak berdaya.

Allah juga menyukai hamba-Nya yang mengaku bahawa kekuatan dan kekuasaan itu hanya milik Allah SWT. Rancanglah sebaik mungkin, tetap tertulis, kuasa Allah saja yang menentukan nasib kita.

Antara adab ketika ditimpa musibah ialah:

- Percaya bahawa Allah Taala tidak sesekali akan menzalimi diri anda.

Jika manusia mahu menerima musibah itu umpama suatu teguran, dia tidak akan cepat melatah seraya berputus asa. Bahkan dia sanggup menerimanya umpama satu cambukan yang membangkitkan semangat bagi memperbaiki diri.

AllahSWT tidak sesekali menzalimi hamba-Nya. Ujian itu tujuannya adalah untuk membelai hati supaya lebih sensitif, peka dan waspada atas segala kesilapan yang dilakukan. Allah SWT sayang kepada anda dan mahu anda berada dekat di sisi-Nya ketika lemah dan perlukan pertolongan.

- Meyakini musibah itu menyimpan rahmat besar di sebaliknya.

Allah Taala akan menggantikan musibah itu dengan sesuatu yang lebih baik dan pasti akan menghapuskan kesakitan dengan kegembiraan. Mungkin ketika anak kecil kita meninggal dunia, kita akan lebih menyayangi anak kita yang lain.

Allah SWT menggantikan kehilangan satu jiwa dengan menghidupkan jiwa anak kita yang lain dengan iman kerana kita menjaga dan mendidik mereka dengan lebih teliti. Saat sakit yang menghampirkan nyawa ke hujungnya kita tidak mengeluh menyalahkan Tuhan akan nasib malang menderita kesakitan yang teramat sangat, bahkan menelannyadengan reda atas ketentuan-Nya sambil mengingat kembali terlalu banyak nikmat Allah yang selama ini dikecapi.

Apabila kembali sihat,bertambahlah kesyukuran itu. Lantas kita melipatgandakan ibadat kerana tidak mahu kehilangan satu saat pun di sepanjang usia kita. Bukankahsemua musibah itu boleh diterima sebagai rahmat? Bukannya seksaan dan kekejaman Tuhan?

- Banyak mengingat nikmat Allah yang sudah dirasai.

Ketikas edih eloklah kita membaca surah al-Dhuha yang akan menghapus rasa sedih dan putus asa. Nabi SAW pernah bersedih kerana terputusnya wahyu agak lama. Suatu hari Ummu Jamil, isteri Abu Lahab mencela Rasulullah SAWdengan katanya: "Nampaknya kawan kamu itu meninggalkan kamu dan memboikot kamu." Lalu Allah Taala menurunkan surah Al-Dhuha dengan firman-Nya bermaksud:

"Tuhanmu tidak sesekali meninggalkanmu dan tidak pula membencimu."

Mengapa kita berasa Allah meninggalkan dan membenci kita ketika musibah datang?Perasaan ini sebenarnya berasal daripada hasutan syaitan supaya kita berputus asa dari rahmat-Nya. Firman-Nya lagi dalam surah al-Dhuha yangbermaksud:

"Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu dari kehidupan dunia. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan kurnia-Nya kepadamu lalu kamu reda."

Ayat ini seolah-olah memujuk kita supaya tabah dan menganggap kecil segala urusan dunia jika dibandingkan dengan akhirat. Ia juga menyuruh kita untuk yakin dengan janji Allah SWT yang akan menggantikan kesusahan dunia dengan kesenangan akhirat yang abadi.

Kemudian Allah SWT berfirman lagi dalam surah al-Dhuha bermaksud:

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia melindungimu. Dia mendapatimu sebagai orang yang kehilangan arah lalu memberi petunjuk bagimu. Dan Dia mendapatimu sebagai orang yang serba kekurangan lalu mencukupimu."

Hati kita pasti kembali disentuh dengan kalimah yang begitu menghiris perasaan. Betapa Allah SWT amat mengasihani diri yang tidak memiliki apa-apa ini. Jika boleh ditimbang yang manakah lebih banyak, musibah atau nikmat yang kita rasai di dunia ini?

Sungguh biadapnya lidah yang pernah berkeluh-kesah dan hati yang tidak mahu bersyukur di atas segala ketentuan-Nya.

- Segala sesuatu akibat daripada perbuatan tangan yang zalim.

Apakah dosa kita sehingga harus menerima musibah ini? Soalan sebegini bukan bermaksud tidak reda dengan ketentuan Allah SWT, tetapi lebih kepada sikap mencari keaiban diri dan mahu bermuhasabah untuk lebih mempertingkatkan iman dan amal salih.

Sudah pasti setiap sesuatu menyimpan hikmah di sebaliknya. Terpulang kepada diri sendiri bertanya,apakah menerima musibah sebagai suatu peringatan daripada Allah SWT atau langsung membutakan mata dan hati atas kesilapan yang pernahdilakukan?

Lidah boleh menafikan sekeras-kerasnya, tetapi hati dapat berasa di manakah salah silapnya. Hanya orang yang kuat imannya yang mampu menjawab setiap hikmah di sebalik setiap musibah. Tiada manusia yang lepas dari ujian hatta Nabi dan Rasul.

Bahkan Nabi dan Rasul menerima ujian yang jauh lebih berat dan tidak mampu dipikul oleh manusia biasa. Bukan bermakna ujian itu merendahkan iman seseorang, bahkan ia akan melonjakkannya ke tempat yang paling tinggi.

**********

Berbahagialah orang yang diuji jika mereka reda dan sedikitpun tidak berubah hati kepada Allah Taala. Kita perlu membuktikan kepada Allah SWT bahawa diri ini tidak pernah berubah di dalam mencintai-Nya, biar senang ataupun susah.

Pertolongan Allah

Assalamualaikum WRB

Segala puji hanya milik sang khalik...yang menguasai dimensi ruang dan waktu..tidak terikat akan suatu masa dan zaman..tidak pada suatu tempat yang dekat sehingga kita mengatakan "menempati" dan tidak berada pada suatu jarak sehingga kita mengatakan "disana"..Allah swt kuasa dan selain daripada Allah adalah mahluk yang tida mampu berbuat apa-apa tanpa izin dan kehendak Allah.

Salawat dan Salam kita curahkan hanya kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad saw penutup risalah kenabian yang senantiasa merisaukan ummatnya tidak hanya terbatas satu alam saja..Rasulullah saw hingga di alam akhirat senantiasa memperjuangkan ummatnya..

ketika semua manusia dibangkitkan di padang mashar yang matahari hanya sejengkal saja dan bertanahkan timah yang panas mendidih..saat itu juga manusia berlarian mencari pertolongan hingga tibalah pada Nabi Ibrahim, Musa, dan juga nabi lainnya maka mereka mengatakan "Sekarang ini nafsi-nafsi (sendiri-sendiri)." maka berbeda dengan baginda Rasulullah saw...belumlah ummatnya mencari beliau tapi ketika beliau dibangkitkan, bukanlah ahli keluarga atau istri-istri beliau yang beliau cari dari lisan yang terindah seluruh alam ini tapi yang beliau ucapkan "Ummati-Ummati bagaimanakah dengan ummatku"..

Saudaraku seiman Sering kali kita dihadapkan pada suatu masalah. Kita telah berusaha semaksimal mungkin namun masalah yang kita hadapi tidak kunjung juga terselesaikan. Ada rasa lelah, gundah, gelisah, kawatir dan berharap–harap datangnya pertolongan dari Allah-Rabb semesta alam Yang bersemayam di atas Arsy.

Bagaimana caranya agar turun pertolongan Allah?

Di ayat ini dijelaskan bahwa syarat mendapatkan pertolongan Allah adalah dengan cara menolong Agama Allah.

Bagaimana caranya menolong (Agama) Allah?
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz menjelaskan dalam sebuah ceramahnya yang kemudian dibukukan, setelah membawakan ayat 7 Surat Muhammad. Adapun bunyi surat tersebut :
“Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.(Muhammad : 7)
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al Hajj : 40)

”Maka inilah bentuk pertolongan kepada Allah dengan melakukan perintah–perintah Nya dan meninggalkan larangan–larangan Nya dengan keimanan dan keikhlasan kepada Allah serta mentauhidkan-Nya, juga keimanan kepada Rasul-Nya....

Maka menolong agama Allah adalah dengan mentaati Allah, mengagungkan-Nya dan ikhlas kepada-Nya, serta mengharapkan apa-apa yang ada di sisi-Nya, mengamalkan syariat-Nya karena menginginkan pahala darinya dan untuk menegakkan agama-Nya.”

Singkat kata, setiap orang harus meningkatkan ketakwaannya agar datang pertolongan Allah buat mereka.

”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”(Ath Thalaq:2)
”Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya jalan kemudahan dalam urusannya.”(Ath Thalaq:4)

Kemudian apa itu takwa?
”Taqwa adalah menjauhkan diri dari apa–apa yang bisa membuat engkau jauh dari Allah.”
Dengan demikian, semakin mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mempermudah urusan kita. Dan memberikan pertolongan-Nya buat kita.

”Dan takwa tidaklah tegak melainkan dengan landasan ilmu. Maka orang yang jahil (bodoh) tidak akan mungkin menjadi orang yang bertakwa. Berkata Bakr bin Khunais: Bagaimana bisa menjadi orang yang bertakwa, sedangkan ia sendiri tidak tahu apa itu takwa?!”.

Inilah pentingnya ilmu agama. Dengan ilmu agama ini, seseorang bisa mengetahui mana jalan–jalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah swt dan mana jalan–jalan yang malah menjauhkan dirinya dari Allah. Dengan ilmu agama seseorang bisa membedakan jalan yang benar dan mana jalan yang salah. Salah satu jalan yang menjauhkan kita dari Allah adalah bid’ah.

”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.” (Al Baqarah : 153)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda: ‘Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya’.
(HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

Allah menyatakan "Barangsiapa yang berbuat baik maka kebaikannya itu untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang membuat kejahatan maka kejahatan itu untuk dirinya sendiri"

Insya Allah dengan pesan ini kita niat sungguh-sungguh untuk amalkan dan sampaikan perintah-perintah Allah swt melalui sunnah-sunnah baginda Rasulullah saw hingga di akhirat nanti kita bisa mendapaat syafaat dari baginda Rasulullah saw sebagai ummatnya yang senantiasa mencontoh-contoh "surah, Sirah dan Syarirah" beliau.

..Subhanallah wabihamdi AsyaduAllahilaha Illallah Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Tuesday, November 9, 2010

S.Y.U.K.U.R (Sebuah Kajian Hadits)

Dari Aisyah ra, Jika kepada Beliau Saw datang perkara yg MENGGEMBIRAKAN, maka Beliau berucap:

“Alhamdulillahi alladzi bini'matihi tatimmu alshoolihaati”
Artinya: Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala amal shalih sempurna.

Dan apabila datang kepada Beliau perkara yang MENYEDIHKAN, Beliau berucap:

“Alhamdulillah 'ala kulli hal”
Artinya: Segala puji bagi Allah, atas segala keadaan

(Ditakhrij Ibnu As-Sunni, Al Hakim dan Al-Albani dalam shahih Al-jami' [4/201].

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kemampuan untuk SELALU MEMUJI ALLAH SWT dalam setiap kesempatan, baik dalam keadaan SUKA atau DUKA.

Salam Ikhlas !
---------------------

Cahaya Allah

Alangkah nikmatnya hidup orang-orang yang mendapatkan cahaya Allah, ia menjadi penerang di gelapnya kehidupan, hadirnya membawa kehangatan dan kepergiannya dirindukan. Mereka bisa saja tidak mendapatkan banyak rezeki materi, tapi kebahagiaan tidak memandang materi, keberkahanlah yang membuat hidup terasa indah.

Hanya orang yang mendapat cahaya Allah yang mendaoatkan kebahagiaan hakiki, kebahagiaan yang tidak dibuat-buat, kebahagiaan yang tidak mudah hilang. Rezeki Allah bertebaran di muka bumi, yang setiap orang bisa mendapatkannya asal mau berusaha, namun cahaya Allah hanya diberikan kepada orang-orang yang ingin diberi-Nya.
Yaitu orang-orang yang senantiasa mendekat kepadanya, dengan cinta, harap dan takut. Terus beribadah, baik yang maghdoh maupun ibadah sosial, dan tentunya selalu berusaha sekuat tenaga menjauhi larangan-larangannya.

Salah satu makna keberkahan ini bisa kita lihat dengan mudah pada kisah seorang pengusaha kaya raya yang mempunyai banyak rumah mewah dan tentunya tempat tidur yang super nyaman. namun ditengah malam ia bukannya tidur menikmati kasur empuknya, melainkan masih berkeliaran ditengah kota, memikirkan nasib perusahaan-perusahaannya yang nyaris bangkrut, ia khawatir, pusing, dan tidak bisa tidur.

Sampai ia melihat seorang gelandangan yang tidur dengan pulasnya di sebuah halte bis, nyaman sekali, seolah halte tersebut telah berubah menjadi padang kapas nan lembut. Ia lalu berkata “Alangkah bahagianya gelandangan itu, ia bisa tidur dengan nikmatnya sedangkan aku untuk tidur saja tidak bisa”.

Cahaya Allah, yang berwujud keberkahan dalam kehidupan kita, itulah yang sejatinya harus kita kejar. Bukankah semua orang ingin bahagia? Maka kejarlah cahaya tersebut!

=== Salam Sabar ====

CINTA SEJATI

Seorang hamba sahaya bernama Tsauban amat menyayangi dan merindui Nabi Muhammad saw. Sehari tidak berjumpa Nabi, dia rasakan seperti setahun. Kalau boleh dia hendak bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, dia amat berasa sedih, murung dan seringkali menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa hebatnya kasihsayang Tsauban terhadap dirinya.

Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah saw. Katanya "Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, tapi saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hatiku tenang dan bergembira sekali. Apabila memikirkan akhirat, hati saya bertambah cemas, takut-takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, manakala saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau paling membimbangkan tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tentu tidak bersua muka denganmu lagi."

Mendengar kata Tsauban, baginda amat terharu. Namun baginda tidak
dapat berbuat apa-apa kerana itu urusan Allah. Setelah peristiwa itu,
turunlah wahyu kepada Rasulullah saw, bermaksud "Barangsiapa yang
taat kepada Allah dan RasulNya, maka mereka itu nanti akan bersama
mereka yang diberi nikmat oleh Allah iaitu para nabi, syuhada, orang-
orang soleh dan mereka yang sebaik-baik teman."
Mendengarkan jaminan Allah ini, Tsauban menjadi gembira semula. .

Tauladan dari kisah ini:

Cinta kepada Rasulullah adalah cinta sejati yang berlandaskan keimanan yang tulen
Mencintai Rasul bermakna mencintai Allah Kita bersama siapa yang kita sayangi. Jika di dunia sayangkan nabi,insyallah kita bersama nabi di akhirat nanti.
Hati yang dalam kecintaan terhadap seseorang akan merasa rindu yang teramat sangat jika tidak bertemu .
Pasangan sahabat yang berjumpa dan berpisah kerana Allah semata-mata
akan mendapat naungan Arasy di hari akhirat kelak Rasulullah amat mengetahui mana-mana umatnya yang mencintai baginda,meskipun baginda sudah wafat.
Rasulullah memberi syafaat kepada sesiapa di antara umatnya yang mengasihi baginda.
Sebaik-baik sahabat ialah mereka yang berkawan di atas landasan keagamaan dan semata-mata kerana Allah.


==== Salam Sabar ====

Monday, November 8, 2010

Allah Telah Menjadikan Kunci Bagi Segala Sesuatu

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala sesuatu kunci untuk membukanya, Allah menjadikan kunci pembuka shalat adalah bersuci sebagaiman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Kunci shalat adalah bersuci’, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kunci pembuka haji adalah ihram, kunci kebajikan adalah kejujuran, kunci surga adalah tauhid, kunci ilmu adalah bagusnya bertanya dan mendengarkan, kunci kemenangan adalah kesabaran, kunci ditambahnya nikmat adalah syukur, kunci kewalian adalah mahabbah dan dzikir, kunci keberuntungan adalah takwa, kunci taufik adalah harap dan cemas kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kunci dikabulkan adalah doa, kunci keinginan terhadap akhirat adalah zuhud di dunia, kunci keimanan adalah tafakkur pada hal yang diperintahkan Allah, keselamatan bagi-Nya, serta keikhlasan terhadap-Nya di dalam kecintaan, kebencian, melakukan, dan meninggalkan, kunci hidupnya hati adalah tadabbur al-Qur’an, beribadah di waktu sahur, dan meninggalkan dosa-dosa, kunci didapatkannya rahmat adalah ihsan di dalam peribadatan terhadap Khaliq dan berupaya memberi manfaat kepada para hamba-Nya, kunci rezeki adalah usaha bersama istighfar dan takwa, kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kunci persiapan untuk akhirat adalah pendeknya angan-angan, kunci semua kebaikan adalah keinginan terhadap Allah dan kampung akhirat, kunci semua kejelekan adalah cinta dunia dan panjangnya angan-angan.


“Ini adalah bab yang agung dari bab-bab ilmu yang paling bermanfaat, yaitu mengetahui pintu-pintu kebaikan dan kejelekan, tidaklah diberi taufik untuk mengetahuinya dan memperhatikannya kecuali seorang yang memiliki bagian dan taufik yang agung, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan kunci bagi setiap kebaikan dan kejelekan, kunci dan pintu untuk masuk kepadanya sebagaimana Allah jadikan kesyirikan, kesombongan, berpaling dari apa yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, dan lalai dari dzikir terhadap-Nya dan melaksanakan hak-Nya sebagai kunci ke neraka, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan khamr sebagai kunci segala dosa. Dia jadikan nyanyian sebagai kunci perzinaan, Dia jadikan melepaskan pandangan pada gamba-gambar sebagai kunci kegelisahan dan kegandrungan, Dia jadikan kemalasan dan kesantaian sebagai kunci kerugian dan luputnya segala sesuatu, Dia jadikan kemaksiatan-kemaksiatan sebagai kunci kekufuran, Dia jadikan dusta sebagai kunci kenifakan (kemunafikan -ed), Dia jadikan kekikiran dan ketamakan sebagai kunci kebakhilan, memutus silaturahim, serta mengambil harta dengan cara yang tidak halal dan Dia jadikan berpaling dari apa yang dibawa Rasul sebagai kunci segala kebid’ahan dan kesesatan.

“Perkara-perkara ini tidaklah membenarkannya kecuali setiap orang yang memiliki ilmu yang shahih dan akal yang bisa mengetahui dengannya apa yang ada dalam dirinya dan apa yang berwujud dari kebaikan dan kejelekan. Maka sepantasnya seorang hamba memperhatikan dengan sebaik-baiknya ilmu terhadap kunci-kunci ini dan kunci-kunci yang dijadikan untuknya.

Cantiknya Bidadari…

Terheran-heran. Tapi itulah kenyataan. Seseorang – yang mungkin dengan mudahnya – melepas jilbabnya dan merasa enjoy mempertontonkan kecantikannya. Entah dengan alasan apa, kepuasan pribadi, materi dunia, popularitas yang semuanya berujung pada satu hal, yaitu hawa nafsu yang tak terbelenggu.

Padahal… nun di surga sana, terdapat makhluk yang begitu cantik yang belum pernah seorang pun melihat ada makhluk secantik itu. Dan mereka sangat pemalu dan terjaga sehingga kecantikan mereka hanya dinikmati oleh suami-suami mereka di surga.

Berikut ini adalah kumpulan ayat dan hadits yang menceritakan tentang para bidadari surga.

Harumnya Bidadari

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kecantikan Fisik

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rombongan yang pertama masuk surga adalah dengan wajah bercahaya bak rembulan di malam purnama. Rombongan berikutnya adalah dengan wajah bercahaya seperti bintang-bintang yang berkemilau di langit. Masing-masing orang di antara mereka mempunyai dua istri, dimana sumsum tulang betisnya kelihatan dari balik dagingnya. Di dalam surga nanti tidak ada bujangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُم بِحُورٍ عِينٍ

“Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (Qs. Ad-Dukhan: 54)

Abu Shuhaib al-Karami mengatakan, “Yang dimaksud dengan hur adalah bentuk jamak dari haura, yaitu wanita muda yang cantik jelita dengan kulit yang putih dan dengan mata yang sangat hitam. Sedangkan arti ‘ain adalah wanita yang memiliki mata yang indah.

Al-Hasan berpendapat bahwa haura adalah wanita yang memiliki mata dengan putih mata yang sangat putih dan hitam mata yang sangat hitam.

Sopan dan Pemalu

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati bidadari dengan “menundukkan pandangan” pada tiga tempat di Al-Qur’an, yaitu:

“Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan biadadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahman: 56-58)

“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.” (Qs. Ash-Shaffat: 48)

“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.”

Seluruh ahli tafsir sepakat bahwa pandangan para bidadari surgawi hanya tertuju untuk suami mereka, sehingga mereka tidak pernah melirik lelaki lain.

Putihnya Bidadari

Allah Ta’ala berfirman, “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. ar-Rahman: 58)

al-Hasan dan mayoritas ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan.

Allah juga menyatakan,“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)

Maksudnya mereka itu dipingit hanya diperuntukkan bagi para suami mereka, sedangkan orang lain tidak ada yang melihat dan tidak ada yang tahu. Mereka berada di dalam kemah.

Baiklah…ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di surga. Karena bagaimanapun gambaran itu, maka manusia tidak akan bisa membayangkan sesuai rupa aslinya, karena sesuatu yang berada di surga adalah sesuatu yang tidak/belum pernah kita lihat di dunia ini.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh pikiran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah mengetahui sifat fisik dan akhlak bidadari, maka bukan berarti bidadari lebih baik daripada wanita surga. Sesungguhnya wanita-wanita surga memiliki keutamaan yang sedemikian besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan lagi, seorang manusia telah Allah ciptakan dengan sebaik-baik rupa,

“Dan manusia telah diciptakan dengan sebaik-baik rupa.” (Qs. At-Tiin: 4)

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” (HR. Ath Thabrani)

Subhanallah. Betapa indahnya perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah perkataan yang seharusnya membuat kita, wanita dunia, menjadi lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah. Berusaha untuk menjadi sebaik-baik perhiasan. Berusaha dengan lebih keras untuk bisa menjadi wanita penghuni surga..

Nah, tinggal lagi, apakah kita mau berusaha menjadi salah satu dari wanita penghuni surga?

Maraji’:
Mukhtashor Hadil al-Arwah ila Bilad al-Afrah (Tamasya ke Surga) (terj), Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah.

HIKMAH DARI KISAH NENEK

Assalamu'alaikum warrohmatullohi wabarokaatuuh

Sahabat...

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah nyata ini...

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.

Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."

Wahai Tuhan Yang Kasih Sayang-Nya lebih besar dari murka-Nya, Ampuni kami Ya Allah

Wassalamu'alaikum warrohmatullohi wabarokaatuuh

Amanah Bisa Melapangkan Rejeki

Jujur dan amanah adalah dua sifat utama yang akan menghantarkan seseorang atau suatu bangsa pada keberhasilan dan kesuksesan yang hakiki. Nabi Yusuf AS berhasil menghantarkan masyarakat Mesir pada kesejahteraan dan kemakmuran, karena beliau dan timnya memiliki sifat amanah dan menjaga serta memiliki profesionalitas yang tinggi (QS. Yusuf [12] ayat 55).


قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ. {يوسف: 55}.

“Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS. Yusuf [12]: 55).

Dalam sebuah hadits riwayat imam ad-Daelamy, Rasulullah SAW mengatakan bahwa sifat amanah itu akan mengundang rizki, sebaliknya sifat khianat itu akan mengundang kefakiran.


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: الأَمَانَةُ تَجْلِبُ الرِّزْقَ وَالْخِيَانَةُ تَجْلِبُ الْفَقْرَ. {رواه الديلمي}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Sifat amanah dan jujur itu akan menarik rizki, sedangkan khianat itu akan menarik (mengakibatkan) kefakiran.” (HR. Dailamiy).

Disamping secara pribadi harus jujur, orang yang beriman pun diperintahkan membangun suasana dan lingkungan yang penuh dengan kejujuran (QS. At-Taubah [9] ayat 119).


قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيـــُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِيْنَ. {التوبة: 119}.

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah [9]: 119).

Bangsa dan Negara kita sekarang ini sangat membutuhkan para pemimpin, para pegawai dan anggota masyarakat yang memiliki kejujuran yang tangguh, disamping profesionalitas yang tinggi, untuk bisa membawa bangsa ini keluar dari krisis yang sangat kompleks dan berat.

Kesalehan sosial, yang dibangun melalui ibadah-ibadah yang disyariatkan, antara lain peduli, empati dan simpati, serta bersedia menolong orang lain yang sedang mendapatkan kesulitan, seperti yang terjadi sekarang ini. Disamping banyaknya orang miskin yang membutuhkan pertolongan, juga banyak orang yang menderita karena mendapatkan musibah, seperti gempa bumi di beberapa daerah di Jawa Barat dan Sumatera Barat, yang telah mengakibatkan korban harta dan jiwa yang cukup banyak.

Rasulullah SAW menyatakan dalam sebuah hadits, bahwa Allah SWT akan menolong hamba-Nya selama hamba itu mau menolong sesamanya. Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang sedang mendapatkan kesulitan, maka Allah SWT akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat nanti.


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَهُ اللهُ فيِ الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ، وَاللهُ فيِ عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فيِ عَوْنِ أَخِيْهِ...{رواه ابن ماجه}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba tersebut mau menolong sesama saudaranya ...”. (HR. Ibnu Majjah).

Mari kita jadikan semangat beribadah ini, untuk penguatan kesalehan individual dan kesalehan sosial, agar kehidupan kita menjadi lebih baik dan lebih bermakna dalam pandangan Allah SWT maupun dalam pandangan manusia.

HUBUNGAN AMANAH DENGAN KEIMANAN

1. Amanah Merupakan Tuntutan Iman, dan khianat merupakan tanda hilangnya keimanan dan mulai merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Sabda nabi SAW: “Tidak ada iman pada orang-orang yang tidak ada amanah dalam dirinya, dan tidak ada agama pada orang yang tidak bisa dipegang janjinya.” (HR Ahmad 3/135, Ibnu Hibban dalam shahihnya Mawarid azh-Zham’an-47, al-Bazzar dalam musnadnya Kasyful Astar-100, lih. Juga dalam Albani Shahih Jami’ Shaghir-7056)

2. Hilangnya Amanah Merupakan Tanda Kiamat, yang salah satu cirinya adalah dipegangnya amanah oleh yang orang-orang bukan ahlinya dalam masalah tersebut. Sabda nabi SAW: “Ketika amanah telah disia-siakan maka tunggulah tibanya Kiamat.” Kata para sahabat ra: Bagaimanakah disia-siakannya wahai rasuluLLAH? Jawab nabi SAW: “Ketika suatu urusan dipegang oleh yang bukan ahlinya maka tunggulah tibanya Kiamat.’” (HR Bukhari dalam Fathul Bari’ hadits no. 59 dan 6496)

3. Hilangnya Amanah Terjadi Bertahap, sebagaimana sabda nabi SAW: “Seorang tertidur maka hilanglah amanah dari hatinya bagaikan titik hitam, lalu ketika ia tertidur lagi maka hilanglah amanah tersebut bagaikan bekas/jejak, demikianlah seterusnya sampai tidak ada lagi amanah dihatinya, dan tidak ada lagi di hati manusia, sehingga mereka tidak menemukan lagi orang yang amanah. Maka berkatalah sebagian mereka: Di tempat anu masih ada seorang yang bisa dipercaya. Sampai dikatakan kepada seseorang: Ia tidak bisa dipegang, tidak berakal, tidak ada dihati mereka sebesar biji sawi dari keimanan.” (HR Muslim dalam Mukhtashar Shahih Muslim hadits no. 2035)

KISAH TELADAN RASULULLOH (1)

Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar bertanya, "Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?"

Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, "Aku datang ke negri ini hanya untuk membunuh Muhammad!".

Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, "Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?".

Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri bertanya, "Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!" Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, "Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu".

Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya, "Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada ilah selain Allah)." Si musyrik itu menjawab dengan ketus, "Aku tidak akan mengucapkannya!". Rasulullah membujuk lagi, "Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah." Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, "Aku tidak akan mengucapkannya!"

Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negrinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia berkata, "Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muahammad Rasul Allah."

Rasulullah tersenyum dan bertanya, "Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?" Tsumamah menjawab, "Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keredhaan Allah Robbul Alamin."

Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, "Ketika aku memasuki kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah."

Sahabat...........
Apakah kita PENGIKUT ajaran beliau?
Tetapi sejauhmana kita bisa MEMAAFKAN kesalahan orang? Seberapa besar kita MENCINTAI sesama muslim? kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang pernah kita ucapkan sebagai tanda kita pengikut beliau...
Sungguh, beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa. beliau adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Bapak yang sempurna, pimpinan yang sempurna, teman dan sahabat yang sempurna, tetangga yang sempurna. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa Beliau adalah teladan yang sempurna.
Semoga Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan teladan kita yang oleh Allah telah diciptakan sebagai contoh manusia yang sempurna.