Kita sebagai manusia kadang lupa akan tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini, dalam group ini mari kita sama sama saling mengingatkan satu sama lain atas pentingnya Iman, Usaha Atas Iman...tanpa melihat perbedaan diantara kita, kenapa kita tidak sama sama melihat persamaan di dalam ber Iman dan beribadah kepada Alloh SWT. Tidak lain Alloh SWT menciptakan kita sebagai manusia semuanya hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT.
Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan
PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...
waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun
[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.
qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin
[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
Wednesday, November 11, 2009
Surga Dekat dengan Siapapun 2
Yang membedakan antara mereka yang berbuat dosa itu adalah, ada yang bertaubat dan ada yang tidak mau bertaubat. Ingatlah, keimanan seorang muslim itu mengharuskan dirinya optimis pada rahmat dan ampunan Allah Swt.
Allah Swt berfirman :
“Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas pada diri mereka sendiri (berbuat dosa, melanggar hukum-hukum Allah), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah (ampunan dan kasih sayang-Nya). Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Az-Zumar 39,53)
Dalam surah Al-Furqan ayat 69 sampai dengan 71, Allah Swt berfirman :
“Yakni akan dilipat-gandakan azab untuknya (orang yang berbuat syirik, membunuh, dan berzina) pada Hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal shaleh. Maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shaleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS.Al-Furqan25,69-71)
Surga berikut rahmat di sisi-Nya tiada lain diperuntukkan bagi mereka yang senantiasa mau menyucikan diri dan bertaubat kepada Allah Swt dari segala dosa dan kesalahannya. Mereka itulah orang-orang yang diridhai Allah sehingga Dia menempatkan mereka di sisi-Nya.
Allah Swt berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan ialah surga ‘Adn, mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
(QS.Al-Bayyinah 98:7-8)
Keimanan dan kepercayaan manusia terhadap surga terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah sekelompok manusia yang tidak percaya atau tidak beriman akan adanya surga dan neraka. Bagi mereka, surga tidak lebih dari sekedar pelipur lara orang-orang yang mengaku dirinya shaleh dan taat agama. Demikian pula keimanan mereka pada neraka. Konon, neraka bagi mereka hanya alat yang dijadikan agama untuk mengungkung kebebasan hidup mereka di dunia.
Makna kehidupan bagi mereka adalah kehidupan saat ini, bukan kehidupan setelah mati nanti. Karenanya mereka tidak memiliki konsep kehidupan setelah kematian. Akhir dari kehidupan, bagi penganut keyakinan ini, adalah kematian itu sendiri. Termasuk golongan ini adalah kaum ateis (tidak mengakui Tuhan), agnostis (tidak beragama), dan penganut liberalsime berikut keturunannya.
Golongan kedua menganggap, surga hanyalah simbol belaka. Surga merupakan simbol kebahagiaan, seperti halnya neraka simbol kesengsaraan. Bagi kalangan ini, surga dan neraka lebih sesuai jika tidak dimaknai sebagai wujud lahir, melainkan sebuah konsep kehidupan yang bersifat duniawi semata. Menurut mereka, surga dan neraka hanya ada di dunia saja saat ini. Maksudnya, siapa yang berbuat baik hidupnya akan bahagia, dan siapa yang berbuat lalim hidupnya sengsara. Inilah pendapat kelompok substantivis yang ingin menyeret pemahaman surga dan neraka dalam makna yang substantif, tidak bermakna hakiki.
Menurut mereka, setiap perilaku hidup selalu menemukan “karma”nya (istilah ini diberi tanda kutip karena bukan berasal dari ajaran Islam tetapi dari agama Hindu), baik maupun buruk. Karenanya kelompok yang mengikuti pendapat ini ada yang berasal dari umat Islam dan lainnya. Padahal Islam tidak mengenal adanya karma kehidupan.
Pertanyaannya, bila orang yang berbuat jahat terlepas dari hukuman dunia, lantas dimanakah mereka menuai balasan atas perbuatannya ? Begitu juga, jika orang berbuat baik tidak diberikan penghargaan setimpal di dunia, dimanakah dia akan mendapatkan balasan atas segala kemuliaannya itu ? Sungguh hukum yang tidak adil dan bijaksana jika konsep kehidupan dirancang seperti itu.
Pendapat ketiga adalah pendapat orang-orang mukmin, yang mempercayai keberadaan surga dan neraka sebagai wujud lahir yang diciptakan Allah di akhirat sebagai bentuk penghargaan maupun balasan atas apa yang dilakukan seseorang saat hidup di dunia.
Bagi orang mukmin, meyakini surga dan neraka merupakan konsekuensi mutlak dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Artinya tidak utuh keimanan seseorang jika mengakui Allah dan Rasul-Nya namun mengingkari surga dan neraka-Nya. Keimanan ini sekaligus mengisyaratkan bahwa perilaku baik dan buruk, jelas memiliki konsekuensi langsung atau tidak, baik di dunia saat ini maupun di akhirat kelak.
No comments:
Post a Comment