Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Tuesday, November 10, 2009

Hati yang lembut seorang ibu


Hati seorang ibu begitu lembut. Tangis anaknya di tengah malam mampu membangunkan dirinya sekalipun tertidur lelap. Seorang ibu mampu menahan lapar demi untuk kebutuhan makan anak-anak agar tumbuh dewasa. Di setiap langkahnya senantiasa ada tetes airmata dan doa ibu bagi kebahagiaan anak-anaknya. Itulah sebabnya Baginda Nabi Muhamad SAW bersabda, 'aljannatu tahta akdamil ummahat' artinya, 'surga itu di bawah telapak kaki ibu.'

Begitu mulianya hati seorang ibu, demikian halnya ibu yang saya kenal. Beliau mengadukan perilaku anak lelakinya yang tidak difahaminya. Kata ibu tersebut, anak lelakinya yang sekarang duduk pada semester 6 pada sebuah akademi bank sejak empat bulan lalu menunjukkan perilaku yang aneh, yaitu selalu mengurung diri dalam kamar.

Pulang dari kuliah, langsung masuk kamar, tidak mau makan bersama dengan keluarga, tidak juga duduk-duduk bersama dengan keluarga. Makan dan minum ia ambil sendiri ketika tidak ada orang dan ia makan di kamarnya. Setiap ditanya ada masalah apa, ia selalu menjawab nggak apa-apa, saking tidak fahamnya, ayahnya sering memarahinya, dan semakin dimarahi membuatnya menjadi semakin diam dan semakin mengurung diri.

Jika ada teman-teman kuliahnya datang, ia juga tidak bersedia menemuinya dengan alasan kurang sehat. Pokoknya, kata ibunya, saya benar-benar tidak faham, tidak mengerti, dan akhirnya saya cemas. Pernah dibawa ke psikiater, tetapi ia tetap diam, tidak mau menjawab, dan ia pun merasa enggan dibawa ke psikiater. Kata ibunya, anaknya rajin salat, dan bahkan selama mengurung diri sering dipergokinya malam hari sedang salat malam.

Dari ceritera ibunya, maka saya menduga bahwa anaknya merasa tertekan karena melakukan suatu perbuatan dosa yang tidak diketahui keluarganya. Ia merasa berdosa besar, tetapi ia tidak mungkin menceriterakannya kepada keluarganya. Semakin hari ia menjadi semakin tertekan, karena dikejar-kejar oleh perasaan berdosa. Jiwanya menjadi gelap karena terkurung oleh perasaan berdosa.

Kepada ibu itu saya minta agar anaknya diajak main ke Rumah Amalia untuk ngobrol-ngobrol. Ketika datang ke rumah, saya minta ibunya pulang dulu saja, sekitar tiga jam lagi biar supir menjemput, dan pemuda itu saya ajak jalan-jalan.

Dalam obrolan perjalanan, saya katakan bahwa saya sudah tahu permasalahannya dan memberi tahu bahwa sebenarnya Alloh SWT telah mengampuni dosanya, karena kamu telah dipenjara selama empat bulan oleh hati nuranimu sendiri. Dan nurani itu mempunyai hotline dengan Alloh SWT. Alloh mendengar tangisanmu ketika kamu salat malam. Saya katakan bahwa jangan kau kira Alloh itu galak, Alloh SWT itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alloh SWT tersenyum lho melihat kamu menyesali perbuatanmu. Sudahlah, yang penting sekarang kau harus memulai lembaran baru, waspada di hari yang akan datang, jangan sekali-kali kau ulangi perbuatanmu.

Ternyata ia cukup dua kali saja bertemu saya, dan pertemuan keduapun hanya untuk mengajak sholat berjamaah di Masjid Al-Hikmah dekat rumah, tidak berbicara lagi tentang masa lalu, tetapi berbicara tentang masa depan.

Ibunya memberitahukan saya, menyatakan keheranannya atas kesembuhan anaknya, dan menanyakan problem apa sebenarnya yang selama ini dipendam oleh anaknya, maka saya jawab, tidak penting yang sudah lalu, yang penting masa depan, saya jawab demikian karena sebenarnya sampai akhirpun saya tidak tahu, tetapi pemuda itu merasa bahwa saya telah mengetahui rahasianya, padahal yang sebenarnya saya benar-benar tidak tahu karena memang tidak menanyakannya.

Seseorang merasa tidak akan diampuni Alloh SWT atas dosa yang telah diperbuatnya, karena ia tidak tahu bahwa Alloh Maha Pengampun. Perasaan berdosa itu membuatnya tertekan dan tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Untungnya ia termasuk pemuda yang taat beragama, meskipun masih dalam proses belajar. Akhirnya betapa bahagianya Sang Ibu melihat perkembangan putranya yang bisa berkumpul kembali bersama keluarganya. Sayapun turut berbahagia melihat kebahagiaan Ibu itu. begitulah hati Sang Ibu, sangat lembut dan penuh cinta kasih kepada putranya.

Oleh : Kang Arie Ramdani

No comments:

Post a Comment