Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Wednesday, November 11, 2009

Bayan Agama


H. Cecep Firdaus
Syuro Indonesia
Mesjid Jami Kebon Jeruk
Jakarta


Bayan Maghrib

Allah SWT sudah membuat ketetapan dengan kekuasaannya bahwa kebahagiaan dan kesuksesan akan datang hanya dengan ketaatan kepadaNya mengikuti apa yang telah dicontohkan Rasullullah SAW. Siapa saja yang bisa melakukan ketaatan ini seperti yang sudah di sunnahkan oleh Rasullullah SAW maka kesuksesan pasti akan datang kepadanya dan Allah pasti akan bahagiakan dia dunia dan akherat. Lalu siapa saja yang tidak mau taat kepada Allah maka Allah akan gagalkan kehidupannya dan sengsarakan hidupnya di dunia ini dan di akherat yang selama-lamanya. Jadi yang namanya kebahagiaan dan kesuksesan ini bukan terletak pada keduniaan atau pada kekayaan atau pada kebendaan tapi terletak pada ketaatan kepada Allah. Siapa saja yang taat pada Allah pasti dia akan bahagia. Apakah dia orang kaya ataupun orang miskin, apakah dia tinggal di kota ataupun di desa, apakah dia pejabat tinggi atau rakyat biasa, apakah dia orang yang sehat fisiknya ataupun orang cacat fisiknya, apakah dia seorang Raja penguasa ataupun seorang hamba sahaya, kalau dia bisa taat kepada Allah, maka Allah akan jamin hidupnya dunia dan akherat. Atas perkara ini Allah telah utus para Nabi dan para Rasul mengajak manusia agar bisa mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat dengan jalan ketaatan kepada Allah. Apa itu ketaatan kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya mengikuti daripada yang telah di contohkan dan si sunnahkan oleh Nabi-nabi mereka.

Dari zaman ke zaman yang lainnya sampai hari ini kebanyakan manusia telah salah paham, mereka kira kebahagiaan itu terletak pada kekayaan, pada harta, pada keduniaan, pada kekuasaan. Ini sama sekali tidak benar. Walaupun dia seorang yang kaya raya, walaupun dia mempunyai kekuasaan, walaupun dia memiliki segalanya dari dunia ini tetapi dia tidak taat kepada Allah, maka tidak akan ada kejayaan, kebahagiaan, dan kesuksesan dalam kehidupannya. Di dunia ini dia akan sengsara walaupun dia memiliki segalanya dari keduniaan, dan akherat dia akan celaka selama-lamanya. Adapun harta dan kekuasaan bukanlah suatu tanda-tanda bahwa kita sudah berjaya, sudah sukses, dan pasti bahagia. Ini yang namanya kekeliruan karena harta, kekuasaan, kekayaan ini hanyalah ujian daripada Allah SWT. Harta adalah ujian dari Allah sebagaimana datangnya kemiskinan pada seseorang yang juga datangnya dari Allah. Jadi kekayaan itu adalah ujian dari Allah bagi kita dan kemiskinan itupun juga ujian dari Allah bagi kita. Jadi penguasa yang mempunyai kekuasaan merupakan ujian bagi kita, dan menjadi rakyat yang tidak mempunyai kekuasaanpun juga merupakan ujian bagi kita. Jadi yang dinilai oleh Allah bukanlah harta yang kita miliki, pangkat yang kita punyai, ataupun kekuasaan yang kita dapatkan. Juga bukan karena kemiskinannya, ataupun karena status sosialnya, ataupun ketidak berdayaanya karena tidak ada kekuasaan. Ini semua bukan tolak ukur atau nilai yang Allah cari, tetapi yang dinilai dan yang dijadikan tolak ukur oleh Allah adalah ketaatannya. Siapa saja yang taat kepada Allah maka Allah akan berikan kepadanya kebahagiaan dan kesuksesan. Siapa saja yang tidak taat kepada Allah, maka Allah akan berikan kepadanya kesengsaraan dan kegagalan dalam hidupnya.

Apabila kita ingin bahagia dan jaya dunia dan akherat, ini bukan harus ditempuh dengan cara berusaha untuk menjadi kaya dan berkuasa. Untuk bisa bahagia ini bisa didapatkan oleh orang kaya dan bisa didapatkan oleh orang miskin, bisa oleh penguasa dan bisa oleh rakyat jelata, bisa oleh seorang raja dan bisa oleh hamba sahaya, tetapi syaratnya harus dengan ketaatan kepada Allah. Yang membedakan seseorang ini bahagia dan sukses ini bukan dari kebendaan, kekayaan, jabatan, ataupun kekuasaan dan keadaan-keadaan yang dia miliki tetapi dari ketaatannya. Dan ketaatan ini bisa dilakukan oleh orang kaya dan bisa dilakukan oleh orang miskin. Bukan orang kaya saja yang bisa taat kepada Allah, bahkan orang miskinpun bisa taat kepada Allah. Bahkan orang miskin dipermudah untuk mentaati Allah SWT, sebab pada umumnya ujian kekayaan lebih berat daripada ujian kemiskinan. Sebagaimana Abu Bakar Shiddiq RA telah mengatakan bahwa :

“Kami diuji dengan kemiskinan dan kami bisa bertahan, tetapi ketika kami di uji dengan kekayaan hampir-hampir kami tidak bisa bertahan.”

Di jaman Nabi SAW, Sya’labah seorang miskin ketika itu sebelum dia menjadi orang kaya, ketika itu mudah bagi dia untuk dapat taat kepada Allah. Masa itu dia bisa datang ke mesjid, walaupun harus dengan bergantian memakai kain dengan istrinya untuk bisa sholat kepada Allah sangking miskinnya keadaan dia waktu itu. Dalam keadaan kemiskinan yang amat sangat Syalabah bisa mudah menjalankan ketaatan kepada Allah. Tetapi apa yang terjadi setelah dia, menjadi kaya, justru ketika keduniaan dan kekayaan datang kepadanya, sya’alabah tidak bisa mempertahankan ketaatannya kepada Allah Ta’ala. Jadi sungguh keliru kalau ada orang yang mengatakan agama ini mudah di amalkan kalau kita ada kekayaan. Buktinya pada hari ini mesjid yang berada di lingkungan yang orang-orangnya berada dalam kemiskinan dengan mesjid yang berada di lingkungan orang-orang kaya, maka mesjid yang di lingkungan orang-orang miskin lebih makmur daripada mesjid yang ada di lingkungan orang kaya.

Note penulis :

Hari ini banyak orang yang berlomba-lomba membangun mesjid yang bagus-bagus, besar-besar, dan indah indah. Dengan harapan kata mereka bahwa kalau semakin bagus mesjidnya, semakin nyaman, semakin bersih, maka orang-orang akan mudah datang ke mesjid. Buktinya hari ini berapa banyak mesjid megah yang nyaman dan bagus-bagus tapi sepi dari jemaah. Ini membuktikan tidak ada jaminan mesjid nyaman bisa mendatangkan jemaah karena itu semua tergantung pada keimanan seseorang. Mesjid Nabi SAW dahulu di madinah awal mulanya hanya mesjid yang terbuat dari pohon-pohon kurma pembatasnya dan tidak ada karpet, hanya tanah saja. Namun mesjid Nabi SAW makmur dengan amalan mesjid dan jemaahnya. Ini karena ketika Nabi SAW membangun mesjid, Nabi SAW juga sudah siap meluangkan waktu untuk memakmurkan mesjid dan menghidupkan amalan-amalan mesjid.

Ini musti kita tanamkan dalam hati kita bahwa kekayaan dan kekuasaan bukanlah datang daripada suatu tujuan, dan bukan juga tanda daripada kejayaan dan kesuksesan. Melainkan semua itu, harta, kekuasaan, jabatan, kemiskinan, kesehatan, dan keadaan-keadaan lainnya merupakan ujian bagi kita daripada Allah Ta’ala. Tetapi yang menjadi tujuan daripada hidup kita seharusnya adalah menyempurnakan ketaatan kepada Allah. Taat kepada Allah inilah yang menjadi tujuan kita. Kebahagiaan itu akan datang daripada ketaatan kepada Allah, di dalam agama yang sempurna. Apabila agama sempurna kita amalkan dalam kehidupan kita maka kejayaan dan kesuksesan akan Allah datangkan kepada kita. Jadi bukanlah mengenai perkara kaya atau miskinnya seseorang, tetapi mengenai ketaatannya kepada Allah, mengenai kesempurnaan agama dalam dirinya. Hanya dengan agama saja maka kemuliaan itu akan datang kepada seseorang.

Allah sudah ceritakan pada kita dalam Al Qur’an tentang manusia-manusia yang terdahulu agar kita bisa mengambil pelajaran daripadanya :

1. Bagaimana Namrud dan Firaun mempunyai kekuasaan dan kekayaan, tetapi karena tidak ada ketaatan kepada Allah maka Allah binasakan kehidupannya. Mereka Allah cap sebagai orang-orang yang gagal dalam kehidupannya dunia dan akherat. Berbeda dengan Nabi Sulaiman AS, Allah berikan kepadanya kekayaan dan kekuasaan melebihi manusia-manusia pada umumnya sampai akhir jaman, tetapi semua itu dia gunakan untuk mentaati perintah-perintah Allah. Maka apa yang didapatkan oleh Nabi Sulaiman AS, Allah beri Nabi Sulaiman AS kejayaan dan kesuksesan dunia dan akherat. Jadi kejayaan dan kesuksesan bagi orang kaya, pejabat atau seorang penguasa ini adalah jika dia bisa menggunakan keadaan yang dia miliki untuk taat kepada Allah. Sedangkan orang kaya atau pejabat bisa gagal dan binasa dalam kehidupannya walaupun dia memiliki segalanya, bila dia tidak taat kepada Allah Ta’ala.

2. Allah berikan jabatan pada Hamman sebagai Perdana Mentri tetapi dia tidak taat kepada Allah, maka Allah gagalkan kehidupannya dunia dan akherat. Berbeda dengan Nabi Yusuf AS yang juga mempunyai jabatan Perdana Mentri seperti Hamman. Allah berikan jabatan kepada Nabi Yusuf AS sebagai perdana mentri, tetapi dia gunakan jabatannya itu untuk taat kepada Allah, maka Nabi Yusuf AS telah sukses dan berjaya pada masanya.

Jadi yang harus kita perjuangkan ini bukanlah bagaimana kita harus jadi kaya melainkan bagaimana supaya kita dapat taat kepada Allah Ta'ala. Seluruh Nabi-nabi SAW mengajak manusia untuk taat kepada Allah, agar ummat manusia ketika itu bisa jaya dan sukses di dunia dan akherat. Semua Nabi mengajak kaumnya untuk berjuang agar bisa taat kepada Allah. Tidak ada seorang Nabipun yang mengajak kaumnya untuk berjuang mencari kekayaan dan kekuasaan agar bisa taat kepada Allah ataupun agar bisa jaya dan sukses. Tetapi mereka para Nabi AS menyeru langsung kepada yang kaya dan yang miskin untuk taat kepada Allah bila ingin kejayaan dan kebahagiaan datang kepada mereka. Hari ini kita keliru, tiap hari kesibukannya kita berjuang untuk menjadi kaya bukannya berjuang untuk menjadi orang yang taat kepada Allah Ta’ala. Makanya hari ini senantiasa kita lihat daripada kehidupan ummat yang datang hanyalah kegagalan demi kegagalan dalam kehidupan mereka. Hari ini yang kita dengar dari ummat adalah pengaduan-pengaduan, keluhan-keluhan, dan masalah-masalah yang datang silih berganti. Ini semua dikarenakan apa yang mereka usahakan dan mereka perjuangkan bukanlah yang semestinya. Mereka berpendirian untuk bisa taat harus jadi kaya dulu, masalah datang karena kita tidak kaya, masalah itu datang daripada kemiskinan. Inilah kesalah fahaman ummat pada hari ini. Masalah itu datang bertubi-tubi bukanlah disebabkan daripada kemiskinan, tetapi masalah datang bertubi-tubi dikarenakan kita sudah meninggalkan daripada ketaatan kepada Allah. Orang yang tidak taat kepada Allah pasti Allah datangkan masalah-masalah. Masalah-masalah yang datang di dunia ini hanya bersifat sementara saja, tetapi masalah yang sebenarnya, masalah yang paling besar, akan datang di akherat nanti. Masalah ini tidak akan bisa diselesaikan dengan kekayaan ataupun kekuasaan, masalah akan hilang dari kita hanya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Hari ini kita menyangka menyelesaikan masalah itu dapat melalui pinjaman-pinjaman uang. Bukan itu yang menyebabkan masalah terselesaikan. Jadi menghapus masalah itu bukanlah dengan pinjaman-pinjaman uang agar masalah-masalah dapat berhenti dan terselesaikan. Walaupun kita dihujani dengan pinjaman-pinjaman tetapi kalau kita tidak taat kepada Allah pasti kegagalan demi kegagalan akan datang kepada kita.

note penulis :

Seperti IMF atau Bank Dunia yang meminjamkan uang kepada Indonesia untuk mengatasi Krisis Ekonomi 1997 – 2001. Kita berusaha menyelesaikan masalah ekonomi yang menyebabkan moral manusia jadi rusak, kejahatan meningkat, maksiat dimana-mana. Tetapi apa yang terjadi ternyata bantuan-bantuan keuangan tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada. Ummat tetap kedatangan mesalah silih berganti. Dari krisis ekonomi, krisis moral, krisis kepemimpinan, sampai krisis multi dimensional. Masalah terus berkepanjangan dan datang bertubi-tubi silih berganti.

Usaha yang benar untuk menghilangkan segala masalah-masalah yang menimpa kita hanya ada satu yaitu taatkan diri kita kepada Allah. Ajak ummat ini untuk taat kepada Allah baru Allah akan selesaikan masalah-masalah yang menimpa ummat itu tadi. Pertolongan Allah akan datang dalam kehidupan kita hanya dengan jalan taat kepada Allah. Allah tidak pernah menjanjikan pertolonganNya dengan jalan meningkatkan dan mencari kekayaan atau kekuasaan. Allah akan bersama dengan kita, dan pertolongannya akan datang kepada kita, apabila kita taat kepada Allah. Allah akan bersama kita apabila kita memiliki sifat-sifat yang dicintai Allah Ta’ala.

Tanamkan dalam diri kita bahwa perjuangan yang benar, perjuangan yang bisa membawa kesalamatan pada diri kita dunia dan akherat, hanya perjuangan untuk menjadi taat kepada Allah Ta’ala. Berjuang bagaimana supaya agama dapat wujud dalam kehidupan kita. Agama bukan hidup dari mewujudkan kebendaan-kebendaan. Allah berikan contoh-contoh dalam Al Qur’an :

1. Kaum Saba berjuang dan berhasil mewujudkan dalam kehidupan mereka pertanian yang makmur dan maju. Tetapi karena tidak ada ketaatan kepada Allah maka Allah datangkan adzab kepada mereka berupa banjir besar.

2. Kaum Madyan telah datang kepada mereka kemajuan dalam bidang perdagangan. Mereka mampu membuat sistem perdagangan yang maju. Mereka adalah orang-orang yang sukses dalam perdagangan dan dalam usahanya. Tetapi karena mereka tidak taat kepada Allah, maka Allah datangkan adzab berupa hujan api kepada mereka.

3. Kaum Tsamud yang kehidupan mereka ini merupakan para ahli arsitektur dan pembangunan tata kota yang maju. Mereka memiliki rumah-rumah dan gedung-gedung yang indah-indah diambil daripada gunung-gunung yang ada. Namun asbab tidak ada ketaatan dalam kehidupan mereka, maka Allah datangkan adzab berupa teriakan malaikat yang menyebabkan kematian bagi seluruh kaum Tsamud.

4. Kaum Ad yang dalam kehidupan mereka telah menjadi ahli dalam bidang kekuatan badan dan stamina yang prima sehingga membuat diri mereka sombong dan berkata, “Siapa bangsa yang lebih kuat dari kami.” Asbab tidak ada ketaatan dalam kehidupan mereka, maka Allah datangkan adzab berupa angin sorsor yang dahsyat yang membinasakan mereka.

Semua ini Allah ceritakan dalam Al Quran sebagai pedoman bagi kita, agar kita bisa belajar daripada kesalahan umat-umat terdahulu. Bahwa kejayaan dan kebahagiaan bukanlah datang daripada kemajuaan kebendaan, perdagangan, keduniaan, atau kemajuan ekonomi dan pembangunan. Walaupun semua keduniaan yang kita miliki maju, kebendaan meningkat, ekonomi baik, perdagangan lancar, kesehatannya baik, pertaniannya makmur, tetapi kalau tidak taat kepada Allah maka kehancuran dan kebinasaan akan mendatangi kita. Kita digalakkan untuk mengajak orang-orang memberantas kemiskinan. Ini tidak akan merubah keadaan, masalah tetap akan berdatangan walaupun kemiskinan telah teratasi. Tetapi ajak orang untuk memberantas ketidak taatan kepada Allah. Jika kita mengajak orang untuk taat kepada Allah dan memberantas segala bentuk ketidak taatan kepada Allah baru kebahagiaan akan datang dalam kehidupan ummat. Walaupun kemiskinan telah diberantas, tetapi kalau ketidak taatan tidak diberantas maka tetap kegagalan akan datang dalam kehidupan kita. Jadi yang harus diberantas dari permukaan bumi ini adalah ketidak taatan kepada Allah. Kemaksiatan, kemungkaran, dan kedzaliman inilah yang harus diberantas dengan menegakkan agama Allah. Jika agama ditegakkan baru dunia ini akan aman dan tentram. Inilah yang di usahakan para Nabi AS.

Kaya atau Miskin adalah sudah ketetapan daripada Allah Ta’ala. Banyak hubungannya dengan Qudrattullah, dengan takdir. Jadi kaya atau miskin ini ditentukan dengan takdir bukan dengan usaha. Kaya atau miskinnya seseorang bukan ditentukan oleh usaha dia, tetapi lebih ditentukan oleh takdir Allah, ketentuan Allah Ta’ala. Ada sebagian manusia yang Allah telah tentukan untuk menjadi kaya, dan ada juga sebagian manusia yang Allah tentukan menjadi miskin. Tetapi ini bukan berarti Allah tidak adil. Orang kaya bisa bahagia dengan taat kepada Allah. Orang miskinpun bisa bahagia dengan taat kepada Allah. Bukan orang kaya saja yang bisa taat kepada Allah, orang miskinpun juga bisa asal dia mau.

Jika hari ini kita menyangka jika masalah timbul karena kemiskinan ini adalah bisikan setan. Padahal Allah firmankan alamAl Qur’an bahwa syetan itu suka menakut nakuti kita dengan kemiskinan dan kefakiran. Sehingga hari ini banyak orang tertipu oleh syetan, mereka berjuang meninggalkan kemiskinan, tetapi agama ditinggalkan. Inilah tabiat manusia pada hari ini, mereka berjuang memperkaya diri, agama ditinggalkan. Orang semacam ini maka hatinya akan senantiasa miskin. Selalu dalam keadaan khawatir dan ketakutan.

Allah berfirman dalam Hadits Qudsi mahfum :

“wahai hambaku luangkanlah waktumu untuk beribadah kepadaku maka niscaya aku akan cukupkan kehidupanmu, aku akan hapuskan kemiskinan dan kefakiran hatimu. Tetapi kalau kamu tidak mau meluangkan waktumu untuk beribadah kepadaKu maka aku tidak akan hapuskan kafakiran dan kemiskinan daripada hatimu.”

Note :

Hari ini orang menyangka agama ini adalah penghalang seseorang untuk bisa jadi kaya, dan bisa menyebabkan orang menjadi miskin. Padahal kaya miskin seseorang bukanlah dilihat dari kebendaannya tetapi dari hatinya. Orang miskin jika di hatinya ada sifat Qona’ah, maka Allah akan masukkan rasa kaya di hatinya. Tetapi orang kaya tidak punya Sifat Qona’ah maka Allah akan masukkan kedalam hatinya rasa ketakutan terutama pada kemiskinan. Dia akan selalu merasa kurang, selalu merasa tidak cukup, selalu ketakutan jatuh miskin, akhirnya dia tetap jadi peminta-minta juga seperti pengemis saja. Minta proyek lah, minta jatah lah, minta ditambah gajinya, dan lain-lain, selalu dalam keadaan minta-minta seperti pengemis.

Kisah :

Ada seorang sholeh yang kaya raya mengatakan, “Saya sebenarnya tidak mau menjadi kaya. Setiap datang harta dan kekayaan selalu saya sedekahkan, terus menerus saya selalu sedekahkan harta yang datang.” Tetapi senantiasa dia sedekahkan hartanya, senantiasa pula harta kekayaan berdatangan. Sehingga dia bertanya pada ulama solusinya dan jalan keluarnya agar bisa jadi miskin. Lalu ulama katakan walaupun kamu berusaha untuk jadi miskin, tetapi jika Allah sudah putuskan kamu untuk jadi kaya niscaya kamu tidak akan pernah bisa jadi miskin.

Jadi itulah ketentuan Allah, walaupun kita tidak mau menjadi miskin tetapi Allah tidak tentukan kita menjadi orang kaya, maka tidak pernah kaya kita jadinya. Kenapa kemiskinan harus kita takuti ? padahal yang harus kita takuti adalah tidak taat kepada Allah, ini yang harus kita takuti, bukannya kemiskinan. Hari ini kita telah salah faham mau memberantas kemiskinan tetapi ketidak taatan kepada Allah tidak diberantas. Tidak mungkin masalah akan selesai jika ketidak taatan kepada Allah kita biarkan. Seharusnya yang diperjuangkan adalah usaha untuk memberantas ketidak taatan kepada Allah. Jadi memberantas kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah, inilah usaha yang seharusnya diperjuangkan. Caranya bagaimana ? yaitu dengan menghadirkan agama Allah SWT. Inilah yang diusahakan para Nabi dan ini lah yang yang diusahakan Rasullullah SAW. Jika kita mempercayai Nabi SAW, maka ikutilah, perjuangkan daripada usaha Rasullullah SAW. Bahkan kalau kita lihat Rasullullah SAW minta kemiskinan kepada Allah untuk bisa hidup di kalangan orang-orang miskin, dan mati dalam kemiskinan. Ini karena Nabi SAW melihat dan mengetahui bahwa kemiskinan itu bukan bahaya atau ancaman. Tetapi yang bahaya ini adalah ketidak taatan kepada Allah.

Note dari Penulis :

Seperti kita ketahui bahwa Nabi SAW sudah pernah melihat isi daripada Surga yang Allah telah janjikan. Diriwayatkan mahfum bahwa penghuni surga itu adalah sebagian besar dari pada golongan orang-orang miskin. Nabi SAW mengtahui bagaimana cintaNya Allah terhadap orang-orang miskin yang bersabar. Inilah sebabnya ketika Nabi SAW ditawarkan harta oleh Allah ta’ala, ditolak oleh Nabi SAW. Nabi SAW mengetahui bahwa kecenderungan umat ini lalai jika diberi harta. Inilah yang terjadi diantara sahabat seperti yang dikatakan oleh Abu Bakar RA bahwa ketika mereka (sahabat) diuji dengan kemiskinan mereka bisa bertahan, namun ketika di uji dengan harta hampir-hampir mereka tidak bisa bertahan. Inilah sebabnya Nabi SAW berkata mahfum bahwa fitnah terbesar dari ummatku ini adalah harta.

Fikir kita pada hari ini seharusnya bagaimana agama dapat hadir dalam kehidupan kita. Sebaimana kekayaan itu datang dengan perjuangan, begitu juga dengan agama, harus diperjuangkan untuk wujud dalam kehidupan kita.Jika agama ini tidak diperjuangkan, tidak di usahakan, maka agama ini sampai kapanpun tidak akan datang dalam kehidupan kita. Bahkan dikatakan bahwa walaupun kekayaan itu tidak diperjuangkan atau diusahakan, kalau sudah menjadi ketetapan dari Allah tetap akan datang juga. Beda dengan agama kalau tidak diusahakan tidak akan datang. Sedangkan dalam pekerjaan, kalau seseorang itu sakit dia akan tetap menerima gaji, keduniaan tetap datang kepadanya. Tetapi bukan berarti kebahagiaan itu bisa datang. Banyak orang yang memiliki keduniaan yang maju tetapi kehidupannya menjadi stress, banyak masalah, tidak bahagia, bahkan banyak yang bunuh diri, dan sebagainya. Inilah bukti bahwa keduniaan yang kita miliki bukanlah jaminan daripada kebahagiaan. Kebahagiaan dan ketenangan hanya akan datang jika kita taat kepada Allah.

No comments:

Post a Comment