Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Friday, October 15, 2010

Hakekat Dzikir

Dzikir secara harfiah berarti ingat dan sebut. Ingat adalah gerak hati, sedangkan sebut adalah gerak lisan. Dzikrullah berarti mengingat dan menyebut Allah. Adapun perpaduan keduanya barulah makna awal dari “khusyuk”.

Dzikir terdiri dari empat bagian yang saling terikat, tidak terpisahkan, yaitu: dikir lisan (ucapan), dzikir qalbu (merasakan kehadiran Allah), dzikir ‘aql (menangkap bahasa Allah di balik setiap gerak alam), dan dzikir amal (taqwa: patuh dan taat terhadap perintah Allah dan meninggalakan larangan-Nya). Idealnya dzikir itu berangkat dari kekuatan hati, ditangkap oleh akal, dan dibuktikan dengan ketaqwaan, amal nyata di dunia ini.

Dzikir adalah perintah Allah SWT kepada orang-orang yang beriman (QS al-Ahzab: 41-42). Maka orang yang beriman adalah orang yang banyak berdzikir. Kurang iman, kurang dzikir. Tidak beriman tidak akan berdzikir. Berdzikir berarti taat pada perintah Allah. Prakteknya bisa jadi dalam keadaan bediri, duduk, atau berbaring (QS Ali Imran: 191), di Masjid (QS An-nur: 36), Mushalla, rumah, kantor, atau jalanan sekalipun, dan bisa dilakukan sendiri-sendiri (QS al-A’raf: 205) atau berjamaah (dalam majelis).

Raulullah SAW bahkan menyebut majelis dzikir sebagai taman surga. Bliau bersabda, “Apabila kalian melewati taman surga, maka bersimpuhlah.” Para sahabat bertanya, “Apa itu taman surga?” Beliau menjawab, “Yaitu majelis dzikir.” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi).

Dzikir adalah pangkal ketenangan dan kedamaian (QS ar-Ra’d: 28). Allah adalah sumber ketenangan dan kedamaian (as-Salam). Maka untuk mencapai ketenangan dan kedamaian itu jalannya adalah mendatangi sumbernya dan membersamakan diri dengan-Nya. Dzikit itulah jalan pembersamaan (ma’iyyatullah). Adapun meninggalkan dzikir sama dengan membuka keleluasaan bagi setan untuk menungganginya (QS Az-Zuhruf: 36), menciptakan kepengapan hidup serta membutakan mata hati (QS Thaha: 124). Selain sebagai wujud ketaatan, dzikir merupakan identitas utama seorang mukmin (QS al-Anfal: 2).

Sejatinya, dzikir membentuk pribadi yang bertaqwa. Yaitu amat taat terhadap perintah Allah dan berjuang maksimal menjauhi larangan Allah. Orang yang berdzikir sadar betul bahwa ia senantiasa berada di bawah tatapan dan perintah-Nya.

No comments:

Post a Comment