
Hati ini ibarat lahan sebidang tanah, perlu diolah, dirawat dan dipelihara. Jika tanah dibiarkan saja tanpa adanya pengolahan (dicangkuli, disirami, dan dipupuk) maka lambat laun akan tumbuh rumput. Apabila rumput sudah mulai tumbuh maka tanah tadi akan didatangi binatang-binatang seperti kambing dan sapi. Maka hati manusia pun akan seperti perilaku sapi dan kambing. Berpikir mencari makan saja, kemudian kawin dan beranak, kemudian mati. Begitulah seterusnya. Yang ada dipikiran manusia sekelas dengan sapi, memikirkan urusan perut (makanan dan di bawah perut (syahwat).
Kemudian tanah masih dibiarkan tidak diolah, maka yang akan tumbuh adalah ilalang atau semak belukar. Binatang yang akan mendatangi tanah itu adalah sejenis binatang berbisa seperti ular dan kalajengking. Sifat-sifat kedua hewan itu pun yang senantiasa menebar bencana dengan bisanya akan menular kepada hati manusia. Sifat-sifat ular dan kalajengking tumbuh pada diri manusia. Manusia menjadi sumber perpecahan dan pertengkaran dengan sebab lisannya, ke mana-mana membuat orang lain menderita. Apabila tanah itu masih dibiarkan tidak diolah maka tanah tersebut akan menjelma menjadi hutan belantara dan binatang yang datangnya pun adalah harimau. Harimau mempunyai sifat memaksakan kehendak dan menghalalkan segala cara untuk memuaskan nafsunya dan menunaikan keinginannya. Maka hati manusia pun cenderung seperti sifat-sifat harimau. Manusia akan menghalalkan segala cara demi mencapai keinginannya. Tak peduli caranya itu dengan perbuatan maksiat seperti penipuan, perampokan, korupsi, kolusi, nepotisme dan penindasan. Yang ada di benak harimau sang raja hutan adalah yang penting dirinya bahagia tidak peduli orang lain sengsara dan menderita.
No comments:
Post a Comment