Hal yang menjadi pembuka khutbah singkat ini memang sedikit beda, mungkin sedikit saya ceritakan mengenai keadaan Bireuen selama setahun belakangan ini khususnya ketika Pilkada bulan Juni tahun lalu. Hal-hal yang biasa sudah tidak terbayang lagi selama 2 tahun belakangan ini mencuat di Kabupaten Bireuen. Terlebih masalah kriminalitas (pembunuhan, penembak misterius, perampokan, penculikan, dll) serta tindakan korupsi. Walaupun khutbah jum’at tidak boleh membawa nama-nama bernuansa politisi, namun sang khatib dengan sedikit bijak ikut mengomentari masalah kabupatennya sendiri dengan dasar yang berhubungan erat dengan agama.
Dengan nada yang sangat tegas dan lantang khatib mengingatkan banyak manusia yang berlaku ingkar antara sesama manusia karena hal-hal duniawi adalah mereka yang telah tertutup hatinya dan menganggap Allah tidak pernah melihat perbuatan dan pekerjaan mereka. (nauzdubillahi minzdalik)
Tema kali ini memang tidak begitu jauh dengan tema jum’at sebelumnya tentang kematian manusia serta pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Versi kali ini memang lebih fokus kepada akan nikmat dan syukurnya manusia terhadap waktu yang Allah berikan kepada manusia mulai dari hitungan besar (lama) sampai hitungan kecil (mili detik) begitulah kiranya.
Hal menarik yang dapat saya simpulkan dari khutbah jum’at ini bahwa manusia hidup dalam 3 waktu, sebagaimana Nabi bersabda dalam sebuah hadist yang artinya kurang lebih seperti ini, “Wahai sahabatku, kuberitahukan kepadamu bahwa kita ini diberikan Allah 3 waktu/hari dalam hidup ini. Hari pertama adalah hari kemarin yang sudah kita lalui, yang pasti kita tidak akan pernah berjumpa dengan hari itu lagi. Hari besok adalah hari yang kita akan jumpai besok dan tentunya hanya Allah yang maha mengetahui untuk hari besok itu. Dan yang hari yang ketiga adalah hari ini, hari dimana kita hidup pada saat ini. Lalu para sahabat pun bertanya, ya Rasulullah, apa yang harus kami lakukan untuk hari ini. Hanya satu yang Allah anjurkan adalah basahi mulut mu sampai berbusa dengan dzikrullah (Subhanallah, Alhamdulillah, Lailahaillallah dan Allahu Akbar).” Begitulah kurang lebihnya yang saya tangkap.
Namun, dibalik itu semua ternyata masih ada lagi hadits yang lain yang lebih mendetailkan waktu kita hidup di dunia ini dalam kuadran jam. Hampir sama seperti hadist di atas. Manusia itu hidup di antara 3 jam, dimana jam pertama adalah jam yang telah dilaluinya. Kemudian jam selanjutnya adalah yang belum dilaluinya kedepan. Dan jam yang terakhir adalah jam yang sedang dilaluinya sekarang.
Tidak hanya sebatas jam ternyata saudaraku yang seiman dan seaqidah, manusia juga hidup diantara 3 nafas yang dihirupnya setiap hari. Sungguh kekuasaan Allah itu sangat luar biasa untuk memberikan perhatian kepada manusia agar selalu ingat kepada-Nya. Namun, sayang kita ini sering melupakan-Nya dan khilaf.
Kalau dibayang memang kita tidak kan pernah berkurang rasa syukur ini terhadap-Nya bila tiap nafas yang kita hirup ini akan selalu berlalu dan tidak akan terulangi lagi. Belum lagi nafas selanjutnya yang akan kita hirup, dan belum tentu juga nafas yang kita hirup selanjutnya masih dizinkan Allah untuk kita.
No comments:
Post a Comment