Kita sudah relatif jauh berjalan,
Banyak yang sudah kita lihat dan yang kita raih,
Tapi banyak juga yang masih kita keluhkan:
Rintangan yang menghambat,
Goncangan yang melelahkan fisik dan jiwa,
Suara-suara gaduh yang memekakkan telingan dari mereka yang mengobrol tanpa ilmu,
dan tikungan tajam yang menegangkan, dan masih banyak lagi...
Jadi mari kita berhenti sejenak disini! Ber-itikaf...
Kita memerlukan saat saat itu:
Saat dimana kita melepaskan kepenatan yang mengurangi ketajaman hati,
Saat dimana kita membebaskan diri dari rutinitas yang mengurangi kepekaan spritual,
Saat dimana kita melepaskan sejenak beban kehidupan yang selama ini kita pikul dan mungkin menguras stamina kita...
Kita memerlukan saat saat seperti itu...
Karena kita perlu membuka kembali peta perjalanan kita,
Melihat lihat jauhnya jarak yang telah kita tempuh,
Dan sisa perjalanan yang masih harus kita lalui,
Menengok kembali hasil hasil yang telah kita raih,
Meneliti rintangan yang mungkin menghambat laju pertumbuhan kita,
Memandang ke alam sekitar karena banyak aspek dari lingkungan strategis kita yang telah berubah...
Lailatul Qadar adalah anugerah yang luarbiasa, sesuai dengan makna namanya,
Malam dimana malaikat Jibril dan Tuhannya turun untuk mengatur segala urusannya (QS. 97:4),
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari 1000 bulan atau 83 tahun (QS. 97:3),
Bagaimana perasaan dan semangat kita jika pekerjaan satu hari diupah seharga 83 tahun?
Atau jika gaji kita adalah 1,5 juta, maka bekerja satu hari dalam hitungan Lailatul Qadar akan diupah 1,5 milyar?
Pasti setiap orang akan berdesak desakan di teras mesjid untuk beritikaf, sebagaimana mereka berdesak desakan untuk mendapatkan BLT di kantor pos atau sembako murah di jalan jalan. Subhanallah!
Maka Allah swt mengatakan...
“Belumlah datang saat bagi orang orang yang beriman untuk mengkhusyukan hati dalam mengingat Allah dan dalam menjalankan kebenaran yang diturunkan...dan hati hati mereka menjadi keras dan banyak dari mereka jadi fasik” (QS.Al-Hadid:16),
Beginilah akhirnya kita memahami mengapa Rasulullah saw mensunnahkan umatnya melakukan itikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan,
Itikaf dapat dijadikan persinggahan dalam pejalanan mencari kesejatian jiwa,
Itikaf akan melahirkan al-bashirah, yaitu cahaya didalam hati...
Jadi mari kita berhenti sejenak disini! Ber-itikaf...
Salam Ikhlas !
-------------------
Doa 10 hari terakhir di bulan Ramadhan:
“Allaahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annaa”
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku.
Catatan:
Dibaca setia saat di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, Mulai Senin Malam 21 Ramadhan / 30 Agustus 2010...Semoga Ramadhan kita lebih berkualitas dibandingkan tahun lalu
No comments:
Post a Comment