Betapa banyak orang yang terpenjara dalam sempitnya sangkar hati yang begitu sangat membelenggunya. Sedangkan kunci untuk memerdekakan hidup dan batinya tersebut hanyalah dengan ikhlas. Namun keadaannya masih juga belum berubah. Semua karena keengganan atau rasa separoh hati yang menuruti perhitungan untung rugi yang dikatakan logikanya. Maka ditangguhkannya kemerdekaan jiwanya tersebut dan dinikmatinya kesakitan yang berkepanjangan. Jika semua sudah sampai pada titik puncak, sayang sekali bahwa dia lalu melanjutkan kemarahan dan penghujatan tiada henti kepada Allah,karena merasa telah didholiminya. Tidak, sama sekali tidak, Allah adalah sang maha penyayang atas hambaNya.
Sejenak lihatlah betapa telah jelas terbukti bahwa alangkah kerugian dan kesempitan yang menyita batin manusia jika dia tidak mau atau tidak mau tahu tentang keberadaan aturan tuhannya. Dan betapa pandai manusia ketika dia dapat menghebatkan batinnya untuk tertuntun dalam keteduhan jalan Allah. salah satu nilai kehebatan itu terkandung dalam Ikhlas. Bukan hanya kesediaannya menyerahkan jiwa kepada tuntunan kehendak Allah, namun ikhlas adalah tentang memohon untuk yang terbaik,berusaha untuk hasil terbaik sampai batas akhir sebuah kekuatan yang kemudian hasilnya kita terima dengan penuh syukur,dan atau kemudian lebih berusaha lagi demi yang lebih baik.
Jiwa yang ikhlas tidak terlalu cerewet bertanya tentang keberlakuan takdir Allah atasnya, melainkan jiwanya berkata bahwa Allah yang paling tahu atas kebutuhan hidupnya. Dibesarkannya pemikiran positif atas sang maha pengatur hidupnya itu, karena kepastian diberikan dan dipenuhinya kepentingan atas hidup dan keberlangsungannya.
Jiwa yang ikhlas tidak akan berhenti hanya bertanya, tanpa bersungguh-sungguh mencoba. Dipertebal rasa malunya untuk memerintah sang maha kuasa guna mengharuskan mudahnya kebaikan itu datang baginya, sebelum dia ikhlas berupaya.
Jiwa yang ikhlas akan menghentikan rengekan atas permintaan jaminan penghargaan oleh para makhluk ataupun dari penciptanya, karena kuatnya keyakinannya bahwa kebaikan adalah jaminan kepastian bagi yang ikhlas.
Jiwa yang ikhlas tidak akan gampang menyalahkan Allah atas kelemahan dan kealpaannya. matanya akan melihat dan kemudian berpikirbahwa ternyata banyak orang lain yang tidak sekuat dia namun akhirnya lebih berhasil dari padanya karena keikhlasannya.
Jiwa- jiwa yang ikhlas menyadari dan mengakui serta menetapkan hati bahwa Allah subahanahu wata'ala adalah maha dalam segalanya. sungguh, ketetapan itu tidak diterimanya kecuali dengan damai.diperkuatnya kesungguhan,maka batinnya akan berkata bahwa Allah yang akan menghebatkan sekecil-kecil kekuatan,untuk merampungkan sebesar-besar tugas dan kepentingan hidupnya.
Lihatlah, jiwa- jiwa yang ikhlas terlihat tampil lebih besar dari ukuran kemanusiannya. Sendirian dia bisa melakukan tugas dari seribu orang. Dia melihat yang tiada mampu dilihat manusia lain, dan dia dapat mendengar atas sesuatu yang tak tersuarakan. dia dapat mempelajari dan mengambil hikmah lebih banyak dari pada para batin manusia lain yang terlalaikan. Kelebihan kesaktian tersebut pasti akan dilebihkan oleh Allah sebagai sebuah harga yang lebih dari pantas. Jiwa yang ikhlas adalah jiwa yang sakti.
Dan sesungguhnya Allah tidak akan pernah mencukupkan satu bahasa cukup untuk menggambarkan keindahan kehidupan bagi jiwa yang ikhlas, karena ikhlas adalah bagai sebuah siklus tanpa akhir yang membahagiakan dan memerdekakan manusia.
Sumber : http://m.voa-islam.com/news/article/2011/08/05/15728/wahai-jiwajiwa-yang-ikhlas/
No comments:
Post a Comment