Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Wednesday, July 7, 2010

Imannya Para Sahabat

Assalamualaikum WRB

Segala puji tak berujung hanya milik Allah swt, yang maha mengatur segala mahlukNya lagi menjamin rezki semua mahluk, Raja diatas segala raja. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan walaupun seorang mahluk melahirkan apa yang ada di dalam hatinya atau pun menyembunyikannya, niscaya Allah swt akan membuat perhitungan dengan perbuatan tersebut. Maha Suci Allah yang tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Shalawat dan salam senantiasa kita kirimkan kepada Nabi yang kita cintai, yang kita contoh segala amal perbuatannya, Nabi yang kita rindukan perjumpaan dengannya beserta ahli keluarga beliau serta para sahabat r.anhum dan ummat seluruhnya yang mempertahankan sunnah-sunnah baginda Rasulullah hingga hari kiamat.

Dikisahkan Abdullah bin Hadzafah adalah salah seorang sahabat yang jarang disebut dan diperkenalkan orang. Di zaman khalifah Umar bin Khattab, ia diangkat menjadi komandan pertempuran menghadapi tentara Rum yang sering mengganggu kaum Muslimin di dekat Syam (Syiria).

Malang bagi nasibnya karena kekuatan jauh berbeda dan sangat tidak seimbang, maka dia ditawan bersama anak buahnya. Kemudian Abdullah bin Hadzafah dibawa menghadap oleh tentara Rum itu kepada raja mereka. Maka terjadilah dialog antara Raja dan Abdullah bin Hadzafah.

Raja : “Sudilah engkau masuk ke dalam Agama Nasrani, saya akan mengajak engkau duduk dalam pemerintahan saya dan saya akan mengawinkan engkau dengan anak kandung saya!”.

Abdullah : “Andaikata engkau memberikan kepada saya segala apa yang dimiliki orang Arab agar supaya saya murtad dari agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. walaupun agak sebentar, pasti saya tidak mau berbuat demikian.”

Raja : “Kalau begitu engkau akan saya bunuh.”

Abdullah : “Engkau boleh berbuat demikian!”.

Raja Rum itu pun memerintahkan untuk membunuhnya, maka ia pun disalibkan. Dalam keadaan tersalib Raja Nasrani itu memerintahkan kepada regu penembak untuk menembaknya.
Mereka juru tembak itu menembaknya dekat kedua tangan dan kakinya (rupanya peluru tidak mengenainya, ataukah peluru itu tidak mempan kepadanya).
Dalam pada itu Raja mendesak kepadanya supaya masuk agama Nasrani, tetapi Abdullah tetap menolaknya. Kemudian Raja memerintahkannya supaya diturunkan dari kayu salib.

Riwayat lain yang mengatakan, bahwa dia kemudian dimasukkan ke dalam kuali besar dan dipanaskan dengan api, dan dalam penderitaan yang sangat serta perlakuan yang kejam sadis itu Raja menawarkannya supaya masuk agama Nasrani lagi; tetapi ia tetap menolak, sambil menangis ia berkata:
“Jangan kalian salah mengerti,” katanya kepada Raja itu: “bahwa saya menangis hanyalah karena mengingat nyawa saya ini sayang hanya satu, tak ada yang lain lagi untuk dapat dimasukkan juga ke dalam kancah kuali yang panas menggelegak ini sebagai siksaan dan pengorbanan di jalan Allah. Maka dari itu saya ingin agar seluruh bulu rambut yang melekat di badan saya ini turut merasakan siksaan ini karena Allah dan pada jalan Allah.”

Riwayat lain mengatakan bahwa Raja itu memenjarakannya dan tidak diberi makanan dan minuman beberapa hari, dan dalam keadaan haus dan lapar yang sangat itu dikirimilah dia minuman khamar dan daging babi, tetapi ia tidak mau mendekati makanan dan minuman yang terlarang (haram) menurut ajaran agama Islam itu.

Kemudian Raja Nasrani memanggilnya dan kemudian bertanya kepada Abdullah kenapa gerangan dia tidak mau menyentuh makanan yang dikirimkannya, padahal ia dalam keadaan letih karena haus dan lapar.

Raja: “Apakah yang melarangmu makan?”.

Abdullah: “Sebenarnya makanan dan minuman itu dalam keadaan yang begini, telah halal bagiku, tetapi aku tidak ingin menggembirakan engkau dengan perbuatanku itu.”

Raja: “Kalau begitu maukah engkau mencium kepalaku dan aku kelak akan melepaskan engkau.”

Abdullah: “Aku mau mencium kepalamu dengan syarat, bahwa engkau melepaskan juga semua kaum muslimin yang ditawan.”

Raja: “Ya, baiklah!”.

Maka Abdullah pun mencium kepala Raja Nasrani itu demi kebebasan kawan-kawannya yang ditawan, maka kemudian Raja itu pun melepaskannya dan juga seluruh tawanan kaum Muslimin yang berada di tangan Raja itu.

Maka sekembalinya di ibu kota Madinah, ia disongsong dan dielu-elukan oleh kaum Muslimin, dan Khalifah Umar bin Khattab pun mengumumkan kepada segenap kaum Muslimin supaya mencium kepala Abdullah bin Hadzafah, komandan yang berani dan memiliki mental baja itu, dan ia mengatakan bahwa dia (Umar)-lah orang yang pertama kali memulai mencium. Kemudian ia berdiri mendekati Abdullah bin Hadzafah untuk menghormati keberanian dan keperwiraannya, dan diciumnyalah Abdullah bin Hadzafah, yang kemudian disusul oleh rakyat ramai. Mudah-mudahan Allah memberi kerelaan kepada keduanya!”

Seperti halnya yang dialami sahabat lainnya, Khabbab ialah seorang manusia yang telah banyak berkorban untuk agama. Di awal-awal Khabbab telah memeluk agama Islam maka penderitaan yang ditanggungnya pun agak lama juga.

Dia telah dipaksa memakai baju besi dan disuruh berbaring dipasir, mendedahkan badannya pada panas matahari yang terik hingga kulitnya mengelupas. Khabbab adalah seorang hamba sahaya seorang perempuan. Apabila diketahui oleh si perempuan tadi bahwa dia sering menemui Nabi Muhammad s.a.w maka kepalanya diselar dengan panas yang merah membara.

Umar r.a.hu semasa beliau menjadi Khalifah bertanya kepada Khabbab tentang penderitaannya dikala mula-mula menganut agama Islam. Sebagai jawaban dia menunjukkan bekas luka dipunggungnya.

Kata Umar,"Aku tidak pernah melihat punggung yang sedimikian rupa." Melanjutkan ceritanya dia mengatakan dia telah diseret diatas suatu timbunan bara api sehingga lemak-lemak dan darah yang mengalir dari badannya memadamkan bara-bara api.

Ketika Islam telah menyebar ke beberapa tempat, Khabbab sering duduk menangis sambil berkata:"Nampaknya Allah s.w.t. sedang memberi ganjaran bagi segala penderitaan yang kita alami. Mungkin di akhirat nanti tidak ada ganjaran yang bakal kita terima."

Penderitaan dimana yang dipertaruhkan keImanan pun dialami oleh muadzin pada zaman Rasulullah yaitu Bilal R.anhu, dimana beliau disiksa ditengah padang pasir dengan cambukan cemeti pada malam hari dan dijemur pada siang hari dalam teriknya matahari oleh umayyah, abu jahal dan pengikutnya (Seperti yang telah saya posting kemarin).

Karena ketaatan dan keteguhan para sahabat Rasul dalam mempertahankan keimanan mereka maka Allah SWTpun memuji mereka.

"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." Al Baqarah :207

Dalam keadaan Iman yang kokoh dan teguh seperti ini bahkan Rasulullah masih menyampaikan kepada sahabat beliau.
"Perbaharuilah iman kalian(Sahabat), bagaimanakah memperbaharui iman ya Rasulullah..Perbanyaklah menyebut La Ilaha Illalah"

Iman sahabat yang sangat kokoh dan sangat taat akan perintah Rasul, Rasulullah masih menyampaikan kepada mereka untuk senantiasa memperbaharui iman-iman mereka, bagaimanakah lagi dengan kita yang hari ini Rasulullah tidak berada bersama kita??

Maka salah satu tanda seseorang yg cinta kepada Rasulnya adalah mereka mau berupaya dengan semangat utk mengenal dan mempelajari sunnah-sunnahnya utk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan jika perlu mau mendalaminya secara keseluruhan sehingga dapat menyebarkan ilmunya kepada ummat utk beramar ma’ruf nahi munkar.

Sunnah adalah perkataan Rasulullah saw perbuatan dan diamnya Rasulullah dan juga sifat-sifat beliau yg jasmani dan akhlaq baik setelah diutus maupun sebelum diutus.

Mereka para sahabat yg bertakwa berusaha utuk tidak meninggalkan satu sunnah pun dari Rasulullah saw. Bahkan tak seorang pun di antara mereka yg berkata ini sunah yg kecil ini sunnah yg besar. Mereka hanya berusaha senantiasa menjalankan sunnah.

Untuk dapat mengamalkan sunah Rasululah saw seseorang harus mengetahui hadits-hadits Rasulullah saw dan mempelajarinya. Hal itu merupakan amalan utama yg akan memberikan pahala yg sangat besar.

Dari Ibnu Mas’ud ra berkata “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda Allah akan mencerahkan wajah orang-orang yg telah mendengar haditsku dan memahami hadisku menyampaikannya sebagaimana apa yang mereka dengarkan. Karena boleh jadi orang yang disampaikan lebih mengerti daripada pendengarnya sendiri."

Semoga Allah SWT mengekalkan hidayah dalam diri kita hingga nafas terakhir yang kita hembuskan, semoga Allah menggunakan kita untuk perjuangan AgamaNya dan menjadikan kita asbab tersebarnya hidayah ke seluruh alam.

Ada benarnya datangnya dari Allah dan adapun kesalahan dalam artikel ini dikarenakan kebodohan dan kekurangan ilmu saya sendiri.

..Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

No comments:

Post a Comment