Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Friday, September 7, 2018

Umat menghadapi kenaikan harga

pesan Rasulullah Shalalahu Alaihi Wassalam saat umat menghadapi kenaikan harga barang ...

hakikatnya krisis kenaikan harga barang telah berlaku kepada manusia sejak pada zaman Rasulullah dan telah direkam dalam hadist sahih ...

dari Anas bin Malik ra. dia berkata, “Harga barang menjadi mahal pada zaman Nabi SAW, lalu mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, harga telah menjadi mahal maka tetapkanlah harga untuk kami.’” (Riwayat Abu Dawud)

peristiwa ini berlaku apabila harga barang di pasar di Madinah naik, maka para sahabat bertemu Rasulullah meminta supaya Baginda menetapkan harga supaya orang-orang miskin dapat membeli barang dengan harga yang mereka mampu. Lalu apa jawab Rasulullah? Baginda bersabda:

“Sesungguhnya Allah, Dialah yang menetapkan harga itu, Dialah Allah yang melapangkan, Dialah Allah yang menyempitkan, serta Dialah Allah yang memberikan rezeki. Dan sesungguhnya aku berharap agar aku bertemu Allah SWT dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku di dalam kezaliman terhadap darah mahupun kezaliman terhadap harta.”
(Sahih. Riwayat Abu Daud)

kenaikan harga barang tidak mengubah rezeki seseorang. Nabi menyatakan bahawa Allah-lah yang melapangkan rezeki seseorang hamba dan Dia juga yang menyempitkan rezeki mana-mana hamba yang dikehendakiNya. Ini selaras dengan firman Allah SWT, “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Al-Ra’d: 26)

“Jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui hamba-hambaNya lagi Maha Melihat.” (As-Syura: 27)

jadi tidak usah khawatir kerana rezeki setiap manusia pasti dicukupkan dan tidak dikurangkan sedikit pun , kenaikan harga sama sekali tidak mempengaruhi rezeki yang ditetapkan.

Ini seperti mana sabda Nabi SAW, “Wahai manusia, sesungguhnya salah seorang kamu tidak akan mati sehingga dia mendapat seluruh rezekinya secara sempurna. Maka janganlah kamu tidak sabar dalam mendapatkan rezeki. Bertakwalah kepada Allah, wahai manusia! Carilah rezeki secara baik, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.”
Riwayat Al-Hakim, Sahih.

“Ajaibnya urusan orang Mukmin, seluruh urusannya adalah kebaikan dan ini tidak terdapat kecuali pada seorang Mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur dan ini baik baginya, jika ditimpa musibah dia bersabar dan ini juga baik baginya.” (Riwayat Muslim)

jadi hakikatnya krisis kenaikan harga barang bukan fenomena baru, karena sudah berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya , oleh karena itu , kita harus sabar dan terus berdoa ke hadrat Allah SWT agar keluarga kita sentiasa dimurahkan rezeki...

insyaAllah ...

Wednesday, July 25, 2018

Ana Khoirum Minhum

Ana Khoirum Minhum
===

Jawaban dari Ustadz Abdul Somad ketika ditanya oleh Aa Gym di Eco Pesantren Darut Tauhid tempo lalu cukup membuatku paham, betapa sulit perjuangan para Dai dalam menyampaikan dakwah.

"Kesulitan apa yang paling Ustadz Abdul Somad rasakan selama berdakwah?"

Ustadz Abdul Somad mengambil mic, "Paling berat adalah menyadarkan umat ini yang sering sekali menghabiskan waktu, pikiran dan tenaga untuk membahas masalah khilafiyah. Tentang qunut atau tidak qunut. Tentang pakai usholli atau tidak saat berniat sholat. Kita sering ribut di wilayah itu terus. Berabad-abad kita mengurusi hal itu, bahkan jamaah ustadz satu mengolok-olok jamaah ustadz lain, sampai lupa orang di luar kita sudah melaju cepat, menguasai seluruh aspek kehidupan dunia. Mulai dari politik, ekonomi. Umat islam tertinggal jauh."

"Lalu apa solusinya, Tadz?"

"Untuk menjinakkan buaya, maka para pawang harus berkumpul."

Aa Gym nampak bingung, "Maksudnya gimana, Tadz? Kok pakai ada buaya sama pawang segala?"

Ucapan itu disambut gelak tawa jamaah.

"Begini, itu hanya perumpamaan. Buaya ibarat jamaah, sedangkan Ustadz adalah pawangnya. Jika ingin jamaah akur satu sama lain, maka para asatidz harus kumpul. Bisa buat kajian bareng satu panggung. Memperlihatkan pada masyarakat bahwa mereka tak ada masalah antara satu dengan yang lain. Dengan begitu jamaah akan melihat, oh itu ustadz kita aja kumpul. Kenapa kita jamaahnya pada ribut?"

Aa Gym mengangguk. Tanda paham.

***

Miris melihat jamaah di sosmed begitu kasar terhadap Ustadz yang dianggap tidak sejalan dengan golongannya. Padahal Allah-lah nya sama, Nabinya sama, syahadatnya sama, tapi tak segan mereka akan menuduh, "Ustadz Ahli Syubhat."

Padahal Ustadz yang diolok-olok, merupakan lulusan Al-Azhar Kairo, mendapat beasiswa master di Maroko untuk bidang studi ilmu hadits.

Sedangkan aku yakin, para pengolok ini, sekolah agama pun cuma ala kadar. Metode dakwah juga tidak pernah belajar. Hanya berbekal nonton video ceramah di Youtube. Langsung merasa paling 'sunnah'. Celakanya, di saat yang sama mereka menyebut muslimin di luar jamaahnya dengan sebutan "Ahlus Syubhat."

Bahkan, andaikan ada orang yang mengikuti kajian 'Ustadz Sunnah', namun juga masih berguru kepada Ustadz di luar golongannya, mereka tak ragu-ragu menjuluki, "Orang bermanhaj lalat. Suka nemplok-nemplok."

Apakah seperti ini ulama salaf mengajarkan sopan santun? Hey, mereka yang kalian olok-olok itu masih muslim, loh. Bukankah muslim dengan muslim yang lain adalah saudara?

Hebatnya, orang-orang ini juga tak canggung mencibir ustadz, karena cara penyampaian tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Mereka tidak tahu, betapa Ustadz Abdul Somad harus menyiapkan materi-materi lucu sebagai selipan kajian agar pendengar tidak merasa jenuh.

Mungkin mereka juga takkan mau mengerti, betapa Ustadz Hannan Attaki harus belajar memahami karakter anak-anak muda, mengamati kebiasaan-kebiasaan pemuda zaman now, lalu menyesuaikan tema dan cara tutur agar dakwah dapat diterima.

Atau Ustadz Adi Hidayat yang berkali-kali berpesan, agar kita berhenti mencari perbedaan, dan fokus pada persamaan. Agar umat ini bersatu. Agar tak ada lagi saling olok sesama muslim. Mau sampai kapan? Mau sampai kapan kita tercerai berai menyikapi perbedaan mazhab? Padahal para pendiri madzhab itu pun saling menghormati, saling memuliakan.

Para asatidz melakukan itu supaya siraman hidayah bisa tercurah bagi semua orang. Bukan cuma untuk beberapa kalangan. Sukses dunia bersama, masuk surga bareng-bareng.

Jadi mengapa kita harus membatasi diri dari ilmu? Silakan ambil ilmu dari Ustadz Firanda, atau Ustadz Abdul Somad, atau Ustadz Hannan Attaki, atau Ustadz Adi Hidayat, atau Ustadz Khalid Basalamah, atau Ustadz Felix Siauw, dan lain-lain. Kita bisa ambil isi ceramah yang baik, dan mengabaikan yang buruk, tanpa perlu menghina Ustadz tersebut. Sebab mereka juga manusia. Lidah mereka bisa terpeleset. Walaupun begitu, jangan sampai satu kesalahan menutup jutaan sumbangsih mereka terhadap dakwah ini.

Akan aku akhiri tulisan ini dengan mengutip nasehat dari Ustadz Salim A. Fillah,

"Mungkin kita bisa berhenti sejenak dari kesibukan, lalu bertanya pada diri masing-masing, apakah setelah mengaji kita mulai merasa, "Ana Khoirum Minhum", "Aku lebih baik darimu". Jika iya, maka atur ulang niat mengaji Anda. Pasti ada yang salah pada niat itu. Sebab kata-kata "Ana Khoirum Minhum" adalah ucapan yang membuat Iblis terusir dari Surga. Namun berbahagialah bagi Anda yang setelah mengaji, kemudian membuat Anda tersungkur sambil berucap, "Robbana dzolamna anfusaha wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin". "Ya Allah, selama ini ternyata kami dzolim pada diri sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami, pasti kami akan jadi orang yang merugi." Berbahagialah, karena doa itu adalah sebuah kesadaran yang membuat Nabi Adam mendapatkan kembali kenikmatan yang sebelumnya dicabut oleh Allah di Surga."

Semoga kita mau merenungi nasehat ini...

***

Malang, 22 Juli 2018
Fitrah Ilhami

Perempuan

_*perempuan*_

saat kecil
ia membuka pintu surga untuk ayahnya..

saat dewasa
ia menyempurnakan agama untuk suaminya

saat menjadi _ibu,_
ia menjadi penggerak semua doa

oleh karena itu
ia dimuliakan Allah dengan menempatkan surga ditelapak kakinya

ketika seorang _perempuan_ sudah menjadi _IBU,_
maka _ALLAH_ akan menganugerahkan kepadanya satu senjata yang sangat ampuh di muka bumi ..

_"Tahukah apa itu?"_

Itu adalah _Lisannya.._

_Lisannya_ akan menjadi _Berat timbangannya_..

_Lisannya_ akan menjadi _pembuka pintu-pintu langit_..

Ucapannya akan _diijabah.._
_doanya akan melesat tanpa penghalang_..

doa _ibu_ akan mampu menjadi _penghancur kesulitan bagi anak keturunannya_..

Dan _mengeluhnya_ seorang ibu akan menjadi _pemberat langkah setiap anggota keluarganya,_ termasuk bagi _suaminya_..

Maka _pantang_ bagi seorang ibu untuk _mengeluh,_
karena keluhannya pun akan menjadi kenyataan,
_sebagaimana harapan dan doanya_ pun akan menjadi kenyataan..

ucapan buruknya akan menjadi kendala bagi _dirinya dan keluarganya_

_Lisan_ seorang ibu layaknya _mukjizat para nabi.._
atau _Karomah para kyai_..

Maka berhati-hatilah
wahai para ibu
ketika Anda menggunakan
_senjata terampuh ini_..

gunakan untuk bermunajat meminta kepada _ALLAH_ agar suamimu dimudahkan dalam _mencari nafkah_..

Jangan mengeluhkan tentang dirinya.

Itu justru akan _semakin memberatkan_..

Gunakan untuk bermunajat meminta kemudahan dan _Kesalehan  atas   anak-anakmu_
jangan mengeluhkannya.

Karena itu akan menjadi benar adanya..

*Subhanallah*

Tuesday, July 24, 2018

Perbedaan pendapat

Subhaanallaah...
indahnya 😍😍😍

*_"Guru Dan Murid Tertawa Karena Beda Pendapat" ttg REZEKI_*
.
Imam Malik ( guru Imam Syafii ) dalam majlis menyampaikan :

*Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan meberikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya.*
.
Sementara Imam Syafii ( sang murid berpendapat lain) :

*Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki.*

*_Guru dan murid bersikukuh pada pada pendapatnya._*
.
Suatu saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafii melihat serombongan orang tengah memanen anggur. Diapun membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafii memperoleh imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.

*Imam Syafii girang, bukan karena mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang dari sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki. Seandainya dia tak membantu memanen, niscaya tidak akan mendapatkan anggur.*
.
Bergegas dia menjumpai Imam Malik sang guru. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, dia bercerita. . Imam Syafii sedikit mengeraskan bagian kalimat  *“seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”*
.
Mendengar itu Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Malik berucap pelan.
*“Sehari ini aku memang tidak keluar pondok...hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur.* ......Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. *Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”*
.
Guru dan murid itu kemudian tertawa. Dua Imam madzab mengambil dua hukum yang berbeda dari hadits yang sama.
Begitulah cara Ulama bila melihat perbedaan, bukan dengan cara menyalahkan orang lain dan hanya membenarkan pendapatnya saja..

Semoga dapat menjadi pelajaran buat kita semua..Aamiin..

Friday, July 6, 2018

Komentarmu menentukan nasibmu

#selfreminder 🙏🏻

*KOMENTAR MU MENENTUKAN NASIB MU, bukan nasib orang yang kamu komentari.*

Ubahlah cara berpikirmu maka Nasibmu akan segera berubah.

******
Seorang murid bertanya pada gurunya;

"Guru kenapa ya hidup ini selalu banyak masalah?"

Guru:  "Bukan hidup yang banyak masalah tapi pikiranmulah yang bermasalah...?" 

"Kamu selalu berprasangka buruk pada apa saja dan siapa saja, itulah sebenarnya masalahnya"

Murid: "Tapi faktanya aku selalu mendapat masalah dalam hidupku"

Guru:  " Ya itu karena pikiranmu bermasalah",  Setiap kejadian dalam hidup itu netral pikiran kamulah yang menilai itu "bermasalah" atau "menguntungkan".

Murid : "Maksudnya?"

Guru :  "Misalnya apakah Hujan itu bermasalah atau malah menguntungkan".

Murid : "Bagiku bermasalah, karena kalau aku naik motor dan lupa bawa jas hujan pasti basah kuyup"

Guru :  "Lantas kalau hujan bagi tukang Baso dan Tukang Payung apakah itu bermasalah?"

Murid : " Tentu saja tidak", bagi mereka malah menguntungkan.

Guru :  "yang jadi masalah Hujannya atau orangnya...?

Ingatlah selalu

Ketika kita selalu berprasangka baik/Husnudzon maka hal-hal baiklah yang akan kita jumpai di sepanjang waktu kehidupan kita.

dan ketika kita selalu berprasangka buruk/Suudzon maka hal-hal buruklah yang akan selalu kita jumpai setiap hari.

Jadi jangan mengeluh jika kita termasuk orang-orang yang selalu merasakan pengalaman yang negatif dan tidak menyenangkan di sepanjang hidup kita.

Karena kita dan pikiran kita sendirilah penyebabnya.

Bisa jadi ketika kamu membaca tulisan ini sebenarnya Tuhan sedang mencoba membantu kamu untuk memperbaiki cara berpikirmu, agar hidupmu tidak selalu dirundung masalah.

Jadi mari kita ubah cara berpikir kita saat ini juga agar kita tidak lagi menjumpai pengalaman negatif dan tidak menyenangkan. 

Nah sekarang mari kita cek cara berpikir  kita masing2 yang tercermin dari komentar-komentar kita setiap hari :

1.  Melihat rekan kerjanya naik jabatan
*Orang postif :*
Saya akan belajar dari dia.
*Orang negatif:*
Pasti dia  pinter banget cari muka

2.  Melihat orang pergi Haji
*Orang positif :?*
Ya Allah semoga kelak aku bisa seperti dia
*Orang negatif:*
Hajinya paling cuma buat pamer-pamer doang.

3. Membaca status di WA/FA
*Orang Positif :* terimakasih untuk infonya izin share ya
*Orang negatif:*
ah infonya basi saya sudah pernah baca kok

4. Membaca status humor di WA/FB
*Orang positif:* terimakasih telah bisa membuat saya tersenyum pagi ini
*Orang negatif:* Garing ! gak lucu !

5.  Turun Hujan
*Orang Positif :* Alhamdullilah udaranya jadi sejuk
*Orang Negatif :*
Ah kalo pas lagi perlu terang malah hujan, Dasar Sial !!

6.  Dapat Gaji
*Orang positif :*  Alhamdullilah bisa buat bayar-bayar kebutuhan
*Orang Negatif:* Percuma gajian juga gak cukup buat bayar2 kebutuhan

7.  Punya Suami baik
*Orang Positif :* Alhamdullilah meskipun gajinya tidak besar tapi suamiku baik dan penuh perhatian.
*Orang negatif :* Percuma punya suami baik, kalo gak bisa cukupin kebutuhan rumah tangga.

8. Melihat orang berpakaian Sederhana
*Orang positif :*
duh dia orang yang sederhana sekali ya meskipun pejabat.
*Orang Negatif:* Pejabat Tinggi  tapi penampilannya kok kampungan gitu sih.

9. Punya Motor
*Orang Negatif :*
Begini neh kalo naek motor,  kalo pas ujan basah kuyup gak kayak orang yang punya mobil.

*Orang Positif:* Alhamdullilah punya motor, enaknya naik motor itu kalo pas panas gak kehujanan dan kalo pas hujan gak kepanasan.

10. Membaca postingan ini
*Orang Positif:* Terimakasih sudah diingatkan, mohon izin sharing ya biar manfaat bagi yang lain.

*Orang Negatif:* 
"Gak mau baca" karena dianggap menyindir dan menyinggung atau terlalu kasar.

Tipe yang manakah kita....? 
akan menentukan nasib kita.

*Mau ubah nasib ?*
*Segera ubah cara berpikir kita dan komentar kita setiap hari.*

di tulis dari pengalaman pribadi setiap hari bertemu dengan orang-orang berpikir positif dan negatif.

*Dari Sahabat*

Thursday, June 28, 2018

Ruh

*RUH*

Sahabat...
Suatu saat seorang Ulama menerangkan tentang hakikat kehidupan kepada para santrinya...
Bahwa segala sesuatu itu *hidup* karena ada *ruh* jika tidak ada ruhnya, misal manusia maka dikatakan mati sekalipun jasadnya lengkap...

Matanya, telinganya, mulutnya, tangan, kaki, jantung, otak dst... masih ada... tapi sdh tdk bisa melihat, mendengar, bicara, bergerak, berdetak, berpikir dst.
Maka manusia tsb dikatakan sdh mati, tubuhnya sdh tidak lagi dikatakan badan tapi jenazah atau mayat.

_Segala sesuatu atau *jasad* jika *masih ada ruh-nya* maka dikatakan *hidup*_
_Segala sesuatu atau *jasad* jika *tidak ada ruh-nya* maka dikatakan *mati*_

Begitu juga kehidupan ini...
Ada jasad ada ruh...

*Dunia ini jasad... Ruhnya adalah Dienul Islam (Agama)*
Hidup di alam dunia tanpa Amal Agama, maka sama saja dengan mati alias zombie 😊

*Agama ini jasad... Ruhnya adalah Dakwah*
Dakwah adalah _tulang punggung agama_... tidak _tegak_ Agama tanpa dakwah... Sebagaimana tidak tegak tubuh ini tanpa tulang punggung.
Ciri orang hidup itu _bergerak_ maka dakwah inilah yg _menggerakkan_ Agama ini di muka bumi.

*Dakwah itu jasad... Ruhnya adalah Silaturahmi*
Tidak akan hidup dakwah tanpa silaturahmi, tanpa saling bertemu di mesjid2, di rumah2, dimanapun... tanpa pembicaraan & akhlaq mulia...
Karena kita bisa enak kenal Allah & RasulNya, syahadat, Shalat, shaum dan Ibadah lainnya...karena ada orang2 terdahulu yg memperkenalkannya.
Agama ini tidak datang dibawa angin, air atau udara... Tapi asbab *pengorbanan* Rasulullah SAW & Para Sahabat RA serta orang2 yg mengikutinya dari masa ke masa Kerja dakwah sampaikan Agama ini ke seluruh Alam.

*Silaturahmi itu jasad... Ruhnya adalah Ikhlas*
Siapapun kita datangi tanpa pilih2...
Sebagaimana Rasulullah SAW contohkan...
Abu Bakar RA didatangi dan diajak kpd Allah...
Abu Lahab pun didatangi dan diajak kpd Allah...
Rakyat jelata didatangi, begitupun Raja/Tokoh/Bangsawan...
Laki2/Perempuan, Tua/Muda, Kaya/Miskin, Orang yg menyenangkan/tidak menyenangkan, Satu suku, bangsa atau beda suku atau bangsa... semua didatangi utk diajak beriman kpd Allah & RasulNya.
Dan semua itu dilakukan dgn Ikhlas... tidak melihat siapa yg didatangi...tapi semata2 krn Perintah Allah.

*Ikhlas itu jasad... Ruhnya adalah Sunnah Rasulullah SAW*
Amalan ikhlas dilakukan berdasarkan Sunnah (contoh) Rasulullah SAW & Para Sahabat RA dan arahan Para Ulama selaku warisatul Anbiyya (Pewaris Nabi).

Maka jika ingin "HIDUP"
Hiduplah dalam *Dienul Islam atau Amal Agama yg Sempurna*
Jangan sholeh sendirian, *Dakwahlah/Ajaklah* Keluarga, Tetangga dan sebanyak2nya orang lain kpd Allah & RasulNya
Hidupkan *Silaturahmi*, makmurkan mesjid2, peduli kpd Tetangga, jadilah Ahli Sedekah, berjamaah lah ... Ber silaturahmi lah sd Semesta Alam bukan hanya Semesta Bandung, Jabar, Indo, Arab... tapi Semesta Alam....

*Ikhlas* lah dalam setiap Amal Agama.
Jangan beramal karena pertimbangannya *Makhluk* tapi beramal sholeh lah karena pertimbangannya utk gapai *RidhoNya*

Kita baik sama orang lain bukan krn orang tsb baik ama kita... Tapi kita baik sama orang lain karena kita diperintahkan oleh Allah utk baik kpd orang lain. Titik!
Perkara orang yes membalas kebaikan kita atau tidak, atau bahkn dzolimin sekalipun... itu urusan ybs dgn Allah bukan lagi urusan kita 😊

Amalkan *Sunnah Rasulullah SAW*
Kita tiru habis2an Rasulullah SAW & Para Sahabat RA, Kita belajar & minta bimbingan Para Ulama selaku pewaris Nabi SAW sbg orang yg paham ilmu agama ini shg kita Sempurnakan terus menerus amal Agama ini untuk memancing Ridho Allah Ta'ala dan smoga kita smua beroleh Ridho Allah Ta'ala.... Aamiin

Tuesday, June 26, 2018

Penguasa/Raja adalah cerminan dari rakyatnya

*PENGUASA/RAJA ADALAH CERMINAN DARI RAKYATNYA*

Karena _Allah Ta'ala akan beri *Pemimpin Sholeh* jika *Rakyatnya Sholeh*._
Sebaliknya...
Allah Ta'ala akan _beri *Pemimpin Dzalim* jika *Rakyatnya Dzalim*_

Pemimpin adalah *produk* dari *rakyatnya*
Pemilu bagi Da'i adalah sepanjang hayat bahkan diteruskan smp akhir zaman dari generasi ke generasi... mengajak Ummat kepada Allah & RasulNya.

Allah ta’ala berfirman:

“وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ”

_“Dan kami jadikan sebagian orang zalim itu pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan kezaliman dan maksiat yang mereka kerjakan”_
(Al An’am:129)

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah ketika menjelaskan ayat ini

“Perhatikanlah hikmah Allah Ta’ala yang menjadikan pemimpin, penguasa dan raja segenap hamba-Nya berdasarkan jenis amal yang mereka kerjakan. Bahkan seolah-olah *penguasa adalah CERMINAN dari perbuatan rakyatnya.*

Jika umat istiqomah berjalan diatas kebenaran maka demikian pula penguasanya. Jika masyarakat berlaku adil, maka yang memimpin mereka pun insan yang adil. Bila tipu daya dan makar tersebar dan dipraktekkan secara luas oleh rakyat, maka rajanya pun demikian -gemar menipu rakyatnya-.

Bila rakyat TIDAK menunaikan hak-hak Allah, bakhil dalam mengeluarkan zakat dan ENGGAN menunaikan kewajibannya sebagai hamba…. Maka pemimpin yang menguasai mereka akan berlaku demikian terhadap mereka. Tidak mau menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin dan enggan menunaikan hak-hak rakyat.

Andai rakyat mempraktekan hukum rimba. Dimana yang lemah diantara mereka diambil haknya secara paksa oleh yang kuat. Maka penguasa yang memimpin mereka akan berlaku serupa. Yakni mengambil harta rakyat secara zalim. Semakin keji pemeras menguras harta yang lemah. Semakin besar tekanan dan paksaan penguasa dalam rangka mengambil kekayaan rakyatnya tanpa alasan yang benar

Ketika kondisi umat bercampur. Ada diantara mereka yang zalim, dan sebagian yang lain adalah orang baik. Maka pemimpin yang menguasai mereka pun bergilir -terkadang orang saleh, dilain waktu orang fasik.

Pemimpin kita itu SESUAI dengan kondisi kita. Dan penguasa orang-orang sebelum kita -para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in- sesuai dengan keadaan mereka (saleh, adil, tidak suka menipu sesama, tidak gemar bermaksiat, ed).

Sekian penuturan Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah

oOo

Bila kita berharap dikuasai oleh orang-orang saleh, adil dan jujur. Maka PERBAIKI KONDISI KITA agar menjadi RAKYAT yang SHOLEH, tidak gemar menipu dan berdusta kepada sesama dan tidak MENZALIMI orang lain.

Pemimpin BERIMAN lahir dari Rakyat yg BERIMAN, maka jangan BERMIMPI lahir pemimpin yg baik kalo rakyatnya tdk baik juga.
Jadi kritiklah diri kita habis2an supaya segera bertobat dan koreksi diri, lalu hidupkan DAKWAH yaitu saling ajak utk sama2 tobat & islah diri… saling ASAH, ASIH, ASUH…dalam kebaikan…

Save your ENERGY… utk memperbaiki diri dan ummat/rakyat, jangan kau sia2kan energi mu utk berkeluh-kesah, menghujat sana-sini…apalagi meng-kafir-kan orang/kelompok lain, karena menjaga martabat/kehormatan sesama Muslim adalah Keutamaan.

Dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: _"Apabila seorang laki-laki mengkafirkan saudaranya, maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengan membawa kekufuran tersebut."_

Jadi jika ada orang yg menganggap kafir sesama saudara muslimnya...dan ternyata yg dituduh kafir tsb, *di mata Allah tidak kafir* maka SI penuduh tsb lah yg menjadi kafir akibat dari tuduhan yg dibuatnya. Na'udzubillah

(HR. Muslim: 91) - http://hadits.in/muslim/91

Para pemimpin zolim adalah CERMINAN kita rakyat yg banyak melakukan kezaliman…yang sudah lama tinggalkan DAKWAH…,sudah lama tinggalkan saling ajak mengajak dalam kebaikan, sudah lama tinggalkan SILATURRAHIM…tinggalkan MESJID sbg jantungnya ummat, tinggalkan SEDEKAH, tinggalkan PERSAUDARAAN sesama muslim, tinggalkan AKHLAQ mulia…, tinggalkan Islam sebagai Rahmat bagi Semesta Alam yg menyebarkan Kasih Sayang krn Allah & RasulNya kpd seluruh alam…, bukan hanya kpd sesama muslim…tapi kepada seluruh alam dan isinya… menebarkan kedamaian, keadilan, dan teladan yg luhur & mulia…

Bahkan sembarang menuduh, berprasangka, walaupun bukan masalah kafir/laknat/munafik juga masalah besar.

Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ  اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا   ۗ  اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ   ۗ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ   ۗ  اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com