Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Monday, January 11, 2010

Hak ke dua orang tua 3

Dari Farqad As-Sinji, di mana ia berkata : “Saya membaca di dalam sebuah kitab bahwasanya seorang anak tidak pantas untuk berbicara di depan ibu bapaknya, kecuali atas izin dari keduanya. Ia tidak pantas untuk berjalan di depan, di samping kanan atau kirinya, kecuali bila kedua orang tuanya memanggilnya lantas ia memenuhi panggilan itu. Ia harus berjalan di belakang kedua orang tuanya, sebagaimana seorang budak berjalan di belakang tuannya.”

Diceritakan bahwa ada seseorang datang kepada Nabi saw lantas berkata :

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku mengigau di tempatku, kemudian aku memberinya makan dan minum dengan tanganku, serta aku mewudhuinya dan mengangkatnya di atas bahuku, maka apakah yang demikian itu berarti aku membalasnya ?” Beliau bersabda : “Belum, belum satu persen pun. Akan tetapi kamu telah berbuat baik, dan Allah akan memberi pahala yang banyak terhadap amalmu yang sedikit itu.”

Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari ayahnya, di mana ia berkata : “Tertulis di dalam hikmah ; “Terkutuklah orang yang mengutuk ayahnya. Terkutuklah orang yang mengutuk ibunya. Terkutuklah orang yang menjauhkan diri dari jalan yang benar, atau orang yang menyesatkan jalan terhadap orang yang buta. Terkutuklah orang yang menyembelih binatang dengan tidak menyebut nama Allah. Terkutuklah orang yang merubah batas-batas tanah.”

Yang dimaksud dengan seseorang mengutuk ayahnya atau mengutuk ibunya adalah seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang menjadikan ayah atau ibunya dikutuk oleh orang lain, sehingga seolah-olah ia mengutuk langsung ayah dan ibunya. Diriwayatkan dari Rasulullah saw di mana beliau bersabda :

“Sesungguhnya di antara dosa besar adalah bila seseorang mencaci maki kedua orang tuanya.” Ditanyakan kepada beliau : “Bagaimanakah seseorang mencaci maki kedua orang tuanya ?” Beliau bersabda : “Seseorang mencaci maki ayah orang lain, maka orang lain itu mencaci maki ayahnya, ia mencaci maki ibu orang lain, maka orang lain mencaci maki ibunya.”

Abban meriwayatkan dari Anas ra, di mana ia berkata :

“Pada masa Rasulullah saw ada orang muda yang bernama Alqamah, di mana ia sangat rajin beribadah dan banyak bershadaqah. Ia menderita sakit keras, lantas istrinya mengutus seseorang kepada Rasulullah saw untuk mengatakan : “Suamiku sedang sakit keras (sakaratul maut), maka aku ingin memberitahukan keadaannya kepadamu.” Rasulullah saw lalu bersabda kepada Bilal, Ali, Salman Proxy-Connection: keep-alive
Cache-Control: max-age=0

n Ammar : “Pergilah kamu ke rumah Alqamah dan perhatikanlah bagaimana keadaannya.”

Maka mereka pergi ke rumah Alqamah sampai ia masuk ke dalam rumahnya lantas berkata kepadanya : “Ucapkanlah Laa ilaaha illallaah.” Akan tetapi lidah Alqamah tidak jelas bicaranya, maka mereka mengutus Bilal kepada Rasulullah saw untuk memberitahukan keadaannya. Rasulullah saw lantas bertanya ; “Apakah ia masih mempunyai ayah dan ibu ?” Beliau memperoleh jawaban : “Ayahnya sudah mati, dan ia mempunyai ibu yang sangat tua.” Beliau bersabda : “Wahai Bilal, datanglah kepada ibu Alqamah, sampaikanlah salamku untuknya, dan katakan kepadanya : “Jika kamu mampu untuk berjalan maka datanglah kepada Rasulullah saw dan jika tidak mampu, maka tunggulah sampai Rasulullah saw akan datang kepadamu, kemudian ia memberitahukan kepadanya tentang maksud kedatangannya itu.”

Kemudian ibu Alqamah berkata : “Diriku merupakan tebusan bagi diri beliau .” Kemudian ia mengambil tongkat dan berjalan sampai masuk ke rumah Rasulullah saw. Setelah mengucapkan salam kepada beliau dan beliau pun membalas ucapan salamnya, kemudian ia duduk di hadapan Rasulullah saw, lantas beliau bertanya : “Berkatalah yang jujur kepadaku, karena jika kamu berbohong, niscaya akan turun wahyu dari Allah Swt kepadaku. Bagaimana keadaan Alqamah ?” Ia menjawab “Wahai Rasulullah, dia rajin shalat, rajin puasa dan suka bershadaqah yang jumlah dan banyaknya tidak ada yang mengetahui.” Beliau bertanya : “Bagaimana hubunganmu dengannya ?” Ia menjawab ; “Wahai Rasulullah, saya sangat marah kepadanya.” Beliau bertanya : “Kenapa demikian ?” Ia menjawab : “Dia lebih mengutamakan istrinya daripada saya. Dalam banyak hal, ia patuh kepada istrinya dan durhaka kepada saya.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda : “Kemurkaan ibunya itulah yang mengunci lidahnya untuk mempersaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah”. Kemudian beliau bersabda kepada Bilal : “Pergi dan kumpulkanlah kayu yang banyak supaya aku bisa membakar dengan api.” Ia berkata : “Wahai Rasulullah, anakku dan buah hatiku akan engkau bakar dengan api di hadapanku ? Maka bagaimana berat perasaan hatiku ?” Rasulullah saw lalu bersabda kepadanya : “Wahai ibu Alqamah, siksaan Allah itu lebih keras dan kekal. Apabila kamu ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah dia. Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, shalat dan shadaqah yang ia kerjakan itu tidak akan bermanfaat baginya selama kamu murka kepadanya.” Kemudian ibu Alqamah mengangkat kedua tangannya dan berkata : “Wahai Rasulullah, saya mempersaksikan kepada Allah di langit dan engkau wahai Rasulullah serta orang yang berada di sini bahwa saya telah merelakan anakku Alqamah.” Rasulullah saw lantas bersabda kepada Bilal : “Wahai Bilal, lihatlah!” Apakah Alqamah mampu untuk mengucapkan Laa ilaaha illallaah, karena siapa tahu ibu Alqamah mengungkapkan hal itu tidak dengan setulus hati, karena malu kepada Rasulullah saw.”

Kemudian Bilal pergi menuju rumah Alqamah dan ketika sampai di pintu rumahnya ia mendengar Alqamah sedang mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Setelah Bilal masuk ke dalam rumah, ia berkata ; “Ketahuilah wahai orang banyak, sesungguhnya kemurkaan ibu Alqamah itulah yang menghalangi lisannya utuk mengucapkan syahadat, dan sesungguhnya kerelaan ibunya itu telah melepas lidahnya bisa mengucapkan syahadat.” Maka pada hari itu pula Alqamah meninggal dunia, dan Rasulullah saw datang ke sana lalu memerintahkan untuk memandikan dan mengkagfaninya dan beliau menyalatkannya. Sewaktu berada di tebing kuburnya, beliau berdiri dan bersabda : “Wahai orang-orang Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang mengutamakan istrinya daripada ibunya, maka ia akan mendapatkan kutukan Allah, serta ibadah-ibadah fardhu dan sunnahnya tidak akan diterima.”

No comments:

Post a Comment