Khadijah RA, adalah contoh, teladan untuk kita ikuti, perhatikan, dan mengerti bagaimana peranan wanita. Saat Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT, dengan segera Rasulullah berjumpa dengan Khadijah. Dan saat itu Rasulullah SAW dalam keadaan ketakutan, ketidaknyamanan, karena ini adalah saat pertama Beliau berjumpa dengan Jibrail AS. Ini pertama kali Beliau melihat Jibrail dalam bentuk sebenarnya. Jadi Beliau sangat takut. Jadi saat Beliau menggigil, ketakutan, Khadijahlah orang pertama yang menenangkan Beliau, Khadijah lah orang yang meneduhkan Nabi SAW dan yang menghilangkan ketakutan nabi SAW. Jadi kita lihat saat pertama, wanita sudah memainkan peranan. Begitu Khadijah mendengar cerita Rasulullah SAW, saat itu juga ia terus menolong Rasulullah SAW, langsung mengadakan dakwah. Dia bukan perempuan yang hanya tinggal di rumah, tidur, rehat. Tapi dia langsung berfikir bagaimana menolong suaminya.
Sekarang kita lihat orang pertama yang mati untuk Islam. Kita tahu, para sahabat mereka mengalami penyiksaan yang begitu berat, kehilangan tangan, kaki, dan semua penderitaan yang maha hebat lainnya. Tapi orang pertama yang Allah tentukan untuk mati di Jalan Allah adalah wanita, yaitu Sumayyah R.ha. Ini adalah suatu hal yang mesti diterima kaum lelaki. Allah mentakdirkan orang yang pertama syahid adalah wanita. Dia dibunuh karena kalimah “Laa Ilahaa Ilallah Muhammadur Rasulullah”. Padahal kalau dia terima saja, murtad, maka dia akan dibebaskan dan akan mendapat keduniaan yang baik. Tapi dia tetap teguh kepada keyakinannya.
Jadi kita mesti pahami, bahwa Allah sengaja mengatur semua ini untuk menjadi suatu teladan, suatu pesan, yang patut diambil di dalam sejarah Islam, bahwa wanita mempunyai peranan penting, bukan saja menerima agama Islam, tapi mati dalam mempertahankan agama Islam. Jadi kita dapat lihat bahwa orang pertama yang masuk Islam adalah perempuan, Khadijah R.ha. Orang pertama yang mati syahid juga perempuan, Sumayyah R.ha.
Mereka mengajar masyarakat, mengajar anak-anaknya, mengajar tetangganya. Mereka mengajarkan tentang Islam kepada orang-orang. Mereka bukan hanya masak, basuh pakaian, tetapi mereka juga mendidik generasi berikutnya, mengajarkan agama. Dulu tidak ada sekolah Islam, merekalah sekolah Islam. Rasulullah SAW pernah membawa ‘Aisyah R.ha untuk berjihad. Mereka pergi bukan untuk urusan bisnis, mereka bukan pergi untuk kepentingan lainnya, bersenang-senang, makan angin, jalan-jalan, mengunjungi orang-orang, tetapi mereka pergi untuk berjihad, mereka pergi untuk menyebarkan Islam.
Dalam peperanganpun mereka ikut mengambil bagian. Mereka menolong para sahabat membawa senjata, mereka memainkan peranan aktif dalam usaha menyebarkan dan mempertahankan agama Islam. Jadi ini adalah satu hakekat yang tidak boleh diingkari bahwa wanita memainkan peranan aktif, bersama dalam menyebarkan agama, dalam berdakwah sama-sama dengan lelaki.
Kita sekarang Lihat Ummu Salamah, dia dibawa Nabi saat perjanjian Hudaibiyah dibuat. Banyak sahabat yang tidak merasa puas, kecewa, dengan perjanjian yang mereka rasa berat sebelah dan merugikan umat Islam. Tapi Rasulullah SAW tetap melaksanakan perjanjian itu. Maka melihat keadaan para sahabat, Rasulullah SAW merasa bersusah hati. Beliau pergi menemui Ummu Salamah RA, dan memberitahu tentang sikap para sahabat, yang tidak mau mencukur rambut dan kembali ke Medinah. Maka Jawab Ummu Salamah, ”Mudah saja ya Rasulullah. Anda cukur saja rambut anda sekarang, Insya Allah mereka akan mengikuti.” Jadi saat para sahabat ketika melihat Rasulullah SAW telah mencukur rambutnya, merekapun merasa terpukul, mereka merasa telah tidak mengikuti perintah Rasulullah SAW. Maka saat itu juga semua sahabat mengikuti apa yang diperbuat Rasulullah SAW. Disinilah Allah telah mengurniakan kelebihan terhadap kaum wanita, yaitu ketajaman firasatnya. Dan inilah bukti sumbangan kaum wanita dalam dakwah.
Saat masa Umar RA, perempuan menyumbang peranan besar dalam segala aspek, baik politik, ekonomi dan sebagainya. Saat itu kekayaan Islam sedang berlimpah ruah, menyebabkan terjadinya inflasi. Maka Umar RA memutuskan untuk menentukan batas mahar. Maka dalam musyawarah syuro (perwakilan rakyat) yang terdiri dari wakil-wakil baik lelaki maupun perempuan, Umar RA memberitahu cadangannya. Maka bangkitlah seorang perempuan dan berkata,”Siapakah dia, Umar, yang mau merubah apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya?” Itulah peranan wanita. Wanita di ikut sertakan dalam perwakilan rakyat, tapi menurut cara Islam. Bukan seperti yang terjadi sekarang, dimana bercampur baur antara lelaki dan perempuan. Tapi dengan cara islam yaitu wanita terpisah tempatnya dari lelaki di sebelah belakang. Jadi kita boleh melihat dalam segala bidang wanita memegang peranan yang penting. Mereka langsung mengetahui apa yang mesti dimainkan saat menerima Islam. Mereka segera tahu apa kewajibannya dalam Islam.
No comments:
Post a Comment