
Hadits 3
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, sungguh orang itu akan bahagia dan berhasil, tetapi apabila shalatnya rusak, maka ia akan menyesal dan merugi. Jika sekiranya ada kekurangan dalam shalat fardhunya, Allah Swt akan berfirman kepada malaikat, “Carilah dalam catatan, mungkin hamba-Ku mengerjakan shalat sunat, maka kekurangan dalam shalat fardhunya akan disempurnakan dengan shalat sunatnya. Kemudian seluruh amal yang lainnya akan dihisab seperti itu juga.” (HR.Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan supaya kita selalu mengerjakan shalat-shalat sunat untuk menutupi kekurangan dalam shalat fardhu. Tapi sayang, tabiat manusia biasanya hanya menunaikan shalat fardhu saja. Shalat nafil seolah-olah untuk alim ulama saja. Memang cukup memadai dengan shalat fardhu yang sempurna, tetapi untuk menyempurnakannya bukanlah hal yang mudah, setiap rukun-rukunnya harus benar-benar disempurnakan. Kemungkinan besar masih terdapat kekurangan di sana sini dan tidak ada jalan lain yang dapat menggantikan kekurangan itu kecuali melalui shalat sunat.
Ada satu hadits mengenai hal ini dengan makna yang lebih luas yang berbunyi, Shalat fardhu adalah satu kewajiban yang paling utama yang diperintahkan oleh Allah Swt dan pertama kali dihadapkan ke hadirat Allah Swt dan yang pertama kali akan dihisab pada Hari Hisab. Apabila shalat fardhu dikerjakan tidak sempurna maka kekurangan itu akan dipenuhi dengan shalat nafil. Demikian pula dengan shaum bulan Ramadhan yang dihisab kemudian, jika terjadi kekurangan akan dipenuhi dengan shaum nafil. Demikian juga zakat yang akan dihisab setelah itu, maka amalan-amalan nafil akan menyempurnakannya dan memperberat timbangan.
Telah menjadi amalan Rasulullah saw apabila ada yang baru memeluk Islam, maka yang pertama diajarkan kepadanya adalah shalat.
Hadits 4
Abdullah bin Qurath ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Yang pertama kali akan dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalannya, dan jika shalatnya buruk, maka buruklah amalan-amalan yang lainnya.” (HR.Thabrani)
Ketika Umar ra menjadi Khalifah, ia mengeluarkan suatu pengumuman yang dikirim kepada setiap kepala daerah, “Aku memandang shalat adalah kewajiban yang paling penting. Orang yang menjaga shalatnya dengan penuh perhatian, maka akan menjaga juga perintah-perintah yang lain dalam agama Islam, tetapi jika kalian meninggalkan shalat maka dengan mudah kalian akan meninggalkan ajaran-ajaran yang lain.”
Hadits Rasulullah saw dan maklumat Khalifah Umar ra di atas diperkuat dengan hadits yang berbunyi, “Syetan takut kepada seorang muslim selama ia menjaga shalatnya dengan sempurna, tetapi apabila ia melalaikan shalatnya, maka syetan akan datang untuk menyesatkannya, setelah itu mereka akan mudah digoda untuk melakukan dosa-dosa besar dan berat.”
Inilah maksud firman Allah Swt yang berbunyi :
“….Sesungguhnya shalat itu menghalangi perbuatan keji dan mungkar…”
(QS. Al Ankabuut 29, 45)
No comments:
Post a Comment