Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Wednesday, August 17, 2011

Nak... untuk putra putra dan putri ku...:)



Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu.
Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang ayah kepada anaknya yang sesungguhnya bukan miliknya, melainkan milik Tuhannya.
Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia.
Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini.
Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta.
Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

Nak, menjadi ayah itu mulia.
Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit.
Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku,
aku seperti menemui keberadaanku,
makna keberadaanmu,
dan makna tugas kebapakanku terhadapmu.
Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah
dan paling aku banggakan di depan siapapun.
Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan denganNya,
hingga saat usia senja ini.

ketika engkau suatu kali telah mampu berkata:
"TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya.
Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak.
Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu.
Engkau adalah milik Tuhan.
Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu.
Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.

Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku
dan siapa engkau.
Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi,
kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Tuhan.
Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.

Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah .......
mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya.
Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu.
Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu.
Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain,
tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.......

Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu
dekat dengan Tuhan.
Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan.
Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua,
tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam.
Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain.
Agar dapat kau rasakan perjalanan rohaniah yang sebenarnya.
Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti.
Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti.

Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu,
ketika engkau hampir putus asa.
Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan,
dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia.
Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan.
Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya.
Dari ayah yang senantiasa merindukanmu...


No comments:

Post a Comment