Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Tuesday, August 30, 2011

Do'a Akhir Ramadhan


Salah satu adab melepas bulan Ramadhan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para pengikutnya adalah membacakan Doa Perpisahan.


Doa Perpisahan tersebut sebaiknya dibaca pada malam terakhir Ramadhan. Namun, sekiranya ada kekhawatiran malam terakhir Ramadhan akan berlalu tanpa diketahui, maka dianjurkan untuk membacanya pada kedua malam terakhir Ramadhan, yaitu malam ke 29 (malam ini) dan ke 30.

Berikut saya bagikan beberapa alternatif doa perpisahaan tersebut dalam versi Bahasa Indonesia (dapat dipilih salah satu atau dibaca semuanya):

Dalam Hadits Rasulullah SAW , Bersabda “ Barang siapa yang berdoa di akhir Sujud Shalat Subuh pada akhir Ramadhan , niscaya Alloh SWT akan mengabulkannya “.

Sahabat bertanya, “ Doa apa itu Ya Rasulullah” ?

Berdoalah :

“ Ya Alloh, Pertemukan Saya di Bulan Ramadhan tahun berikutnya, dalam keadaan Sehat Walafiat, mudahkanlah Rezeqiku dan segala urusanku Ya Alloh “

Aamiin Ya Rabbal Alamiin...

Doa 1

Dari Jabir bin Abdillah ra dari Muhammad al Mustafa SAW: Beliau bersabda, “Siapa yang membaca doa ini di malam terakhir Ramadhan, ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: menjumpai Ramadhan mendatang atau pengampunan dan rakhmat Allah.”

“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirakhmati bukan yang hampa semata”

Doa 2

Ya Allah, dalam kitab yang Kau wahyukan (kepada Nabi Muhammad SAW), Engkau berfirman: “Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkannya Al Qur’an di dalamnya”. Tetapi sebentar lagi berlalu. Aku mohonkan padaMu dengan perantaraan WajahMu yang mulia, dengan perantaraan kalimat-kalimatMu yang sempurna,


seandainya masih tersisa padaku dosa yang belum Kau ampuni, atau dosa yang (menyebabkan) aku disiksa karenanya (hingga) terbitnya fajar malam ini, atau hingga berlalunya bulan ini, maka ampunilah semuanya, wahai Dzat Yang Paling Pengasih dari semua yang mengasihi.

Ya Allah, bagiMu segala pujian. Segala pujian yang telah Kau ucapkan untuk diriMu sendiri, segala pujian sungguh-sungguh yang diungkapkan hambaMu yang bijak dan senantiasa berzikir dan bersyukur kepadaMu. Merekalah orang-orang yang telah Kau bantu menunaikan hak-hakMu dari sebagian makhlukMu yang tersebar di alam ini, baik dari kalangan malaikat yang dekat denganMu ataupun nabi-nabi yang telah Engkau utus ataupun orang-orang yang berfikir ataupun dari kalangan mereka yang bertasbih kepadaMu.

Sungguh, Engkau telah mengantar kami ke bulan Ramadhan ini dan telah mengaruniai kami kenikmatan dan anugerah. Engkau telah menampakkan kemurahan dan pemberianMu. Karenanya, padaMu bermuara segala sanjungan yang abadi, kekal, dan menetap selamanya. Betapa agung sebutanMu.


Tuhanku, bantulah aku menjalani bulan Ramadhan sehingga Engkau sempurnakan puasa, shalat dan segala kebaikan, syukur dan dzikir kami di bulan ini.


Oh Tuhanku, terimalah puasaku dengan sebaik-baiknya penerimaan, perkenanan, maaf, kemurahan, pengampunan, dan hakikat keridaanMu. Sehingga Kau memenangkan aku dengan segala kebaikan yang dituntut, segala anugerah yang Kau curahkan di bulan ini. Selamatkanlah aku di dalamnya dari kekhawatiran terhadap bencana yang mengancam atau dosa yang berlangsung terus.

Duhai Tuhanku, aku bermohon padaMu dengan keagungan yang diminta hambaMu dari kemuliaan nama-nama dan keindahan pujianMu dan dari para pengharap yang istimewa. Sudilah Engkau mencurahkan rakhmatMu kepada Muhammad dan keluarganya. Dan agar Kau jadikan bulan ini seagung-agungnya Ramadhan, yang telah berlalu dari kami sejak Engkau turunkan ke dunia, sebagai berkah dalam menjaga agama, jiwa dan segala kebutuhanku. Juga berkatilah aku dalam semua persoalan, sempurnakanlah pemberian nikmatMu, palingkanlah aku dari keburukan dan hiasi aku dengan busana kesucian di bulan ini.


Demikian pula, dengan rakhmatMu golongkanlah aku ke dalam orang-orang yang mendapatkan (keutamaan) malam al-Qadar. Malam yang telah Kau tetapkan lebih baik dari seribu bulan dalam keagungan ganjaran, kemuliaan perbendaharaan, keindahan syukur, panjang umur, dan kemudahannya yang berlanjut.

Oh Tuhanku, aku bermohon dengan perantaraan rakhmat, kebaikan, ampunan, karunia, keluhuran, kebaikan, dan pemberianMu. Janganlah Engkau jadikan Ramadhan ini sebagai kesempatan terakhirku. Sudilah Engkau mengantar aku hingga Ramadhan berikutnya dalam keadaan yang paling baik. Perlihatkan aku hilal Ramadhan berikutnya, bersama orang-orang yang melihat keleluasaan rakhmatMu. Dan limpahkanlah anugerahMu, wahai Tuhanku. Tiada ada Tuhan selain Allah.


Semoga perpisahanku dengan bulan Ramadhan ini bukanlah perpisahan untuk selamanya dan bukan pula akhir pertemuanku. Sehingga aku dapat kembali bertemu pada tahun mendatang dalam keadaan penuh keluasan rezaki dan keutamaan harapan.

Kini aku berada di hadapanMu dengan penuh kesetiaan. Sesungguhnya Engkay Maha Mendengar segala doa. Ya Allah, dengarkanlah pengaduanku ini. Perhatikanlah rintihan, kerendahan, kepapaan dan penyerahan diriku ini.


Aku berserah diri padaMu, Tuhanku. Aku tidak mengharapkan kemenangan, ampunan, kemuliaan, dan penyampaian (kepada cita-citaku) kecuali padaMu. Anugerahilah aku keagungan pujianMu, kesucian nama-namaMu, dan kesampaianku kepada Ramadhan berikutnya dalam keadaan terbebas dari semua keburukan, kekhawatiran dan ganjalan. Segala puji untukMu semata, yang telah membantu kami untuk menunaikan puasa dan mendirikan qiyamul lail di bulan Ramadhan ini, hingga malamnya yang terakhir.”

Temans, Seorang penyair Arab pernah mengingatkan dalam sya’irnya,


“Bukanlah hari raya Id itu bagi orang yang berbaju baru, melainkan hakekat Id itu bagi orang yang bertambah ta’atnya (kepada Allah swt.).”


Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu ‘aamin wa antum bikhairin.

Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal Aidzin wal Faidzin…

Mohon maaf lahir dan batin, met mudik bagi yang mudik ya…

Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah klta di bulan Ramadhan. Amin …


Sumber : http://msalman.blogdetik.com/2008/09/26/doa-perpisahan-melepas-bulan-ramadhan/

Friday, August 26, 2011

Mata Ketiga


Dalam kehidupan dunia, seringkali kita melakukan hal-hal dengan otomatis, mekanis dan mengandalkan kekuatan akal pikiran saja. Kehidupan manusia yang selalu berpacu dengan waktu seolah-olah menjauhkannya dengan sebuah karunia besar dalam jiwanya. Kesibukan yang tiada henti telah melenakan dan membuat manusia hanya mengandalakan kekuatan mata indra.

Padahal, dalam keadaan seperti apapun, hati manusia yakin bahwa banyak hal-hal yang tidak kasat mata, namun memiliki kedalaman makna. Sebagai contoh, dalam pekerjaan mereka setiap hari yang seabrek dan full deadline. Sebagian dari merekapun tak mampu memahami makna dari pekerjaan itu sendiri, tidak mampu memberi arti dari berbagai kesibukan itu. Dan hasilnya, mereka hanya menghabiskan hari tanpa tahu untuk apa mereka lakukan semua itu.

Namun bagi sebagian lain, mereka memilih untuk menggunakan "mata" ketiga mereka dalam menyelesaikan kepenatan dalam hidup. Merekapun berlomba mengasah kejernihan hati. Sebagai hasilnya mereka dapat melihat semua hal dengan ketajaman mata hatinya. Ketika seseorang berhasil menjaga kejernihan hatinya, maka kepekaan mata batinnya akan lebih tajam. Pada saat itu mereka dapat memaknai lebih dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan. Pekerjaan tidak hanya dimaknai sebagai sebuah kewajiban atau kebutuhan, tapi lebih dari itu, pekerjaan adalah bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala.

Karena ketajaman mata hati itu pula, jika seseorang mennggunakannya saat dia diposisikan untuk mengambil keputusan-keputusan penting, maka yang keluar adalah keputusan sesuai suara hati.Dan hal tersebut, insyaallah akan lebih dekat dengan kebenaran.

Tantangan dalam hidup yang terus menerus datang sampai kita meninggal nanti, seringkali berwujud sebagai godaan yang seringkali dapat mengotori kejernihan hati kita. Seperti adanya sikap egoisme, mementingkan hawa nafsu, mengikuti ambisi meraih kekayaan atau kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, memperturutkan emosi-emosi negatif seperti amarah, dendam, benci dan iri hati, dll. Hal tersebut juga dapat menjadikan kejernihan hati menjadi terkotori. Hati yang terbelenggu cahaya kejernihannya tidak dapat memancar ke permukaan. Inilah yang dapat melemahkan ketajaman mata hati seseorang sehingga tidak mampu menembus pandangan yang jauh ke depan.


...Mata hati, sebuah "alarm" dan penasehat setia kita, bahkan saat kita membiarkan diri kita untuk tidak setia kepada kebenaran, dia akan tetap mengusulkan langkah kebaikan untuk kita tempuh, dan sisanya tergantung pilihan diri kita sendiri, mengikuti langkahnya atau menjadi pembangkang atasnya...


Dengan demikian untuk melatih ketajaman mata hati, berusahalah menghindari hal-hal yang dapat membelenggu kejernihan hati seperti berbagai pengaruh negatif dan daya tarik materialisme duniawi tersebut. Karena kalau hal-hal negative itu dibiarkan, dapat menjadikan kita semakin sulit mendengarkan bisikan hati. Menjadikan kita akan lebih mempercayai atau mengandalkan kemampuan otak serta produk-produk pikiran atau akal semata. Inilah yang akan melahirkan ketidakseimbangan antara kemampuan nalar dengan hati nurani. Mengakibatkan tidak tajamnya kemampuan mata hati, sehingga melahirkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Melihat dengan mata hati, akhirnya, menjadi wujud kuatnya relasi kita dengan Allah Azza wa Jalla.Ketika manusia tidak lagi menemukan celah kemana lagi dia harus melangkah, maka karunia "mata" itu memberikan sebuah keterangan yang tentunya menjadikan kita pribadi yang lurus. Semua itu akan terjadi jika orang tersebut selalu dapat memelihara kejernihan hatinya. Hal tersebut juga akhirnya memberikan hak kepada manusia untuk memiliki kekuatan pandangan mata hati yang tajam, yang mampu menembus dimensi ruang dan waktu yang tidak tercapai oleh nalar.


...Melihat dengan mata hati, akhirnya, menjadi wujud kuatnya relasi kita dengan Allah Azza wa Jalla.Ketika manusia tidak lagi menemukan celah kemana lagi dia harus melangkah, maka karunia "mata" itu memberikan sebuah keterangan yang tentunya menjadikan kita pribadi yang lurus...


Kekuatan ketajaman mata hatinya benar- benar melebihi kekuatan pandangan matanya yang sebenarnya, yang tentunya sangat terbatas dalam jarak serta jangkauan. Penglihatan yang begitu tajam dari mata hatinya dan nasehat yang dimunculkan bagi orang yang menyediakan jeda waktu untuk konsultasi kepadanya, serta merta akan mendidik dan menggiring orang tersebut untuk selalu patuh dalam kebenaran.Mata hati, sebuah "alarm" dan penasehat setia kita, bahkan saat kita membiarkan diri kita untuk tidak setia kepada kebenaran, dia akan tetap menemani kita, dan sisanya tergantung pilihan diri kita sendiri, mengikuti nasehatnya atau menjadi pembangkang atasnya.

Kecantikan Wanita Itu Bernama Pengabdian


Ketika seorang wanita memasuki gerbang pernikahan, maka kehidupan "normalnya" akan sedikit mengalami perubahan. Bagi yang sebenarnya belum siap, maka seiring dengan berjalannya waktu,mereka akan merasa bahwa banyak hal yang akan atau telah terampas selama mereka menjadi seorang istri dan pendamping. Namun bagi yang melangkah dengan ilmu dan dengan dasar beribadah dengan Allah, betapapun berat jalan ke depannya, hal itu akan dilalui dengan tenang dan ikhlas.

Pernahkah kita melihat seorang istri yang menyuguhkan wajah kurang sopan setelah mengetahui hal yang dilakukannya kurang mendapat penghargaan dari suami?. Ternyata disinilah cara cantik Allah dalam mengajarkan indahnya keikhlasan kepada para wanita. Keikhlasan dalam pengabdian. Dan hasil akhirnya tergantung para istri itu sendiri, tetap bersabar, ikhlas dan tawakkal, ataukah memilih jalan emosi dan perasaannya saja. Namun, satu hal yang pasti, Allah adalah yang maha membalas atas pilihan hidup yang kita jalankan.

Subhanallah, pernahkah kita berpikir betapa indah cara mendidik Allah yang tetuang dalam sebuah pengabdian kepada para suami kita?. Tidak bisa kita pungkiri bahwa para laki laki, adalah pemimpin para wanita. Namun, walaupun beliaunya adalah seorang pemimpin, mereka tetaplah manusia biasa. Para suami bukanlah seorang tanpa cela, adakalanya pula mereka berbuat kesalahan yang sama dengan yang dilakukan para istri. Bukankah tiada yang sempurna kecuali Allah subhana wata'ala. Jika sebuah kekurangan dalam diri suami tersebut disikapi dengan kehangatan sikap sebagai sebuah pengabdian sang istri, maka hal tersebut justru menjadikan Puncak dan sekaligus landasan bagi segala daya tarik seorang istri.

Ketika suami yang melihat ketekunan istrinya menjalankan ibadah dan mengikhlaskan segala cinta, aktifitas dan kerja-kerjanya semata untuk mengharapkan keridhoan Ilahi, tentu saja akan semakin menghangat hatinya, dan keinginan untuk menjadi lebih baik dalam segala halpun InsyaAllah akan semakin menguat. Dan, yang terindah dari semua itu, sang istri akan menggapai kemuliaan dirinya di hadapan Allah Penguasa Alam Semesta dan di hadapan segenap makhlukNya.

Ternyata memanglah benar, mengabdi bukan berarti membungkam kekuatan wanita. Lewat sikap ini, wanita menunjukkan bahwa dia bukan hanya mahluk yang memiliki kelembutan hati dan tutur serta sikap santun, akan kekuatan tersembunyi yang luar biasa.

Pahit getir kehidupan serta kepedihan seringkali dihadapi istri dalam mendampingi suami. Tidak jarang pula cobaan-cobaan tersebut terkadang serasa di luar batas kesanggupannya sebagai individu untuk menghadapinya, namun ketika pengabdian sudah terpatri dalam hati, maka siapapun akan terperangah, bagaimana mahluk yang kita pandang lemah lembut dan ringkih, wanita, bisa menghadapi semua itu.

Dalam pengabdian, juga terkandung makna menutupi aib dan atau kekurangan pasangan kita.Susah memang untuk tetap tersenyum menghadapi kenyataan yang mungkin bahkan jika kekurangan suami kita telah diketahui begitu banyak manusia di luar sana.

Memanglah tidak semudah mengatakan untuk selalu tersenyum sambil menceritakan kebaikan-kebaikan suami kita sedangkan disisi lain kitapun mengetahui segala keburukannya. Namun sekali lagi, jika hal tersebut disikapi dengan kehangatan sikap sebagai sebuah pengabdian sang istri, maka hal tersebut justru menjadikan Puncak dan sekaligus landasan bagi segala daya tarik seorang istri.

Bukan main ternyata akhlak yang dimiliki wanita yang benar-benar mengabdi pada suami mereka atas dasar beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala.

Wednesday, August 24, 2011

Kemewahan Tidak Selalunya Menyenangkan Dan Mendamaikan


Banyak manusia mengartikan bahwa kebahagiaan hidup akan terasa sangat sempurna saat kelezatan kemewahan itu sudah berada digenggaman. Ketika kemewahan hadir,maka kekayaan, kehormatan, dan kesenangan pun menglingkari hari-harinya. Ya, memang begitulah sifat manusia yang pasti menginginkan segalanya tercukupi, segalanya serba tersedia dan lengkap untuknya.

Namun sayangnya, banyak diantara mereka yang menghabiskan hari -harinya dengan begitu saja hanya untuk berpeluh demi menggapai semua itu. Bahkan ada yang sampai menghalalkan segala cara demi mengumpulkan harta atas rujukan gengsi dan nafsu mereka. Perlombaan mereka sungguh hebat dan dahsyat mulai dari yang menggelikan hingga yang begitu mengerikannya. Bahkan kemewahan hidup bisa menggiring manusia bertingkah polah lebih hina daripada hewan.

...Atas rujukan gengsi dan nafsu, kemewahan menjadikan mereka sebagai peserta "Perlombaan" yang sungguh hebat dan dahsyat mulai dari yang menggelikan hingga yang begitu mengerikannya. Tak jarang pula, kemewahan menggiring manusia bertingkah polah lebih hina daripada hewan...

Sebuah kemewahan nyatanya menjadi magnet yang sangat ampuh dalam memberikan godaan dan melalaikan. Salah satunya adalah lewat penghormatan. Kemewahan memberikan mereka citra dan kebanggan tersendiri bagi para pemiliknya. Orangpun akan dianggap memandang segan kepadanya. Namun beberapa manusia tidak menyadari, betapa semunya semua itu. Penghormatan yang mereka dapatpun akan segera hilang seiring dengan terkikisnya kemewahan hidup mereka. Ketika diri tak lagi memiliki apapun, maka siapa yang akan memandang dan mengagungkannya. Sungguh sangat menyedihkan sekali.

Kemewahan telah menghipnotis mereka dalam tidur lelap diatas kasur yang empuk dan nyamannya ruangan, sehingga sholat malam merekapun berlalu begitu saja. Atau malah sebaliknya, kemewahan telah mencuri waktu berharga dalam istirahat mereka lewat insomnia. Mereka kesulitan bahkan untuk hanya sekedar tidur gara-gara takut kekayaannya diambil dicuri.

...Kemewahan telah mengisolasi mereka dalam tingginya pagar rumah dan sempitnya hati, sehingga mereka merasa sudah sangat cukup dengan diri sendiri dan melupakan silaturahmi. Kasihan sekali, karena faktanya mereka adalah sendiri, dan hanya sendiri. Hanya ditemani harta mereka yang hanya sebuah benda mati..

Kemewahan telah mengisolasi mereka dalam tingginya pagar rumah dan sempitnya hati, sehingga mereka merasa sudah sangat cukup dengan diri sendiri dan melupakan silaturahmi. Kasihan sekali, karena faktanya mereka adalah sendiri, dan hanya sendiri. Hanya ditemani harta mereka yang hanya sebuah benda mati.

Kemewahan telah menghabiskan investasi yang begitu berharga dalam hidupnya, waktu. Karena kemauan nafsu untuk terus mengumpulkan harta, maka jatah umur merekapun habis tanpa mereka menyadarinya. Waktu, sesuatu yang jika telah pergi tak akan pernah bisa kembali, dan sangat disayangkan ketika mereka sadar di akhir usia bahwa mereka telah menukar sikap mereka tersebut dengan sesuatu yang justru sangat lebih berharga dari kemewahan yang mereka perjuangkan. Kebersamaan, sikap rendah hati, dan kasih sayang nyatanya tidak terbeli oleh harta mereka.

...Mendewakan duniawi dan sebagainya hanyalah menjadikan kita budak. Ya, budak atas nafsu dan keinginan yang tidak akan pernah ada batasnya...

Lalu mengapa kita lalu tidak mengubah pola pikir kita bahwa kekayaan adalah bukan segala-galanya.Mendewakan duniawi dan sebagainya hanyalah menjadikan kita budak. Ya, budak atas nafsu dan keinginan yang tidak akan pernah ada batasnya.Ketika manusia sudah dapat memenuhi sebuah jurang dengan kekayaannya, maka pasti mereka akan menginginkan jurang yang lain untuk terisi dengan hal yang sama.

Maka kesyukuran menjadikan kita pribadi yang bijak dalam keadaan kita bergelimang kemewahan atau kekurangan sekalipun. Ketika kita memiliki mobil,kita sangat bersyukur dibanding melihat yang berpanas-panas naik motor.Ketika naik motor kita bersyukur dibanding orang yang berpeluh karena mengayuh sepeda,Ketika naik sepeda kita bersyukur daripada orang yang berjalan kaki.Ketika berjalan kaki,kita bersyukur daripada melihat orang yang naik kursi roda dan didorong oleh seseorang dibelakangnya.hmmm..itulah hidup.

...Ada kalanya hedonisme itu menyenangkan,tetapi lebih menyenangkan lagi jika kita dapat mensyukuri karunia NYA dan dapat hidup sederhana nisacaya hal itu yang akan lebih kekal. Kehidupan hedonisme terkadang sangat mengenakkan untuk beberapa saat,tapi yakinlah hal itu takkan berlangsung lama....

Memang segala- galanya butuh uang, tapi uang bukanlah segala-galanya. Dan ternyata banyak hal didunia ini justru terlalu banyak hal yang tidak bisa dibeli walaupun kita bergelimang kemewahan. Dan ternyata juga, kesyukuran atas apapun yang Allah berikan kepada kita menjadikan kita sangat tercukupi dan damai. Jangan berfikir bahwa hedonisme itu buruk dan anti hedonisme itu yang terbaik. Ada kalanya hedonisme itu menyenangkan,tetapi lebih menyenangkan lagi jika kita dapat mensyukuri karunia NYA dan dapat hidup sederhana nisacaya hal itu yang akan lebih kekal. Kehidupan hedonisme terkadang sangat mengenakkan untuk beberapa saat,tapi yakinlah hal itu takkan berlangsung lama.

Bahasa Kedamaian Hati Manusia


Bahasa seperti apa yang dapat menjadi nasehat untuk pengobat rasa sakit hati ketika sudah sampai dipuncaknya? Ketika kita dihadapkan pada sebuah pengkhianatan manusia yang nyata- nyata sudah kita titipkan kepercayaan kepadanya.

Logika seperti apa yang bisa menjelaskan tentang kesedihan manusia ketika telah melingkupi kehidupannya. Sesuatu yang disayang, dijaga dan dirawatnya...suaminya... hilang begitu saja. Tiba- tiba seperti mimpi, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa bukan saja kita harus kehilangan, tapi kita juga harus berbagi. Perasaan wanita yang memang sangat mendominasi pikirannya akan mengatakan, bahwa ini sangat tidak masuk akal. Dalam pikirannya, pernikahan adalah tentang kamu dan aku, kita, dan bukan dia. Bagaimana kiranya sebuah rumah tangga bisa bahagia ketika ada orang ketiga yang memasukinya?

Kalimat apa yang bisa menyegarkan kembali kepedihan seorang ibu yang harus kehilangan anaknya? Anak yang begitu disayang dan dikasihinya terbujur kaku didepan matanya terbungkus dalam kain kafan, dan siap untuk berkalang tanah.

Bahasa manusia seperti apapun tak dapat menjangkau dan menampung semua itu. Kesedihan, sakit hati dan kehilangan sering kali secara nyata menghilangkan akal sehat manusia. Hal itu pula yang menghapus kalimat- kalimat arif dalam pikiran dan hatinya sebagai sarana pelipur dukanya.

Dalam keterpurukan seperti itu, ternyata masih ada sedikit asa yang membahagiakan. Bahasa iman dapat merangkulnya kembali menuju kebenaran dan logika yang menentramkan. Bahasa iman ternyata adalah melampaui batas nalar berpikir manusia. Karena iman kita menjadikan sesuatu yang sangat tidak logis menjadi logis, karena iman kita tetap tak bergeming untuk tetap berjalan menggerakkan sendi kehidupan walaupun menurut orang lain hal itu sangatlah aneh atau tidak lazim. Bahasa iman bukan tentang selera, tapi tentang pengabdian kepada yang Maha hidup dan pelepasan ego manusia.

Tapi ajaibnya, iman tidak menjadikan manusia terisolasi dalam dunia aneh yang sempit. Iman membawa kita justru kepada sebuah kedamaian.Dengan iman manusia mengerti sesungguhnya hakekat kebahagiaan dan pengabdian. Ketika kita berlari menjauhinya, bisa saja kita bertahan, tapi sampai kapan? Sesuai fitrahnya, hati manusia akan selalu berkata dan berjalan untuk selalu dekat dengan tuhannya, kecuali bagi hati yang keras dan atau dikunci mati oleh Allah Subhanahu Wata`ala.

Bahasa iman mengantarkan kita pada pemikiran di luar kotak masalah tersebut. Bahasa iman menawarkan sudut pandang yang lain dalam melihat sebuah problema hidup. Tapi pada akhirnya, bahasa iman tetap berakhir di stasiun kedamaian. Karena imanlah kita mengenal dan mempercayai Allah, dan kepada Allah lah semuanya berasal dan akan kembali.

Manusia akan terasa terbebas dari beban, dan dengan enteng bernafas dan melangkah dimuka bumi ini, ketika dia punya iman. Semua masalah dan kepenatan dunia hanyalah sebagai pembelajaran penaikan level derajat kemuliaannya. Hatinya begitu luas walaupun berada dalam tempat yang sempit. Sebagai akibatnya ketenangan dan ketajaman berpikir serta mengolah rasapun didapatnya. Manusia berbondong- bondong mengasihinya, dan rejekipun mengalir kepadanya. Lalu dimana letak kejelekan bahasa iman tersebut sehingga kita tidak lagi mengakrabinya kini?

Doa, Proposal Pengubah Jalan Hidup Manusia


Manusia hidup dalam keterbatasan. Hal inilah yang kemudian mengilhami mereka untuk menciptakan pernyataan bahwa "tidak ada manusia yang sempurna". Dalam keterpurukan hidup dan kesempitan hati, sering kali mereka akhirnya sampai pada di titik nadir dan bernafas dalam pasrah.

Kesempatan inilah yang kemudian mengilhami manusia untuk sekejap menengadahkan tangan memohon kepada yang Maha kuasa atas segala sesuatu. Semua terukir indah dalam lantunan doa yang dipanjatkan, dengan harapan bahwa kesulitan dapat terangkat dan beban hidup dapat berkurang.

Disinilah pula terletak pembuktian nyata betapa Allah sangat mengasihi dan Maha Kuasa atas para hambanya. Allah Subhanahu Wata'ala tidak akan pernah repot ataupun menolak segala keluh kesah mereka. Bahkan Allah Sang Maha Pengasih pun marah ketika manusia tidak meminta.

Doa yang kita panjatkan adalah bentuk nyata pengakuan dengan rendah hati bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah Maha Penguasa Langit dan bumi. Permohonan yang kita sampaikan tersebut bukan lantas menjadikan kita manusia yang rendah. Yang terjadi justru sebaliknya, doa menghapus jarak hati manusia yang jauh dengan penciptanya.

...Doa yang kita panjatkan adalah bentuk nyata pengakuan dengan rendah hati bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah Maha Penguasa Langit dan bumi...

Doa adalah pengakuan atas dosa yang sungguh-sungguh serta sebuah permohonan bagi pengampunan untuk diri yang berdosa. Lewat doa, bagi para manusia yang percaya,mereka akan kembali mendapatkan nafas hidupnya. Jelasnya, tanpa doa batin hidup manusia mungkin telah mengalami kematian.

Doa adalah pengakuan bahwa kita memerlukan pertolongan di luar batas kemampuan kita sendiri. Seseorang yang membentuk karakter dalam gaya hidup orang beriman, tentulah akan merajinkan dirinya untuk selalu lekat dalam permohonan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Doa juga merupakan jembatan pernyataan terima kasih dan syukur kita kepada Sang Maha Pencipta, atas apapun yang dianugrahkan kepada kita, baik kesenangan ataupun kesedihan.

...Doa ibarat sebuah proposal tentang beberapa perubahan jalan hidup kita selanjutnya. Tentunya menuju yang lebih indah. Karena itu doa menjadi tidak saja sekedar sebuah seremoni ritual, tetapi juga merupakan bentuk kesadaran manusia, bahwa manusia membutuhkan yang Maha sempurna untuk membantu mengubah hidup mereka menjadi lebih baik...

Benar adanya bila kita berpendapat bahwa memang tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini. Setiap detik atas kesenangan dan kesedihan sudah digariskan. Dan lewat doa, kita seperti mengajukan sebuah proposal tentang beberapa perubahan jalan takdir kita selanjutnya. Tentunya menuju yang lebih indah. Doa adalah ibarat sebuah proposal di mana kita membeberkan apa kebutuhan dan latar belakang kita mengajukan permohonan itu, lengkap dengan tujuan, sasaran apa yang kita inginkan, kapan kita ingin mencapainya, dan metodologi atau proses apa yang akan kita lakukan dalam merealisasikan semua itu.

Semuanya secara rinci kita "tuliskan" dalam proposal tersebut. Dan akhirnya ... doa, tidak saja sekedar sebuah seremoni ritual, tetapi juga merupakan bentuk kesadaran kita sebagai manusia, bahwa ternyata dalam melakukan berbagai pekerjaan yang kita rencanakan, kita membutuhkan yang Maha sempurna untuk membantu kita.

Namun berdoa bukanlah sebuah bentuk pekerjaan pasif di mana kita menunggu dari Allah subhanahu Wata'ala tentang apa yang kita harapkan. Tetapi berdoa adalah perbuatan aktif di mana kita memberi laporan tentang diri kita kepada Nya.

Banyak orang lantas berpikir, mengapa saya sudah rajin meminta dan berdoa namun belum kunjung dikabulkan?

Pernahkah kita mengadakan kilas balik kualitas diri kita dalam berdoa?. Doa setiap hamba kepada Sang Khaliq akan selalu dikabulkan namun tergantung pada kualitas hambanya yang berdoa. Doa yang masih tertunda untuk terkabul mungkin adalah salah satu peringatan Allah kepada kita untuk memperbaiki kualitas diri dan ketaqwaanNya kepada Allah.

Pernahkah juga kita meneliti kembali ketaqwaan kita dalam berdoa?. Setiap orang yang berdoa agar doa dikabulkan hendaknya meningkatkan keimanan dan ketaqwaanNya, sehingga Allah memandang memang sepantasnya lah doa itu dikabulkan. Seperti seorang ibu yang mendoakan agar anaknya menjadi orang yang sholeh, namun si ibu tersebut menghabiskan waktu hidupnya untuk larut dalam pekerjaan duniawi saja, dan melupakan kewajibannya untuk mendidik anaknya tentang Islam. Maka agar mendapatkan anak yang sholeh, seperti permohonan dalam doa, dirinya wajib untuk meningkatkan kualitas ketaqwaannya.

...Yakinlah, ketika kita mencari Allah Subhanahu Wata'ala lewat khusuknya lantunan doa, kita pasti akan menemukanNya, kecuali jika kita tidak bersungguh- sungguh dalam menemukannya....

Pernahkah pula kita mengkaji ulang amal Kebaikan kita sebelum kita meminta hal itu dalam doa? Janji Allah Subhanahu Wata'ala untuk mengabulkan doa kita adalah nyata adanya, namun hal itu tentu saja berlaku jika kita memang telah pantas menerima nilai yang seharusnya kita terima. Lakukanlah dengan nyata kontribusi amal yang lebih besar daripada yang kita inginkan dalam doa. Amal kebaikan yang telah kita lakukan adalah salahsatu faktor penyebab dikabulkannya sebuah doa.

Berdoalah dengan sebenar- benarnya. Dan lupakanlah bahwa kita berdoa hanya untuk membuat telinga orang lain terkesan. Sampaikan permohonan doa dengan tulus, dan ikhlas. Yakinlah, ketika kita mencari Allah lewat khusuknya doa, kita pasti akan menemukanNya, kecuali jika kita tidak bersungguh- sungguh dalam menemukannya....

Ngemil Kerikil Neraka


Kehidupan dunia menawarkan kesenangan semu yang tiada batas. Dan manusia di `anugrahi` cobaan berupa nafsu sebagai pengikut setia atas semua itu. Berbagai tawaran menggiurkanpun tak luput menyemarakkan kelezatan dosa. Namun sangat disayangkan bahwa Kesemua itu berujung pada neraka yang mengerikan.

Betapa batin manusia sering kali terlupa atas dosa yang nyata apalagi yang tersamar. Saat kelalaian malah dianggap atraksi hiburan yang menyenangkan, dan atau dosa dinilai sebagai improfisasi brilian, maka kabut hitam penutup pintu hidayah manusia pun menjadi terasa sesak untuk dilewati.

Bisakah kita mengkaji ulang sebentar dan melihat kembali kebelakang jalan hidup yang selama ini telah kita tempuh. Adakah barang haram yang telah kita relakan menjadi bagian dari darah kita saat ini? Dan atau mungkin bukan hanya kita, jangan- jangan suapan dosa itu telah kita suguhkan kepada anak- anak kita?

Menghadirkan neraka sebagai bagian dari sarapan pagi anda dan keluarga, tentu saja bukan mencerminkan cita rasa yang baik dari orang tua yang pantas diteladani.Bagaimana mungkin orangtua yang baik bisa begitu egois. Egois? ya, keegoisan orang tua yang dengan kesenangan dan kepuasan pribadinya telah mengumpulkan harta haram, yang kemudian memenuhi perut anak- anak terkasih yang jelas- jelas tidak tahu menahu tentang tingkah polah ayah ibunya.Parahnya lagi, jika hal itu disampaikan orang lain sebagai nasehat bagi mereka, sejuta dalih atas dasar tanggung jawabpun mengalir dari mulut agar terbuka jalan pemakluman orang lain atas dirinya. Bagaimana mungkin orang tua teladan akan bangga mengajak anak- anak untuk secara berjamaah ngemil kerikil neraka sebagai rutinitas harian dan kudapan favorit mereka? Tentu saja kita berharap kepada Allah agar melindungi kita dari menjadi hambanya yang tergambarkan seperti hal tersebut diatas.

untuk mendapat rizki halal atau haram bukanlah tentang idealisme dan atau sekedar jargon- jargon tak berguna. Kesemua itu adalah pencerminan kualitas orang tua sebagai seorang hamba. Jangan anggap remeh sebuah pilihan, karena hitungan Allah yang sangat maha akurat dalam segala hal, akan memberikan balasan atas apa yang kita pilih dengan sangat tepat pula.Saat ini, besok, didunia, ataupun diakherat, cepat atau lambat, layaknya bumerang balasan itu akan kembali menimpa kita. Benar- benar tidak ada yang gratis apalagi tertebus dengan cuma- cuma untuk sebuah kejahatan ataupun kebaikan. Semua akan menuai balasannya sendiri- sendiri sesuai dengan kadarnya.

Usia kita akan menua, dan kita tidak akan tahu apa yang akan Allah rencanakan dalam episode penempuhan jalan itu. Beberapa orang sengaja menunggu umur senja mereka untuk memanen tangis penyesalan. Sebagian dari mereka mungkin tak sadar atas proses menunggu itu, dengan membiarkan diri lalai terus menerus dalam dosa. Hal itu sama saja mereka membangun jalan takdir mereka selanjutnya. Dan kapan tepatnya episode kesedihan itu akan terjadi, tentunya itu hanya masalah waktu saja.

Saat mata sudah buram untuk melihat, saat lutut tak mampu menopang penuh badan untuk melangkah, dan atau malah justru saat harta yang seumur hidup dikumpulkannya tenyata tak lagi mengakrabinya. Apalagi yang mampu dicapai saat itu, kecuali dengan rahmat Allah subhanahu Wata`ala yang kembali merengkuh kita dalam sebuah kebahagiaan.

Hanya hati yang penuh kesyukuran yang akan dengan gagah berani menatap kenyataan dan memandang langkah takdir berikutnya sebagai perjuangan.Bagi pribadi seperti ini,kekurangan dipandang sebagai tantangan yang dengan ijin Allah akan selalu bisa ditaklukkan.

Perjuangan menghadiahi keluarga dengan hidangan kesenangan dalam rizki yang halal, walaupun dalam keterbatasan, akan menjadikan anda kebanggaan keluarga. Keselamatan dunia akherat yang anda bangun atas keluarga, menjadikan anda sebagai harta yang tak ternilai bagi keluarga, sangat lebih bernilai, bahkan lebih dari nilai harta yang telah anda berikan untuk mereka.


Penghujat Kalimat Langit


Pikiran manusia semakin bergerak bebas seiring dengan menuanya dunia.Daya pikat modernisasi yang tiada berbatas menghasilkan berbagai ide tentang cara hidup yang lebih baik. Namun sayangnya, efek negatif yang menyertainya pun mengaburkan batas yang jelas-jelas menjadi pemisah antara hitam dan putih. Banyak yang ditabrak dan tidak jarang pula sebagian dari mereka acuh tak acuh dengan aturan kebaikan yang sebenarnya membaikkan hidup mereka.

Banyak manusia yang merasa terlalu pintar dan akhirnya menuruti jalan pikirannya sendiri. Sehingga perkataan dan perbuatannya pun terjadi menurut kebenaran diri mereka sendiri. Keras kepala, tidak menerima interupsi, kritikan, masukan atau nasehat, bahkan dari Allah yang maha perkasa sekalipun selanjutnya menjadi bagian dari tindakan mereka. Sampai akhirnya, banyak dari mereka yang tidak sadar bahwa apa yang mereka perbuat dan terapkan tersebut sudah melecehkan, menghina bahkan menandingan aturan Allah Subhanahu wa ta'ala.

Namun anehnya, ketika dikonfirmasi, banyak dari mereka yang tak mengakuinya, dan bahkan dalih tentang kuasa Allah yang mustahil tertandingi pun dengan lancar mereka kemukakan. Tapi, hal ini jelas- jelas berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Nyatanya, misi budak hawa nafsu tetap mereka berlanjut. Benar dan salahpun telah menjadi samar, bahkan nyaris tidak diketahui lagi. Nilai-nilai moral hanya dianggap sebagai aturan yang membelenggu, alot dan sukar untuk diterimanya.

Selanjutnya, konsep ayat Alquran yang sudah seratus persen PASTI baik untuk seluruh umat manusia, pun masih digugat, dikritisi, dan dianggap kuno. Bahkan tak jarang manusia yang memegang teguh aturan dalam Alquran dicaci maki,direndahkan dan dihina. Tidak sampai disini, manusia- manusia kurang akal, penghujat kalimat Allah itu tak segan segan menyatakan kehebatannya yang menurut mereka setara atau bahkan lebih dari Penguasa dan Pemegang ubun ubun mereka tersebut. NAUDZUBILLAH MINDZALIK...

Para orang alim dari kalangan manusia yang menasehati mereka malah dianggap sok suci dan memaksakan kehendak. Dengan sombongnya mereka menyematkan predikat `Katak dalam tempurung`, bagi orang- orang yang setia dengan jalan Allah tersebut. Memanglah para penasehat dikalangan manusia hanyalah sekedar manusia, yang tentu tak lepas dari kekurangan mereka sebagai manusia. Namun bisakah para pembangkang itu sedikit bijak dengan bersikap menyaring kebaikan dari nasehat nasehat itu saja, dan menghadirkan pemakluman bahwa orang alim tersebut jugalah bukan malaikat?.Memang pertanyaan yang konyol untuk dimohonkan kepada para musuh Allah tersebut, dalam keingkaran mereka menghina dan merendahkan aturan Allah, masihkah kebijaksanaan terbit dalam hati mereka?

Seperti tontonan yang sangat menggelikan memang. Kalau boleh ada satu pertanyaan simple saja untuk mereka, apakah para penghina dan pelaku pelecahan agama Allah tersebut telah mengistirahatkan batinnya sebentar untuk merenung dan berpikir, bagaimana kiranya jika Allah sang maha perkasa mengusir mereka dari langit dan buminya? Akankah mereka menemukan tempat kaki untuk berpijak atau minimal kontrakan yang menyediakan oksigen gratis untuk mereka hirup? Atau jika mereka harus menjadi gelandangan, akan menggelandang dimanakah mereka? dan kalau saja Allah mempensiunkan satu saja panca indra mereka, masih adakah kesombongan dan keberanian mereka untuk menghina Sang Maha Perkasa?

Kita hidup sekali dan tidak ada kesempatan untuk mengulanginya. Jika hidup memang tentang perjuangan, marilah menjadikan diri kita pejuang sejati, tapi sebelum itu lihatlah kembali, apakah yang kita perjuangkan sudah benar- benar benar? Ketika pertanyaan tersebut diajukan kepada seribu manusia pastilah seribu kebenaran menurut konsep mereka masing- masing akan tercipta. Lalu, mengapa kita tidak mengukur kebenaran itu dengan barometer yang konstan, yaitu aturan Allah subhanahu wata`ala yang TIDAK akan pernah salah. Hanya hati yang penuh kebencian, kedengkian, dan penyakit yang berani dengan lancang menyalahkan yang maha kuasa dan Maha Penyayang hamba- hambanya.

Perlukah mereka melihat terlebih dahulu bukti kekuasaan Allah yang maha dahsyat, dan barulah mereka percaya?. Atau haruskah Adzab Allah datang kepada mereka, barulah permohonan ampun mereka baru terucap? Bagi para hamba yang tidak tahu terimakasih kepada penciptanya, masihkan mereka akan tahu cara berterimakasih bahkan untuk sekedar kepada sesamanya?

Sumber : http://m.voa-islam.com/news/article/2011/04/22/14278/penghujat-kalimat-langit/


Ketika Pasangan Tak Seindah Harapan


Saat kita masih sendiri, pastilah tersirat dibenak kita untuk bertekad menjadi isteri shalihat yang taat dan selalu tersenyum manis. Kitapun selalu ingin memberikan yang terbaik bagi suami kelak sebagai jalan pintas menuju surga.

Figur isteri yang sholihat, taat, dan setia benar-benar terpatri kuat di benak kita. Maka, tatkala Allah SWT telah menakdirkan kita mendapat jodoh seorang Muslim yang sholih kita pun melangkah ke gerbang pernikahan dengan mantap. Begitu khidmat dan khusyu karena kesadaran penuh untuk beribadah dan menjadikan jihad dan syahid sebagai tujuan hidup berumah tangga.

Kini ketika telah menjalani kehidupan rumah tangga, banyak hal-hal realistis yang harus dihadapi. Sifat, karakter, pembawaan, selera, dan kegemaran serta perbedaan latar belakang keluarga yang semula mudah terjembatani oleh kesatuan iman, cita-cita, dan komitmen ternyata lambat laun menjadi bahan-bahan perselisihan. Pertengkaran memang bumbunya perkawinan,tetapi manakala bumbu yang dibubuhkan terlalu banyak, tentu rasanya menjadi tajam dan tak enak lagi.

Berbagai masalah kehidupan dalam perkawinan harus dihadapi ketika mengetahui kenyataan bahwa pasangan tak seindah harapan, Bagi yang tidak siap dan atau menyiapkan diri, mereka seakan mengalami penderitaan kejiwaan berkepanjangan yang imbasnya akan menjalar terhadap perbuatan "anarkis" kepada diri dan orang- orang sekitarnya. Tak lupa pula, doa- doa patah hatipun dilantunkannya setiap hari.

Ternyata, ada banyak hal yang tak seindah bayangan semula. Antara harapan dan kenyataan ada terbentang satu jarak. Taman bunga yang dilalui ternyata pendek dan singkat saja. Cukup banyak onak dan duri siap menghadang.

Kekecewaan yang besar bersumber dari persepsi yang ideal yang kemudian menggiring kita pada gambaran2 indah tentang pasangan kita. Suami diharapkan bermental Super dan menjadi sosok pribadi yang istimewa layaknya Rasulullah SAW. Sedangkan Istripun juga dipersepsikan layaknya Ibunda Fathimah yang tanpa cela dalam mengabdi kepada suami.

Harapan yang besar tersebut seakan pula menghapus pemakluman atas segala kekurangan dari suami. Hal ini tentu saja bisa berdampak fatal, konflik bisa saja menjadi jadwal harian jika harapan itu berlawanan dengan fakta yang ditemukan di dalam sebuah rumah tangga

Lantas apakah berharap itu tidak boleh ? berharap sah-sah saja dan memanglah wajar, namun perlu diingat bahwa seseorang yang akan kita nikahi itu manusia bukan malaikat, banyak kekurangan yang mungkin terjadi di kemudian hari yang disebabkan oleh kekurangan2 dari pasangan kita tersebut..

Berkaca dari hal di atas, oleh karena itu tidak berlebihan apabila kita mensyarakatkan diri sendiri untuk bersikap ikhlas ketika akan menikah. Sikap ikhlas membuat kita lebih siap untuk menghadapi perbedan-perbedaan nanti. Selain itu, sikap ikhlas juga akan menumbuhkan prasangka baik kita kepada Allah.

Sikap ikhlas pun akan menumbuhkan sifat memaafkan dan berpikir positif. kita perlu menyadari bahwa semua orang berusaha hidup dengan cara yang paling baik menurut mereka, namun terkadang "kebaikan" itu mungkin kurang pas jika diterapkan untuk kita. Tapi satu hal yang harus tetap kita lakukan, cobalah mendidik diri sendiri untuk tetap menghargai niat baik mereka tersebut. Maka dengan memaafkan dan berpikir positif, semua akan kembali pada jalur yang semestinya.

Jika sikap semua hal tersebut semua telah mendarah daging, Alih –alih menyebabkan konflik atau kekerasan dalam rumah tangga, kejutan-kejutan yang terjadi kemudian, justru akan manambah benih-benih romantisme sehingga cinta dan dukungan kita terhadap pasangan kitamalah akan menjadi semakin besar. Dan kalau sudah begini Bukan tidak mungkin kita akan benar2 menikmati indahnya surga dunia.

Dan yang terakhir, untuk menghindari kekecewaan juga diperlukan sikap kita untuk mencintai pasangan kita dengan cinta yang proporsional. Karena jika kita memang harus menghadapi kenyataan bahwa pasangan kita hanyalah manusia lengkap dengan kekurangan dan kelebihannya, hati akan terasa lebih lapang dan kekecewaan dapat lebih mudah untuk direlakan karena besarnya pengertian bahwa tidak selamanya hidup itu indah.


Sunday, August 21, 2011

Detik Terakhir...


Ketatnya persaingan hidup, target pekerjaan, krisis finansial, dan tekanan hidup yang semakin sulit telah banyak melalaikan manusia dari mengingat kematian.

Demikian pula dengan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga yang sangat kita cintai, bercanda dan bergurau bersama mereka, pergi berlibur bersama, konser musik, perayaan- perayaan ulang tahun, belanja di mall, menikmati acara televisi dan atau membaca buku- buku cerita telah banyak melalaikan dan menyita waktu kita sehingga fokus pikiran kita terjauh dari kematian.

Hari demi hari telah kita lalui, dahulu kita masih berada dalam kandungan ibu, lalu kita menjadi anak- anak, remaja, dewasa dan tua. Dan sudah menjadi sunatullah bahwa semua yang pernah hidup akan mengalami kematian.

Memang, pembahasan tentang kematian adalah topik yang mengerikan bagi kebanyakan manusia, sehingga sadar atau tidak pembicaraan tentangnya sering kali dihindari dan dilupakan. Namun celakanya, betapapun mereka menghindarinya, manusia tidak akan bisa terlepas dari jadwal ajalnya sendiri.

Suka atau tidak suka, "piala bergilir" itu pasti akan menuju kita, dan bukan hal mustahil setelah anda membaca tulisan ini, anda akan menjumpai... detik terakhir....

Ketika panggilan kematian itu datang, erangan nafas begitu beratnya terdengar. tidak akan ada seorangpun yang dapat lari darinya, tidak seorangpun yang dapat menghindarinya.

Ternyata begitu cepat waktu berlalu, seakan baru kemarin tangis kelahiran kita terdengar, namun sekarang harus berkalang tanah. Dan akan bagaimanakah akhir kehidupan kita nanti? Sesungguhnya setiap orang telah mengukir jalan akhir kehidupannya sendiri, yaitu dengan melihat bagaimana dia menghabiskan jatah waktu dan umurnya.

Disinilah kecerdasan kita teruji. Ya, manusia yang cerdas bukanlah selalunya berkubang dengan rumus dan atau pemikiran modern. Manusia yang dengan penuh kehati- hatian melalui setiap detik proses kehidupannya hanya untuk mencari ridho Robbnya lah adalah sebenar- benarnya manusia yang cerdas. Begitu cerdasnya dia dalam mendidik dan menguasai dirinya sendiri untuk sadar bahwa kesemuanya akan ada pertanggungan jawab dan konsekuensinya.

Namun sayang, kebanyakan manusia hanya berpikir pendek dengan menganggap bahwa kematian yang menurut mereka adalah sama halnya seperti kelahiran. Sepasang proses hidup tersebut, secara natural akan terjadi. Keduanya bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Sangat biasa.

Padahal ketika kunjungan malaikat maut telah datang, berarti pula jadwal hidup dalam keabadian, yang berarti selama- lamanya dan tidak akan pernah ada ujungnya, sudah menanti didepan mata.

Maka, sebagai penghormatan kepada diri, sudah selayaknya kita memberikan desain kematian yang indah untuk diri sendiri yang hidup hanya satu kalinya ini.Semoga Allah memberikan akhir kehidupan kita dengan husnul khotimah.

Suka atau tidak suka, piala bergilir itu pasti akan menuju kita, dan bukan hal mustahil setelah anda membaca tulisan ini, anda akan menjumpai... detik terakhir....


Sumber : http://m.voa-islam.com/news/article/2011/04/30/14436/detik-terakhir/

AMALAN PADA MALAM-MALAM LAILATUL QADAR


Berikut ini dapat diamalkan pada malam lailatul qadar (sebaiknya mulai
tengah malam):

1. Sembahyang sunat wudu’.

2. Sembahyang sunat hajat , berdoa minta dipertemukan Allah dengan
malam Lailatul Qadar.

3. Membaca al-Quran.

4. Istighfar:

ASTAGHFIRULLAAHAL’AZHIIMA WA ATUUBU ILAIHI

5. Zikrullah:

LAA ILAAHA ILLALLAAH(U) ;
LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUHAMMADAN(R)-RASUULULLAAH(I);
ALLAAHU AKBAR

6. Bertasbih:

SUB-HAANALLAAHI WAL-HAMDULILLAAHI WA LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU
AKBAR, WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL’ALIYYIL’AZHIIM(I);
SUB-HAANALLAAHI WA BIHAMDIHI SUB-HAANALLAAHIL’AZHIIM(I);
SUB-HAANA RABBIYAL A’LAA

SUB-HAANA RABBIYAL’AZHIIMI WA BIHAMDIH(I)

7. Salawat:

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD

8. Sembahyang sunat tahajjud.

9. Sembahyang sunat tasbih.

Orang yang bertemu dengan Lailatul Qadar dipercayai akan terus dingin
badannya karena dihampiri oleh para malaikat (sebentar saja).
Hendaklah segera membaca:

ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIM (UN) TUHIBBUL’AFWA FA’FU ‘ANNII

Rasulullah s.a.w telah bersabda yang bermaksud: “Barangsiapa beribadat
sesaat pada malam Qadar, kira-kira selama seorang penggembala memerah
susu kambingnya, maka adalah lebih disukai Allah daripada berpuasa
setahun penuh. Demi Allah yang telah mengutus daku dengan hak menjadi
nabi, sesungguhnya membaca satu ayat dari al-Quran pada malam Qadar
adalah lebih disukai Allah daripada mengkhatamkannya pada malam-malam
yang lain.”

Dari Aisyah r.a bahwa dia mengatakan, aku bertanya: “Ya Rasulullah,
kalau aku bertepatan dengan malam Qadar, maka apakah yang patut aku
baca? Jawab Rasulullah s.a.w.: Ucapkanlah:

ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIM (UN) TUHIBBUL’AFWA FA’FU ‘ANNII

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Pemaaf
lagi Pemurah, yang suka memberi kemaafan, maka maafkanlah aku.”

Friday, August 19, 2011

Masturoh dan Keinginan Bercadar


Pada awalnya saat baru mengenal pertama kali usaha dakwah, saya sama sekali tidak tertarik untuk masturoh.Dalam bayangan saya masturoh itu menakutkan karena saya akan bergaul dengan wanita yang berniqab dan memakai pakaian hitam-hitam.

Menurut saya wanita bercadar itu misterius, menjalani satu paham tertentu yang ekslusif dan aneh, karena Islam yang saya pelajari sejak kecil tidak mengenal gaya berpakaian semacam itu.

Sekarang setelah berjalan tiga tahun sejak suami aktif lagi di usaha dakwah, saya mengalami perubahan yang luar biasa. Keinginan saya kuat sekali untuk bargaul dan berada dalam lingkungan wanita bercadar.

Saya menikmati saat perasaan hati terpanggil untuk menggunakan cadar atau terkadang perasaan keraguan yang datang silih berganti.

Entah mengapa saya rindu memiliki kawan yang seiman, berada dalam lingkungan yang bicara hanya mengenai iman dan berada ditengah-tengan kawan-kawan muslimah yang menggunaan cadar.

Saya merasakan ketenangan dan kedamaian yang luar biasa berada dalam suasana seperti itu.Mereka tidak berlomba bicara mengenai anak, harta dan tempat liburan keluarga tetapi sibuk bicara mengenai iman dan amal sholeh.

Satu kali suami membelikan saya jilbab dengan cadarnya. Saya tidak berani menolak, suamipun tidak memaksa saya untuk memakainya. Harapan suami adalah suatu saat saya butuh, saya sudah memilikinya.

Hanya satu kali saya pakai jilbab cadar itu. Itupun tidak kemana-mana hanya dirumah. Namun saya marasakan beban yang luar biasa dan sampai menangis mengakui bahwa saya belum siap untuk memakainya saat itu.

Setelah suami pulang khuruj setelah 4 bulan pergi meninggalkan keluarga, banyak perubahan kehidupan keagamaan dirumah.

Bayan shubuh dilanjutkan dengan musyawarah untuk menentukan waktu taklim pagi,bayan maghrib serta pembacaan kitab hayatus sahabah setelah isya.Kegiatan ini bisa dilakukan dengan atau tanpa suami.

Sampai hari ini alhamdulillah istiqomah. Anak kami Akbar 9 thn dan Khairunnisa 1.8 thn pun selalu ikut dalam kegiatan tersebut meskipun terkadang sampai terkantuk-kantuk.

Taklim pagi biasanya disertai dengan halaqoh tajwid. Sejak mengikuti halaqoh tajwid inilah anak kami untuk pertama kalinya hapal 10 surat terakhir dalam Al-qur'an. Subhanallah...padahal sebelumnya membaca pun masih terbata-bata dan perlu banyak dibantu.

Kegiatan taklim dirumah memberikan ketenangan yang luar biasa untuk anggota keluarga. Allah memberikan sakinah dan rahmat serta maghfirohNYA saat di rumah diadakan majelis mengingat Allah SWT.

Bahkan sekarang kalau suasana di rumah tidak kondusif, mulai panas dan terasa gesekan yang bisa berakibat keributan, biasanya kami langsung menggelar taklim untuk mendinginkan suasana.

Alhamdulillah, Allah memberikan hidayah pada kami sebagai orang tua untuk dapat mengenalkan suasana islam dan mengajarkan nilai-nilai islam serta berupaya mengamalkan sunnah Nabi SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Mengenai keinginan bercadar, Insya Allah bulan depan saya akan melakukan masturoh untuk pertama kalinya. Saya berharap melaui masturoh ini saya diberikan kekuatan oleh ALLAH SWT agar bisa menggunakan cadar dan menjadi wanita yang taat pada Allah dengan berhijab sempurna.

Pandangan saya sekarang mengenai wanita bercadar adalah wanita yang menjalankan ketaatan yang sempurna padaNYA.

Sungguh suatu saat saya ingin pula menjadi wanita yang demikian. TAAT sempurna pada RABB yang jiwa kami semua ada dalam genggamanNYA.

Ya ALLAH semoga Engkau jadikan kami wanita pilihan, amin


Sumber : http://khairunnisahafizhah.multiply.com/journal/item/67/Masturoh_dan_Keinginan_Bercadar

Suamiku, Jangan Ajari Aku Menjadi Pencuri


Kedamaian keluarga, adalah salah satu kunci keharmonisan rumah tangga. Hal ini akan terjadi, salah satunya ketika sang suami yang bertindak sebagai pemimpin pandai menempatkan dirinya sebagai seorang pemimpin dan bukan sebagai diktator bagi ` rakyatnya ` dirumah. Sang suami sebagai ujung tombak pencarian nafkah bagi keberlangsungan kehidupan istri dan anak- anaknya tentu saja memegang peranan yang sangat fital. dan tidak kalah pentingnya dari semua itu adalah, cara suami menyikapi pemberian rezeki tersebut untuk keluarganya.

Kedermawanan suami dalam kelegaan atau kesempitan rezeki yang dikaruniakan Allah, tentunya akan menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga.Ketika dalam kelimpahan dia dengan rela hati membagikannya kepada anak- anaknya dan lebih merasa bahagia saat mereka bahagia, adalah sebuah sikap yang sangat melegakan tentunya bagi semua anggota keluarga.

Namun sebaliknya, ketika dalam kelimpahan dia hanya bersahabat dengan ego dan keinginannya sendiri serta mengabaikan kebutuhan keluarganya, maka hal ini tentu saja akan membawa seluruh keluarga kepada keadaan yang menyedihkan. Bayangkan saja ketika seorang istri harus rela menjadi pencuri dirumahnya sendiri, mencuri yang seharusnya menjadi miliknya sendiri, dari orang yang dia abdikan hidupnya dengan ikhlas dan ringan hati, namun nyata- nyata tidak memberikan haknya. MasyaAllah... bahkan uang yang dicurinya bukanlah untuk kesenangan sang istri melainkan untuk memenuhi perut anak- anaknya yang lapar.Lalu...dimanakah letak keteladanan suami sebagai ayah sekaligus pemimpin keluarga?

Pernahkan anda sejenak membayangkan ketika anda tidak tahu untuk apa dan untuk siapa anda bekerja. Ketika kekayaan dan kelimpahan rezeki anda sudah ditangan, namun setelah habis dibelanjakan, kebahagiaan dan kepuasan anda pun akan selesai sampai disitu. Saja. Lahiriah anda akan berkata puas, namun batin anda akan tetap merasa kosong karena yang anda rasakan adalah tetap...sendiri. Maka, sebenarnyalah kebahagiaan itu adalah dari istri dan anak- anak anda. Merekalah harta yang sesungguhnya yang anda miliki, dan tidak akan pernah tergantikan dan atau terbeli dengan apapun. Kedermawanan anda terhadap rezeki dan materi yang anda miliki itulah yang akhirnya kembali membahagiakan anda Subhanallah, ternyata memberi menumbuhkan keajaiban bagi sang pemberi dan penerimanya.Ketika anda sampai dirumah, istrilah yang menyambut dan menyiapkan kebutuhan anda. Anak- anak memberikan keceriaan kepada anda sehingga mengalihkan anda sejenak dari kepenatan dunia kerja dan mengajak berfantasi dalam keluguan dunia mereka. Dan kesemua itu tentu saja lebih berharga dari segala materi yang anda kejar dan kumpulkan dari pagi sampai sore dan dari sore sampai ke pagi lagi.

Apakah anda masih ingat satu hal bahwa harta anda tidak menemani anda saat dikubur nanti. Namun kebahagiaan dan kebanggan anak- anak anda atas figur seorang bapak mereka akan selalu terkenang. Anak- anak anda dengan suka rela dan ikhlas hati mendoakan anda supaya diampuni dan ditempatkan ditempat mulia disisi Allah, dan... itulah yang akan abadi untuk anda. Ketika seorang suami mengikhlaskan bagian rezeki yang diperjuangkannya untuk keluarga, maka saksikanlah bahwa kebanggan sebagai seorang figur pahlawan keluarga akan selalu disematkan untuk anda.Walaupun anda masih atau telah tiada di dunia ini.

Pencerminan kualitas akhlak seorang istri juga sejatinya sedikit banyak mencerminkan sang suami. karena setiap hari, dengan dialah anda setiap harinya bergaul dan menghabiskan usia. Karena setiap harinya, sang suami adalah pendidik bagi para istrinya. Maka, jangan biarkan istri anda menjadi pencuri dari harta anda sendiri. Pergaulilah dengan baik, seseorang yang telah mengikhlaskan dirinya dan mengesampingkan kepentingannya hanya untuk mengabdi, melahirkan dan merawat anak- anda tersebut. Tidak menjadi masalah besar atau kecilnya jumlah rezeki yang anda berikan kepada keluarga anda, karena sejatinya bagi mereka, kedermawanan dan keluasan hati anda adalah lebih berharga dari pada semua itu.

Penyakit dapat menggugurkan dosa - dosa ?


Dari Abu Said Al-Khudri dan dari Abu Hurairah radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:


مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ


“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku pernah menjenguk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sakit, sepertinya beliau sedang merasakan rasa sakit yang parah. Maka aku berkata:


إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا قُلْتُ إِنَّ ذَاكَ بِأَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى إِلَّا حَاتَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطَايَاهُ كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ


“Sepertinya anda sedang merasakan rasa sakit yang amat berat, oleh karena itukah anda mendapatkan pahala dua kali lipat.” Beliau menjawab, “Benar, tidaklah seorang muslim yang terkena gangguan melainkan Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana gugurnya daun-daun di pepohonan.” (HR. Al-Bukhari no. 5647 dan Muslim no. 2571)


Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang berkunjung ke rumah Ummu Sa`ib atau Ummu Musayyab, maka beliau bertanya:


مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ تُزَفْزِفِينَ قَالَتْ الْحُمَّى لَا بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا فَقَالَ لَا تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ


“Ada apa denganmua wahai Ummu Sa`ib -atau Ummu Musayyab- sampai menggigil begitu?” Dia menjawab, “Demam! Semoga Allah tidak memberkahinya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kamu mencela penyakit demam, karena dia dapat menghilangkan kesalahan (dosa-dosa) anak Adam, seperti halnya kir (alat peniup atau penyala api) membersihkan karat-karat besi.” (HR. Muslim no. 4575)



Di antara bentuk kesabaran terhadap takdir Allah yang menyakitkan adalah bersabar atas semua penyakit yang menimpa. Dan sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa kesabaran hukumnya adalah wajib dan bukan sunnah. Karenanya barangsiapa yang tidak bersabar menghadapi penyakit yang menimpanya maka sungguh dia telah terjatuh ke dalam dosa yang sangat besar.


Bagaimana caranya seseorang bisa bersabar?


Banyak faktor yang bisa membantu dan memudahkan seseorang untuk bersabar. Di antaranya adalah dengan mengetahui keutamaan orang yang terkena musibah termasuk sakit. ‘Tidak kenal maka tak sayang’, karenanya siapa yang tidak mengenal hakikat dari musibah dan penyakit niscaya dia tidak akan senang untuk sakit, dan sebaliknya siapa yang mengetahui hakikat dari semua musibah dan penyakit niscaya dia bukan hanya akan bersabar tapi justru dia akan bersyukur karena telah tertimpa musibah dan penyakit.

Trus, apa keutamaan orang yang tertimpa musibah dan penyakit?


Sebagiannya sudah disebutkan dalam hadits-hadits di atas yaitu dosa-dosanya akan diampuni selama dia terkena musibah dan penyakit. Dan banyak lagi yang lain bisa dibaca dalam kitab Riyadh Ash-Shalihin karya Imam An-Nawawi pada bab-bab pertama tentang keutamaan sabar.


Karenanya, semakin lama seseorang sakit atau semakin sering seseorang tertimpa musibah maka dosa-dosa yang terhapus akan lebih banyak. Kalau begitu, bukankah orang yang terkena musibah dan penyakit sangat pantas untuk bersyukur kepada Allah.


Karenanya Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menyebutkan 4 tingkatan manusia dalam menghadapi musibah, mulai dari yang terendah sampai ke yang tertinggi:


1. Marah dan tidak bersabar. Baginya dosa yang besar.

2. Sabar. Dia telah selamat dari dosa dan mendapatkan pahala karena kesabarannya

3. Ridha terhadap musibah yang menimpa. Dia mendapatkan pahala tambahan yang jauh lebih besar daripada pahala kesabaran.

4. Syukur. Inilah jenjang tertinggi dalam menghadapi musibah.


Apakah terhapusnya dosa dipersyaratkan sabar?


Ada silang pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini. Hanya saja yang lebih tepat insya Allah: Bahwa terhapusnya dosa itu sudah terjadi hanya dengan seseorang tertimpa musibah atau penyakit, baik dia bersabar menghadapinya maupun tidak. Hal itu karena dalil-dalil di atas bersifat umum bahwa Allah akan mengampuni dosa hanya dengan seseorang terkena musibah, tanpa menyinggung apakah dia bersabar atau tidak.


Yang jelas orang yang tertimpa musibah dan penyakit akan terhapus dosa-dosanya. Jika dia bersabar maka dia mendapatkan tambahan pahala, tapi jika dia tidak bersabar maka dia telah berbuat dosa yang besar.


Wednesday, August 17, 2011

Peneduh Jiwaku Adalah Suamiku


Surga atau neraka dunia ternyata dapat dicipta dan dipilih dalam sebuah rumah tangga. Semua tergantung cantiknya kerjasama antara sang pimpinan yaitu suami dengan para "rakyat"nya. Kelihaian suami dalam menyikapi serta menanggapi emosi permaisurinya yang kadang naik turun tergantung selera dan keadaan perasaan, sudah barang tentu turut menentukan keberlangsungan rumah tangga itu. Disinilah sebenarnya kesempatan bagi para laki- laki yang ingin menguji kualitas diri dalam kepemimpinan, pengayoman serta penguasaan, khususnya terhadap para istri mereka.

Ya, para istri yang sejatinya menjadi guru atas kesabaran suami, karena kemanjaan,serta kebandelan mereka. Jika para suami menyikapinya secara positif, maka bukan amarah yang akan mereka tampilkan melainkan perasaan kemakluman atas seorang wanita yang mereka cintai, yang menjadi ladang amal bagi mereka sebagai jembatan pengabdian kepada Allah.

Bagaimana seorang istri tidak bahagia mempunyai seorang suami yang mempunyai penguasaan diri yang cukup atas emosi, ego serta kelemahannya sendiri. Dan ajaibnya, suami mengemas semua itu dengan caranya yang sangat laki- laki, sehingga yang nampak adalah kekuatannya yang tidak mungkin tidak, akan melahirkan sebuah pujian. Istri adalah orang terdekat suami, yang mengetahui sebagian besar baik dan buruknya mereka. Maka, Ketika suami sudah dapat memukau dan menyejukkan hati sang istri, maka orang terjauh sekalipun akan menyayangi sang suami. Apa gunanya bila mengutamakan pandangan serta pendapat orang lain yang mungkin tidak memberikan andil penting dalam hidup para suami, sedangkan kehadiran si suami sendiri dirumah sama sekali tidak menentramkan keluarga?.

Senyum serta keistiqomahan para suami untuk tetap bersikap ramah dan menjaga lidah serta tangan mereka dengan baik, sejatinya menghadirkan rasa malu dari para istri yang justru akan memaki diri mereka sendiri karena keras kepala mereka dalam sebuah kesalahan. Seorang istri juga mempunyai naluri untuk berbuat dan bersikap baik, maka dari itu, ketika mereka berbuat salah, sebenarnya mereka akan secara sadar mengetahui dan mengakui kesalahan tersebut. Namun mungkin ego dan gengsi menahan tangan dan mulut mereka untuk merendahkan diri dan meminta maaf. Disinilah pentingnya kebesaran hati seorang suami untuk memaafkan pasangannya. Tak perlu banyak kata, tak perlu banyak action. Dengan tetap bersikap baik, para suami akan sudah memperoleh gelar kebesaran serta kewibawaannya dihadapan sang istri.

Subhanallah, siapa wanita didunia ini yang tidak menginginkan suami yang sangat penyayang dan sabar menghadapinya. Bahkan lebih memahaminya dari diri sang istri sendiri. Betapa sangat dalam dan berartinya nasehat dari seseorang yang dengan penuh wibawa mengayomi kemanjaan serta kebandelan. Sang istri akan merasa bahwa suami adalah separuh jiwanya karena yang paling memenuhi kebutuhan batin atas penghargaan orang lain adalah suaminya sendiri. Hal ini tentu sangatlah menyentuh dan benar- benar menyentuh hatinya. Dalam diri istri muncul kekaguman karena sama sekali tiada hadir amarah dari suami. Hanya pemakluman dan pengertian yang penuh kebijaksanaan serta senyum tulus yang meneduhkan, mendamaikan. Waktu seolah tiada masalah ketika berlalu hanya demi mendengarkan keluh kesah serta efek dari kepenatan hidup dari sang istri.

Yah begitulah pinta dari kaum para kaum hawa, didengarkan. Mereka bahkan lupa untuk berpikir penting atau tidak keluhan mereka, yang mereka tahu hanyalah ingin didengarkan. Mereka mungkin tidak tahu, logik atau tidak alasan kesedihan dan segala air mata mereka, yang mereka tahu hanya kebutuhan untuk dipahami. Dan Allah memang sang maha memahami, di beriNya keseimbangan hidup dalam jiwa rapuh para wanita dengan kekuatan hati, kewibawaan serta kebijaksanaan laki- laki.

Maka cukuplah para suami menyadari kekuatan mereka dalam "pengasuhan"nya terhadap sang istri. Surga dunia pun dapat mereka ciptakan dalam hangatnya kedamaian rumah tangga lewat kewibawaan dan kebijaksanaan sang nahkoda rumah tangga tersebut. Tak perlu caci maki, teriakan atau pamer kekuatan, karena semua itu justru akan menghilangkan kebesaran anda sebagai seorang pemimpin dirumah. Dan seorang suami yang memuliakan istrinya, tidak lain adalah memuliakan dirinya juga, dihadapan Allah dan para manusia di sekelilingnya


Suara Hati Seorang Istri Saat Suami Ingin Menikah Lagi


Terasa dunia akan runtuh ketika kau meminta izin kepadaku untuk menikah lagi. Membayangkan kau, suamiku tersayang, sedang membagi cinta, perhatian dan segala kesenangan duniawi lainnya dengan wanita lain, bukan hanya sekedar mendatangkan pusing dan mual tapi juga penyakit cemburu serta sakit hati yang mungkin tak akan berkesudahan bagiku. Jangan protes wahai suamiku, Bahkan istri-istri nabi yang muliapun, mereka tak bisa menghindar dari kecemburuan. Semua itu karena cinta yang teramat sangat untukmu.

Sejenak akupun buru- buru mengadakan koreksi kilat tentang apa yang kurang dari diriku, atau tentang apa yang selama ini menjadi kelemahanku selama ini. Seakan semua daya upaya akan aku kerahkan ketika menyadari bahwa kenyataan didepan akan sebentar lagi sampai kepadaku. Dan akhir dari usaha itu adalah cara yang aku fikir efektif untuk menghadang kenyataan takdir yang akan diberikan Allah untukku

Akhirnya hari itupun datang saat aku harus mengatakan sebuah jawaban untukmu. Ya Allah, wanita mana yang ingin cintanya terbagi. Wanita mana yang kuat melihat suaminya bermesraan dan bahagia bersama suamiku..suamiku yang sangat aku cintai. Ya Allah, bahkan jika kenyataan ini terbalik, dan dia berada pada posisiku, sanggupkah engkau wahai suamiku?

Imanku mengatakan aku bisa merelakanmu, namun kecemburuan dan perasaanku mengunci hatiku untuk tetap mengatakan tidak, tidak dan tidak untukmu. Pernikahan kita adalah tentang kita, kau dan aku, sama sekali tidak tentang dia. Dan lalu bagaimana mungkin kau tega memasukkan dia kedalam kebahagiaan kita? Apakah selanjutnya kita akan bahagia, suamiku?

Sekali lagi, aku tidak bisa lepas dari kodratku sebagai wanita yang identik dengan kecemburuan yang sangat melekat erat. Namun sekuat tenagaku aku mencoba tidak emosional. Sulit.. walaupun semua ini sangat sulit.

Namun... akhirnya kecintaan Allah menyadarkanku. Bukankah menikah adalah ladang amal bagiku untuk menggapai surga?, walau sekali lagi, Demi Allah sangat sulit merelakan bagian dari diriku masih harus ku bagi dengan orang lain.

Namun... sekali lagi, Bahasa iman menggugah kesadaranku kembali. Sekejab kupalingkan egoku untuk menilai maduku. Bukankah situasi ini juga menjadi cobaan bukan hanya untuk aku dan suamiku, tapi terutama adalah baginya. Betapa resiko sosial akan datang kepadanya, cap jelek sebagai perebut suami orang akan dilekatkan kepadanya. MasyaAllah, betapa aku juga mungkin tidak akan sanggup jika menjadi pelakon kisah hidupnya. Bukankah jodoh sudah digariskan Allah atas semua manusia. Diapun tak pernah bisa memesan dari mana jodohnya akan datang. Namun ketika jodohnya adalah suamiku sendiri, lalu apakah aku harus menyalahkannya, yang berarti pula menyalahkan Allah sang maha pengatur?

Dari pada aku memperburuk keadaan ini dengan prasangka yang menghinakanku sendiri, lebih baik aku menguatkan hati untuk membantu menguatkan suamiku. Suamiku.. seseorang yang telah bertahun-tahun menjadikan aku satu- satunya ratu didalam hati dan rumahnya, memulyakanku dengan segenap cinta dan kasih sayang, dan orang yang paling mengerti dan mencintaiku. Pantaskah jika akhirnya aku mennyebutnya sebagai pengkhianat atas kasih sayangku? pantaskah aku menyebutnya orang yang tidak tahu terimakasih atas semua pengorbanan dan kasih sayangnya? tidak, sama sekali tidak. Bahkan aku tidak akan rela gelar itu disebutkan kepada suamiku, bahkan oleh diri aku sendiri.

Sesuatu akan lebih berharga ketika hal itu telah atau akan meninggalkan kita. Semoga ketika kau telah bersamanya, akan ada penghargaan lebih atas kebersamaan kita. Dan aku pastikan kau tidak akan merasa ditinggalkan olehku, karena aku tahu bebanmu akan terasa lebih berat kedepannya, dan akan sangat sulit bagimu untuk memilih. Maka aku tak akan membawa engkau pada posisi memilih.Seperti yang disabdakan rasul yang mulia bahwa wanita sholihah adalah perhiasan terindah bagi suaminya, dan subhanallah, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sekaranglah saatku untuk membuktikan padamu bahwa aku pantas menjadi perhiasan terindah yang pernah kau miliki, dan aku benar- benar menyayangimu.

Aku buka pikiranku dengan keikhlasan. Dan keikhlasan itu akhirnya berbuah pikiran bahwa engkau bukanlah milik ku yang abadi. Aku khkawatir ketika cinta itu melekat erat dihatiku, justru kesenangan hidup itu akan menjadikanku mendua terhadap cinta kepada zat yang maha mencinta. Ah ternyata keikhlasan itu tidak selamanya menyakitkan. Menyakitkan hanya bagi mereka yang merelakan diri mereka sakit dan menyia-nyiakan perolehan pahala yang seharusnya bisa menjadi miliknya.Dan sebagai pribadi yang ingin lebih pintar, aku tentu tak akan melakukan hal itu. Ternyata Keikhlasan itu nikmat jika dalam menjalaninya hati condong kepada cinta hanya kepada Allah.

Ya Allah semoga surga Mu akan menjadi seindah-indahnya tempat kembaliku kelak, dan semoga kau jadikan aku sangat lebih bahagia bersanding dengan suamiku disana, dalam kehidupan yang abadi.

Subhanallah, iman menguatkanku, ikhlas melegakanku, dan Allah memang benar- benar menyejukkan hatiku, bahkan saat aku berada sendiri disini, dan kau berada disana wahai suamiku.

Setelah kesejukan itu memenuhi relung hatiku, untuk selanjutnya aku memohon maaf kepadamu wahai suamiku, bahwa karena cintaku kepada Allah telah mengalahkan cintaku kepadamu. Aku yakin kau bukanlah pribadi yang akan menjadikan Alquran sebagai tameng bagi nafsumu sendiri.Kau dengan tekadmu yang ingin memuliakannya sebagai mana kau memuliakanku sebagai istrimu karena Allah, maka akupun akan merelakanmu pula karena Allah. Semoga kelegaan hatiku dan kemuliaan niatmu bukan hanya sekedar omong kosong, namun akan menjadi bukti nyata pernyataan cinta kita yang hanya karena Allah. Dan kini, aku mempersembahkan wanita itu untukmu. Benar- benar sebuah akhir yang sangat melegakan bagi sebuah kecintaan yang hanya karena Allah...


Sumber : http://m.voa-islam.com/news/article/2011/05/23/14885/suara-hati-seorang-istri-saat-suami-ingin-menikah-lagi/


Orang Tuamu, Orang Tuaku, Orang Tua Kita


Ketika kita menikah dengan seseorang,secara langsung kitapun harus " menikahi" keluarga besarnya juga. Suasana baru pun didapatkan. Dua hati yang disatukan, berarti pula dua pasang orang tua, dan dua keluarga besar. Jika kita mencintai pasangan kita, maka disana ada konsekuensi bahwa kitapun harus mencintai apa yang dicintainya.

Sayangnya, banyak orang yang mengidentifikasi bahwa hubungan mertua dan menantu biasanya adalah seperti air dan minyak. Hal ini dikarenakan para mertua yang sering melakukan invasi wilayah yang tak seharusnya, dan atau sebaliknya. Ujung- ujungnya semua masalah akan terselesaikan dengan konflik.

Namun.... sejenak mari kita merenungkan, betapa suami yang baik yang telah kita miliki sekarang adalah sedikit banyak "hasil kreasi" dari mertua kita. Kekurangan dan kelebihan para suami kita adalah hasil dari tangan- tangan mulia itu. Beliau telah bersusah payah mendidik, melahirkan dan membesarkan suami kita, namun ketika dewasa beliau "dituntut" dengan rela melepaskan anak kesayangannya tersebut lengkap dengan semua hasil baiknya untuk dipersembahkan kepada kita. Memang sangat manusiawi ketika seseorang tumbuh dewasa, maka dia harus memulai hidupnya sendiri. Namun, suami kita bukan hanya dibesarkan oleh alam secara alamiah, sekali lagi, tangan mulia para mertua yang telah melakukannya dengan baik.

Mungkin dari sebagian kita masih mengesampingkan kenyataan tersebut, karena begitu besarnya tertutupi hati oleh kekesalan dan atau kekecewaan kepada para mertua. Maka, cukuplah diingat ketika nanti kita berada pada posisi mereka. Kita pun akan meminta untuk tetap dimengerti oleh para menantu dalam bagaimanapun keadaan hidup kita. Kita pun akan merasakan bagaimana beratnya melepaskan anak kita untuk memulai hidup bersama pilihan hidupnya.

Ketika kita menempatkan diri pada posisi orang lain, insyaallah akan lebih mudah untuk kita melegakan hati untuk menerima bagaimanapun kondisi orang lain tersebut. Solusi jitu yang lain adalah, tetaplah berlaku baik kepada para mertua atau bahkan mungkin lebih baik. Karena orang baik akan selalu diterima dimanapun tempat dan kondisinya.

Subhanallah, masih kah kita mengingat hubungan baik antara Rasulullah dengan mertuanya abu Bakar. Beliau berdua adalah sangat karib, Al Amin dan As sshidiq. Dan pengikat manis hubungan mereka berdua adalah Aisyah Radhiyallaahu 'Anhu. Tidak ada orang yang lebih memahami beliau dari kalangan Laki- laki melebihi Abu bakar, begitupun sebaliknya. Maka tak heran ketika 'Amr ibn Al 'Ash Radhiyallaahu 'Anhu bertanya kepada Sang nabi "Yaa Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?. Beliau menjawab, " Aisyah". Lalu 'Amr ibn Al 'Ash mengkhususkan kepada yang laki- laki, "Kalau dari jenis laki- laki- laki?", beliau menjawab dengan mantap, "Ayahnya".

Selain itu, pujian dan sanjungan pun sering beliau berikan untuk sang mertua, 'Umar ibn Al Khatab, ayah dari Ummul Mu'minin Hafshah, "Demi Allah, jika 'Umar memilih melewati suatu jalan, tidak ada pilihan lain bagi syaitan kecuali memilih jalan yang lain".

Berbesar hatilah sejenak untuk mengesampingkan segala kekurangan para mertua kita, Berbesar hatilah sejenak untuk mengesampingkan segala emosi atas kondisi mereka. Berbesar hatilah sejenak untuk mengesampingkan segala alasan kita atas apapun hal yang menyebabkan sulit bagi kita untuk dapat mencintai mereka. Pinjamlah kalbu pasangan kita untuk melihat dan menilai mereka. Sebagaimana kita yang mempunyai kewajiban berbakti kepada orang tua kita, pun pasangan kita mempunyai tugas yang sama.

Berikanlah pula bantuan kepada pasangan kita sekiranya memang sulit baginya untuk berbakti dengan tulus kepada orang tua kita. Terkadang memang sangat sulit. Namun ini adalah jalan mulia, jalan yang hanya orang- orang luar biasa yang memilihnya.

Dua hati yang disatukan, berarti pula dua pasang Orang tua, dan dua keluarga besar. Jika kita mencintai pasangan kita, maka disana ada konsekuensi bahwa kitapun harus mencintai apa yang dicintainya. Disanapun akan timbul hasrat dicintai oleh orang- orang yang mencintainya. Subhanallah, Betapa indah jika kita menggabungkan ibadah bakti kita kepada mereka dengan rasa cinta kepada pasangan kita...

Sumber : http://m.voa-islam.com/news/article/2011/05/19/14780/orang-tuamuorang-tuakuorang-tua-kita/

Bahkan Para Suami pun Menangis


Kehidupan tidak selalunya menawarkan kesenangan. Bagi sebagian orang, mengakrabi hati dan waktu mereka dengan kesedihan karena kesulitan hidup adalah sudah menjadi hal lumrah setiap harinya.Dan mereka membebaskan kepenatan hidup dengan menangis.

Semua orang pasti pernah merasakan bagaimana kesedihan menyesakkan dada mereka. Namun masih banyak dari kita yang menilai bahwa menangis itu, apalagi bagi kaum adam, adalah hal tabu. Tabu untuk diperlihatkan apalagi diceritakan. Sisi harga diri mereka mengatakan mereka haruslah kuat, kuat dan kuat. Lucunya lagi ketika dari mereka kedapatan tengah menangis, merekapun meminta maaf.

Biasanya masalah pekerjaan tidak akan membuat pria menangis, Pun masalah keuangan. Lalu, apakah yang membuat seorang suami menjadi menangis? justru kekuatan terbesar mereka penyebabnya, yaitu Akal mereka. Karena pria menggunakan akalnya lah yang menyebabkan ia menangis. Ia menangis karena telah lelah dalam berpikir, sel-sel dalam otaknya tidak mampu lagi untuk digunakan berpikir dalam menyelesaikan masalah. Saat ia menangis, jauh dalam pikirannya yang ada hanyalah air mata sebagai solusi.

Dalam kondisi tersebut, biasanya justru sang istri dapat bersikap tegar. Kondisi ini berbeda dengan keseharian istri sebagai seorang wanita yang mudah tersentuh meski hanya menonton sinetron picisan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kekuatan para pria sebenarnya wanitalah yang jauh lebih kuat. Terbukti, saat si suami bersedih bahkan sampai menangis hanya istrinyalah lah pelipurnya.

Jika akhirnya suami menangis, mungkin itu adalah batas akhir pertahanan hatinya untuk tetap tegar, maka pahamilah. Mereka tak akan membiarkan tetesan air mata mereka jatuh dan menjadi tontonan orang banyak, kecuali hanya dalam pandangan orang- orang yang dia sayangi. Disana akhirnya dia membiarkan dirinya menjadi sedikit lemah, maka bersimpatilah. Lelaki yang menangis karena istrinya adalah karena sangat begitu dalam menyanyang wanitanya itu, maka pahamilah. Bukan rasa kasihan yang dia harapkan, maka hargailah. Koreksi diri harus dihadirkan sang istri bila para suami menangis karena mereka. Tangisan itu mungkin karena menangis diam- diam sudah tidak mungkin lagi. jangan menunggu lebih lama, atau penyesalan yang akan didapat saat kita harus menyampaikan "MAAF".

Seperti halnya seorang istri yang bisa membuat para suami menangis, disisi lain kehadiran separoh jiwanya tersebut di sudut jiwa mereka, mampu meredam kesedihan yang sangat dr sang suami. Dan itu adalah tugas tercantik para kaum hawa.

Air mata tidak selalunya menggambarkan kelemahan dan penurunan harga diri seorang suami. Bahkan para suamipun adalah manusia biasa, jangan berikan label apapun atas kemanusiawiannya itu. biarkan mereka membebaskan perasaan mereka dengan menangis. Hanya berikan sedikit interupsi bila air mata itu keluar disaat yang kurang tepat.

Mungkin ada baiknya juga untuk para suami, jangan pernah malu untuk menangis, karena keluarnya air mata dapat mengurangi resiko terkena serangan jantung & stroke. Air mata dapat melepaskan segala beban yang selama ini ada di pundak. Disana juga mengandung arti ujian bagi ketulusan hati pasangan anda dalam menyikapi kesedihan anda tersebut. Tapi, tentu saja jangan keterusan menangis karena pasti orang akan bingung anda pria atau wanita.


Sumber : http://m.voa-islam.com/news/article/2011/06/04/15123/bahkan-para-suami-pun-menangis/

Surat untuk Ananda: Engkaulah Harapanku, Nak..!!


Untuk calon anakku yang belum tahu dari rahim wanita mana engkau akan lahir dan melihat dunia.

Nak, kutulis surat ini kepadamu agar engkau tahu bahwa aku juga seperti calon ibumu yang mungkin juga merindukan kehadiranmu, insya Allah.

Nak, besar harapan ayahmu ini kepadamu, agar kelak bila hadir di dunia, engkau mampu menggetarkan istana kesyirikan dan tiran yang telah menindas umat Islam, di manapun mereka berada. Melawan mereka bersama teman atau sendirian, walau engkau harus menebus itu semua dengan kematian.

Nak, walau nantinya ayahmu ini tidak mampu memberikan kasih-sayang seperti yang ibumu berikan, tapi yakinlah semua yang ayah lakukan adalah agar engkau mendapatkan yang terbaik, agar engkau menjadi manusia seutuhnya.

Nak, bila engkau telah hadir di dunia, ayah ingin mengatakan kepadamu seperti Luqman Hakim menasihati anaknya yang diabadikan Allah SWT dalam kalam-Nya yang suci. Kutulis lagi Nak, kata-kata Luqman kepada anaknya agar engkau bisa mengambil pelajaran darinya, agar engkau meneladani mereka yang namanya telah melambung tinggi ke langit dan mengharumkan diri dengan keteladanan.

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah). Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar’.”

(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui’.

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (Qs. Luqman 13-19).

Nak, mungkin kata-kata di atas yang dapat ayahmu berikan kepadamu, karena ayahmu ini tidak punya dunia dan takhta untuk di wariskan kepadamu kelak, namun ayah yakin bila engkau meneladani perkataan Luqman Hakim kepada anaknya, semua bangsa-bangsa akan tunduk di bawah kakimu dan dunia dalam genggaman tanganmu, tapi ayah berharap bukan itu tujuan hidupmu, ada tujuan yang lebih mulia daripada kenikmatan dunia yaitu kampung surga yang kekal abadi dan bertetangga bersama Rasulmu kelak di sana.

Itu saja Nak, harapan ayah kepadamu, mungkin terlalu berlebihan dan berat bagimu, tapi ayah yakin setiap manusia pasti berproses dalam menuju kesempurnaan walau harus mengorbankan semua yang dimiliki dan dicintai, dan ayah yakin engkau bisa melaluinya bila ikhlas hanya mengharap wajah-Nya yang mulia.

Mungkin untuk hal-hal yang lain ibumu lebih tahu daripada ayahmu ini, karena bagaimanapun jua, ayah tidak bisa setiap waktu ada di sampingmu dan menemani dalam melewati hari-harimu di dunia, ada yang membuat ayah akan selalu diluar rumah hingga intensitas pertemuan kita mungkin tak sebesar engkau bersama ibumu.

Satu lagi Nak, bila suatu saat ada sesuatu terjadi pada ayah, engkau harus tabah, jaga ibumu dengan baik, taati dia dan jangan buat dia bersedih. Dan bila ayah tidak kembali kerumah untuk selamanya itu bukan karena ayah tidak hirau dengan ibumu dan engkau tapi ini adalah panggilan yang ayah sudah berjanji bila masa itu telah tiba tidak akan menunda walau sedetik pun dalam menyambutnya.

Semoga pertemuan kita dipercepat oleh Allah SWT, agar Rasulullah SAW membanggakan ayah kelak karena punya banyak keturunan yang patuh dengan sunnahnya tanpa ada pertanyaan dan bantahan. Dan surat yang amat sangat sederhana ini ayah tulis untukmu agar kelak bila engkau membacanya agar tahu betapa ayah sangat mencintaimu dan banyak berharap kepadamu.

Dari ayahmu yang sangat ingin melihat engkau kelak menjadi pejuang yang tegar di jalan tauhid dan jihad.


Sumber : http://m.voa-islam.com/news/education/2011/06/01/15034/surat-untuk-anandaengkaulah-harapankunak/