Kita sebagai manusia kadang lupa akan tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini, dalam group ini mari kita sama sama saling mengingatkan satu sama lain atas pentingnya Iman, Usaha Atas Iman...tanpa melihat perbedaan diantara kita, kenapa kita tidak sama sama melihat persamaan di dalam ber Iman dan beribadah kepada Alloh SWT. Tidak lain Alloh SWT menciptakan kita sebagai manusia semuanya hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT.
Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan
PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...
waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun
[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.
qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin
[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
Saturday, May 29, 2010
Perasaan Takut Abu Bakar RA
Namun demikian, ia masih memiliki perasaan takut (khauf) yang tinggi kepada Allah Swt. Ia sering berkata “Alangkah baiknya seandainya aku menjadi sebatang pohon yang kemudian ditebang dan dijadikan kayu bakar.” Kadang-kadang ia berkata, “Alangkah baiknya kalau aku sehelai rumput yang akan habis dimakan binatang ternak.”
Pada suatu hari ia pergi ke sebuah taman dan melihat seekor burung sedang berkicau, ia berkata, “Wahai burung, sungguh beruntung kamu, kamu makan, minum dan terbang di antara pepohonan tanpa perasaan takut kepada hari akhirat. Andaikan Abu Bakar menjadi sepertimu.”
Rabi’ah Aslami ra bercerita : Aku pernah bertengkar dengan Abu Bakar, dalam pertengkaran itu ia mengeluarkan kata-kata kasar kepadaku. Tetapi kemudian ia segera menyadari kesalahannya itu lalu berkata, “Ucapkanlah kata-kata kasar itu sebagai balasan kepadaku.” Tetapi aku menolaknya. Ia berkata, “Kamu harus mengatakannya, kalau tidak, aku akan mengadukannya kepada Rasulullah saw, “Aku pun tetap menolaknya, maka ia pun berdiri lalu meninggalkanku.
Beberapa orang dari Bani Aslam yang menyaksikan peristiwa ini berkata, “Aneh sekali orang ini, ia yang memulai, ia sendiri yang akan mengadukan kepada Rasulullah saw.”
Aku berkata kepada mereka, “Tahukah kalian, siapa dia ? Dia adalah Abu Bakar, menyakitinya berarti menyakiti Rasulullah saw dan menyakiti Rasulullah berarti menyakiti Allah. Kalau perbuatanku ini menyakiti Allah, siapakah yang dapat menyelamatkanku ?”
Setelah berkata begitu, aku segera berdiri lalu pergi menemui Rasulullah saw. Aku menceritakan peristiwa tadi kepada beliau. Rasulullah saw berkata, “Keenggananmu untuk membalas dan menjawabnya, itu memang baik. Tetapi untuk menyenangkan hatinya, sebaiknya engkau berkata, “Semoga Allah memaafkanmu, wahai Abu Bakar.”
Hikmah: Begitulah perasaan takut yang dicontohkan Abu Bakar ra. Ketakutannya menerima pembalasan di akhirat karena kata-katanya yang sepele, menyebabkan ia memaksa Rabi’ah Aslami untuk membalas perbuatannya. Penyesalan dan penderitaan batinnya akibat kesalahannya menyebabkan ia mengadukan peristiwa itu kepada Rasulullah saw dengan harapan beliau dapat menolongnya.
Sedangkan pada hari ini, di antara kita sering terjadi caci-mencaci. Tetapi tidak ada sedikitpun dalam diri kita rasa takut tentang hari akhirat. Padahal di sana segala perbuatan kita akan dibalas. Bandingkanlah dengan perasaan takt Ab Bakar ra di atas.
No comments:
Post a Comment