Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Friday, August 26, 2011

Mata Ketiga


Dalam kehidupan dunia, seringkali kita melakukan hal-hal dengan otomatis, mekanis dan mengandalkan kekuatan akal pikiran saja. Kehidupan manusia yang selalu berpacu dengan waktu seolah-olah menjauhkannya dengan sebuah karunia besar dalam jiwanya. Kesibukan yang tiada henti telah melenakan dan membuat manusia hanya mengandalakan kekuatan mata indra.

Padahal, dalam keadaan seperti apapun, hati manusia yakin bahwa banyak hal-hal yang tidak kasat mata, namun memiliki kedalaman makna. Sebagai contoh, dalam pekerjaan mereka setiap hari yang seabrek dan full deadline. Sebagian dari merekapun tak mampu memahami makna dari pekerjaan itu sendiri, tidak mampu memberi arti dari berbagai kesibukan itu. Dan hasilnya, mereka hanya menghabiskan hari tanpa tahu untuk apa mereka lakukan semua itu.

Namun bagi sebagian lain, mereka memilih untuk menggunakan "mata" ketiga mereka dalam menyelesaikan kepenatan dalam hidup. Merekapun berlomba mengasah kejernihan hati. Sebagai hasilnya mereka dapat melihat semua hal dengan ketajaman mata hatinya. Ketika seseorang berhasil menjaga kejernihan hatinya, maka kepekaan mata batinnya akan lebih tajam. Pada saat itu mereka dapat memaknai lebih dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan. Pekerjaan tidak hanya dimaknai sebagai sebuah kewajiban atau kebutuhan, tapi lebih dari itu, pekerjaan adalah bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala.

Karena ketajaman mata hati itu pula, jika seseorang mennggunakannya saat dia diposisikan untuk mengambil keputusan-keputusan penting, maka yang keluar adalah keputusan sesuai suara hati.Dan hal tersebut, insyaallah akan lebih dekat dengan kebenaran.

Tantangan dalam hidup yang terus menerus datang sampai kita meninggal nanti, seringkali berwujud sebagai godaan yang seringkali dapat mengotori kejernihan hati kita. Seperti adanya sikap egoisme, mementingkan hawa nafsu, mengikuti ambisi meraih kekayaan atau kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, memperturutkan emosi-emosi negatif seperti amarah, dendam, benci dan iri hati, dll. Hal tersebut juga dapat menjadikan kejernihan hati menjadi terkotori. Hati yang terbelenggu cahaya kejernihannya tidak dapat memancar ke permukaan. Inilah yang dapat melemahkan ketajaman mata hati seseorang sehingga tidak mampu menembus pandangan yang jauh ke depan.


...Mata hati, sebuah "alarm" dan penasehat setia kita, bahkan saat kita membiarkan diri kita untuk tidak setia kepada kebenaran, dia akan tetap mengusulkan langkah kebaikan untuk kita tempuh, dan sisanya tergantung pilihan diri kita sendiri, mengikuti langkahnya atau menjadi pembangkang atasnya...


Dengan demikian untuk melatih ketajaman mata hati, berusahalah menghindari hal-hal yang dapat membelenggu kejernihan hati seperti berbagai pengaruh negatif dan daya tarik materialisme duniawi tersebut. Karena kalau hal-hal negative itu dibiarkan, dapat menjadikan kita semakin sulit mendengarkan bisikan hati. Menjadikan kita akan lebih mempercayai atau mengandalkan kemampuan otak serta produk-produk pikiran atau akal semata. Inilah yang akan melahirkan ketidakseimbangan antara kemampuan nalar dengan hati nurani. Mengakibatkan tidak tajamnya kemampuan mata hati, sehingga melahirkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Melihat dengan mata hati, akhirnya, menjadi wujud kuatnya relasi kita dengan Allah Azza wa Jalla.Ketika manusia tidak lagi menemukan celah kemana lagi dia harus melangkah, maka karunia "mata" itu memberikan sebuah keterangan yang tentunya menjadikan kita pribadi yang lurus. Semua itu akan terjadi jika orang tersebut selalu dapat memelihara kejernihan hatinya. Hal tersebut juga akhirnya memberikan hak kepada manusia untuk memiliki kekuatan pandangan mata hati yang tajam, yang mampu menembus dimensi ruang dan waktu yang tidak tercapai oleh nalar.


...Melihat dengan mata hati, akhirnya, menjadi wujud kuatnya relasi kita dengan Allah Azza wa Jalla.Ketika manusia tidak lagi menemukan celah kemana lagi dia harus melangkah, maka karunia "mata" itu memberikan sebuah keterangan yang tentunya menjadikan kita pribadi yang lurus...


Kekuatan ketajaman mata hatinya benar- benar melebihi kekuatan pandangan matanya yang sebenarnya, yang tentunya sangat terbatas dalam jarak serta jangkauan. Penglihatan yang begitu tajam dari mata hatinya dan nasehat yang dimunculkan bagi orang yang menyediakan jeda waktu untuk konsultasi kepadanya, serta merta akan mendidik dan menggiring orang tersebut untuk selalu patuh dalam kebenaran.Mata hati, sebuah "alarm" dan penasehat setia kita, bahkan saat kita membiarkan diri kita untuk tidak setia kepada kebenaran, dia akan tetap menemani kita, dan sisanya tergantung pilihan diri kita sendiri, mengikuti nasehatnya atau menjadi pembangkang atasnya.

No comments:

Post a Comment