Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Saturday, May 29, 2010

Sabar Terhadap musibah dan kesulitan hidup 6

Diriwayatkan dari Mujahid dari Abu Hurairah ra, di mana ia berkata :

“Demi Dzat yang tiada Tuhan kecuali Dia, sesungguhnya kadang-kadang aku terpaksa menekan perutku di tanah karena lapar, dan kadang-kadang aku terpaksa meletakkan batu pada perutku karena lapar. Pada suatu hari aku duduk di jalan yang biasa dipergunakan untuk lewat orang, lantas Abu Bakar lewat lalu aku menanyakan kepadanya tentang salah satu ayat Al-Quran yang sebenarnya aku tidak ingin bertanya melainkan agar ia mengajak aku ke rumahnya, namun ia pergi dan tidak mengajak aku. Kemudian Umar lewat, lalu aku tanyakan kepadanya tentang salah satu ayat Al-Quran yang sebenarnya aku tidak ingin bertanya melainkan agar ia mengajak aku ke rumahnya, namun ia pergi dan tidak mengajak aku. Kemudian Nabi saw lewat lalu tersenyum ketika melihat aku dan mengetahui apa yang ada dalam hatiku, lantas beliau bersabda : “Wahai Abu Hurairah”. Aku menjawab : “Labbaik ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “Ikuti aku”. Beliau berjalan dan aku mengikutinya. (Setelah sampai di rumah beliau), aku mohon izin (untuk masuk) lalu beliau mengizinkan aku, maka aku pun masuk, dan di situ aku melihat ada susu yang berada di mangkok, lantas beliau bertanya : “Dari mana susu ini ?”
Orang yang berada di rumah itu menjawab : “Si Fulan atau Fulanah menghadiahkan untukmu.” Beliau bersabda : “Wahai Abu Hurairah.” Aku menjawab : “Labbaik ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “Pergilah ke ahli shuffah dan panggilah mereka untuk kemari.” Perintah itu terasa berat bagiku, lalu aku berkata ; “Apakah artinya susu itu bila ahli shuffah datang, aku lebih pantas untuk mendapatkan susu itu untuk diminum sehingga bisa menguatkan badanku, akan tetapi tidak boleh tidak harus taat kepada Allah dan taat kepada rasul-Nya. Maka sampailah aku, dan aku mengundang mereka. Mereka datang (ke rumah beliau), lalu minta izin (untuk masuk) dan beliau pun mengizinkannya, lantas mereka duduk. Beliau bersabda : “Wahai Abu Hurairah, ambilah mangkok susu itu dan berikanlah kepada mereka”. Lalu aku mengambil mangkok itu dan aku berikan kepada orang (ahli shuffah) itu, lantas ia meminumnya hingga merasa puas, kemudian mangkok itu diedarkan ke yang lain, hingga akhirnya sampai kepada Nabi saw.
Setelah semua orang merasa puas, beliau mengambil mangkok itu dan mengangkatnya seraya bersabda : “Wahai Abu Hurairah”. Aku menjawab : “Labbaik ya Rasulullah”. Beliau bersabda : “Tinggal aku dan kamu”. Aku menjawab : “Benar, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda : “Duduk, dan minumlah”, maka aku pun duduk dan minum. Beliau bersabda : “Minumlah”, maka aku pun minum. Beliau terus-menerus menyuruh aku untuk meminumnya sampai akhirnya aku berkata : “Demi Dzat yang mengutus engkau dengan benar sebagai nabi, sudah tidak ada tempat lagi”. Kemudian kuserahkan kembali mangkok itu kepada beliau, lantas Nabi saw memuji kepada Allah dan meminum sisa susu itu”.

Al-Faqih mengatakan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw itu berada dalam kesulitan karena gangguan orang-orang kafir dan kelaparan, namun mereka sabar menghadapi semuanya itu, sehingga Allah memberi kelapangan kepada mereka. Setiap orang yang sabar akan diberi kelapangan oleh Allah, karena sesungguhnya kelapangan itu berada dalam kesabaran, dan sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Diriwayatkan dari Utsman bin Yasar, di mana ia berkata : “Aku datang ke Bahrain dan dijamu oleh seorang perempuan yang kaya, banyak anak dan banyak budak, namun aku melihat dia itu sedih. Ketika aku pamitan untuk pergi, ia bertanya kepadaku : “Apakah ada pesan ?” Dia menjawab : “Ya, jika kamu datang ke sini lagi, mampirlah ke rumahku ini”. Kemudian aku meninggalkan dalam waktu sekian lama, lantas aku datang lagi kepadanya, namun aku tidak melihat budak-budak yang menunggu di depan pintunya, lalu aku minta izin untuk masuk, saat itu dia kelihatan gembira dan berseri.
Aku bertanya kepadanya : “Bagaimana keadaanmu ?” Dia menjawab : “Sejak kepergianmu dari sini, setiap kali aku mengirimkan dagangan yang ada di darat selalu merugi, sehingga budak-budak dan anak-anakku habis”. Aku berkata kepadanya : “Semoga Allah mengasihani kamu. Waktu itu aku melihat kamu sedih, akan tetapi kini kamu kelihatan senang”. Dia menjawab : “Benar, ketika aku mempunyai dunia yang melimpah, aku takut bila kebaikan-kebaikanku dibayar kontan oleh Allah di dunia ini, akan tetapi ketika harta, anak-anak, dan budak-budakku telah habis, aku berharap semoga Allah menyediakan simpanan kebaikan di akhirat, maka aku merasa senang.”

Al-Hasan Al-Bashri meriwayatkan bahwa ada salah seorang sahabat melihat seorang perempuan yang dikenalnya sejak zaman Jahiliyah, kemudian ia menyapanya, lantas ia tinggalkan perempuan itu. Sahabat itu menoleh kepada perempuan itu, sehingga mukanya terbentur tembok. Dengan muka yang masih ada bekas benturan itu, ia datang kepada Nabi saw dan menceritakan benturan itu, ia datang kepada Nabi saw dan menceritakan peristiwa itu kepada beliau, kemudian beliau bersabda :

“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah menyegerakan siksaannya di dunia.”

Dari Ali bin Abi Thalib Kw, bahwasanya ia berkata : “Maukah kamu aku beri tahu ayat Al-Quran yang paling bisa memberi harapan ?” Mereka menjawab : “Tentu”. Kemudian Ali membaca ayat :

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahanmu.” (QS.Asy-Syuuraa,42:30)

Sebenarnya musibah-musibah di dunia ini tidak lain merupakan akibat dosa-dosa yang dikerjakan oleh orang yang bersangkutan. Apabila Allah telah menyiksanya di dunia, maka Allah tidak akan mengulangi lagi siksaan-Nya di akhirat nanti, dan apabila Allah memaafkannya, maka nanti pada hari kiamat Allah tidak akan menyiksanya.

Aisyah ra meriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda :

“Tiada satu musibah yang menimpa orang yang beriman sampai-sampai tertusuk duri, bahkan yang lebih ringan daripadanya, melainkan Allah menghapus satu dosa daripadanya.”

No comments:

Post a Comment