Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Tuesday, November 10, 2009

Beberapa Kutipan Hadits tentang Shalat 3


Hadits 5
Abdullah bin Abu Qatadah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Pencuri yang paling buruk adalah yang mencuri dalam shalatnya.” Para sahabat bertanya apakah yang dimaksud dengan mencuri dalam shalat. Dijawabnya, “Yaitu orang yang tidak menyempurnakan ruku dan sujud dalam shalatnya.” (HR.ad Darami – at Targhib)

Masih banyak lagi hadits yang maknanya hampir sama. Mencuri adalah perbuatan yang sangat memalukan dan seorang pencuri sangat dibenci oleh semua orang. Apalagi yang dikatakan Rasulullah saw sebagai “pencuri yang paling buruk.”

Abu Darda ra menceritakan : Suatu ketika Rasulullah saw menengok ke langit lalu bersabda, “Ilmu pengetahuan akan diangkat dari dunia ini.”

Ziyad ra bertanya, “Bagaimana ilmu pengetahuan itu akan diangkat sedangkan al Quran sedang diajarkan kepada anak-anak dan akan diteruskan pada masa-masa yang akan datang dalam keadaan sejahtera.”

Rasulullah saw bersabda, “Ziyad, aku selalu menganggap engkau sebagai orang yang pintar. Tidakkah engkau melihat, orang-orang Yahudi dan Nasrani juga mengajarkan kitab mereka kepada anak-anak mereka ? Apakah hal itu menjauhkan mereka dari kemunduran ?”

Salah satu murid Abu Darda ra berkata “Setelah mendengar hadits ini dari Abu Darda ra aku pergi menemui Ubaidah ra sambil membacakan hadits ini kepadanya. Katanya, “Abu Darda ra benar. Maukah engkau diberitahu apa yang pertama-tama akan dicabut dari dunia ini ? Yaitu khusyu dalam shalat. Engkau akan melihat, tidak seorang pun dalam jamaah yang mengerjakan shalat dengan khusyu.”

Hudzaifah ra – penyimpan rahasia Rasulullah saw – mendengar, “Khusyu dalam shalat adalah yang pertama kali akan lenyap.”

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Allah Swt tidak memperdulikan shalat yang ruku dan sujudnya tidak dilakukan dengan sempurna.”
Sebuah hadits lain berbunyi, “Ada orang yang telah mengerjakan shalat selama enam puluh tahun tetapi tidak satu pun shalatnya yang diterima oleh Allah Swt karena ia tidak memperhatikan ruku dan sujud di dalam shalatnya.”

Mujaddid Alfitsani Syaikh Ahmad Sarhindi rah.a (semoga Allah Swt memberikan nur ke atas pusaranya) dalam kitabnya menegaskan tentang ketertiban melakukan shalat. Ia menerangkan perkara ini hampir setengah dari isi kitabnya. Dalam salah satu sarannya ia menulis, “Sangat penting untuk diperhatikan, yaitu merapatkan jari-jari tangan ketika sujud dan merenggangkannya ketika ruku.”

Katanya lagi, “Pusatkan perhatian ke tempat sujud ketika berdiri, ke kaki ketika ruku, ke hidung kita ketika sujud dan lengan kita ketika duduk dalam tahiyat akan mendatangkan khusyu dalam shalat. Hanya dengan memperhatikan aturan-aturan itu saja sudah dapat menambah nilai shalat kita, maka bayangkan betapa banyak manfaat yang akan kita peroleh kalau kita melaksanakan aturan-aturan seluruhnya dengan sungguh-sungguh baik sunat maupun yang fardhu.

Hadits 6
Ummi Ruman r.ha – ibunda Aisyah r.ha – berkata “Ketika aku sedang mengerjakan shalat dengan tidak sengaja, kadang-kadang badanku miring ke kiri dan ke kanan. Ketika Abu Bakar Shiddiq melihat hal itu, ia menghardikku dengan kasar sehingga hampir saja aku meninggalkan shalat dengan perasaan takut. Ia memberi tahuku bahwa ia telah mendengar Rasulullah saw bersabda “Apabila seseorang berdiri dalam shalat, hendaknya menjaga badannya agar jangan bergerak dan jangan berbuat seperti orang Yahudi. Karena berdiam dan tidak bergerak (kecuali gerakan shalat) termasuk kesempurnaan shalat.”
(HR.Hakim dan Tirmidzi)

Menjaga badan supaya jangan bergerak-gerak ketika mengerjakan shalat diperintahkan dalam beberapa hadits. Pada mulanya Rasulullah saw suka memandang ke langit dengan harapan Jibril as akan membawa wahyu kepadanya sehingga kadang-kadang tidak disadarinya hal ini dilakukan ketika shalat. Kemudian turunlah ayat di bawah ini :

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang beriman, yaitu orang yang khusyu dalam shalatnya.” (QS.al Mukminun 23:1-2)

Setelah itu beliau saw selalu memandang ke bawah ketika sedang shalat.

Diceritakan juga para sahabat r.hum kadang-kadang melirik ke sana ke sini ketika shalat. Tetapi setelah ayat-ayat ini diturunkan, mereka segera menghentikan kebiasaan itu. Abdullah bin Umar ra berkata, “Apabila para sahabat r.hum berdiri dalam shalatnya, mereka tidak memandang ke kiri atau ke kanan, mereka berdiri tegak dengan pandangan tertuju ke tempat sujud semata-mata sambil mengingat Allah Swt, Rabb mereka.”

Ali karramallahu wajhahu ditanya oleh seseorang, “Apakah khusyu itu ?” Dijawabnya, “Khusyu adalah di dalam hati, yaitu memusatkan ingatan kepada Allah Swt ketika shalat dan tidak bertawajjuh ke arah lain.”

Abu Bakar ra menceritakan, “Rasulullah saw suatu kali pernah bersabda, “Berlindunglah kepada Allah dari khusyu pura-pura.” Kami bertanya, “Apakah itu khusyu pura-pura itu ?” Jawab Rasulullah, “Pura-pura khusyu padahal nifaq tersembunyi dalam hati.”

Abu Darda ra meriwayatkan hadits yang serupa, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Nifaq dalam shalat ialah orang itu pada lahirnya khusyu tetapi dalam hatinya kosong tidak ada apa-apa.”

Qatadah ra berkata, “Untuk khusyu dalam shalat, hati harus penuh dengan mengingat Allah Swt dan mata hendaklah memandang ke bawah.”

Suatu kali Rasulullah saw melihat orang sedang menyisir-nyisir janggutnya ketika shalat. Beliau menegurnya dengan bersabda, “Kalau hatinya penuh khusyu maka seluruh badannya tidak akan bergerak.”

Aisyah r.ha bertanya kepada Rasulullah saw mengenai pendapatnya tentang melihat ke sana sini ketika shalat. Jawabnya, “Itu adalah kerusakan dalam shalat oleh syetan.” Rasulullah saw bersabda, “Orang-orang yang suka melihat ke sana sini di dalam shalatnya hendaknya menghentikannya, karena takut pandangannya tidak akan dikembalikan kepadanya.”

Banyak para sahabat dan tabi’in yang berkata, khusyu itu adalah tenang dalam shalat. Rasulullah saw bersabda, “Shalatlah dengan khusyu seolah-olah ini adalah shalatmu yang terakhir sebelum engkau mati.”

No comments:

Post a Comment