Sedangkan Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menjelaskan makna “kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat” artinya, “Hati tersebut hidup dan mempersaksikan bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah.” Sementara Mujahid dan Al-Hasan menerangkan bahwa makna hati yang selamat yaitu bersih dari syirik. Sa’id bin Al-Musayyib melengkapi bahwa makna hati yang selamat adalah hati yang sehat; yaitu hati seorang mukmin, karena hati orang kafir dan munafik adalah hati yang sakit. Sebagaimana hal itu Allah sebutkan (dalam ayat yang artinya), “Di dalam hati mereka terdapat penyakit.” (QS. Al-Baqarah : 10). Sedangkan Abu Utsman An-Naisaburi mengatakan, “Hati yang selamat itu adalah hati yang bersih dari bid’ah dan merasa tentram di atas As-Sunnah.” (lihat Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 6/48).
Karakter hati yang selamat
Syaikh As-Sa’di rahimahullah menyebutkan beberapa karakter/ciri hati yang selamat; yaitu hati tersebut diisi dengan : keikhlasan, ilmu, keyakinan, kecintaan kepada kebaikan dan menganggap kebaikan itu sesuatu yang indah di dalam hatinya, keinginan dan kecintaannya senantiasa mengikuti apa yang Allah cintai, begitu pula hawa nafsunya tunduk mengikuti ajaran yang Allah berikan (lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 593).
Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa hati tidak akan benar-benar bisa selamat kecuali jika terbebas dari lima hal; [1] syirik yang memupuskan tauhid, [2] bid’ah yang menyimpangkan dari As-Sunnah, [3] menuruti keinginan nafsu yang membuat berpaling dari perintah (syari’at), [4] kelalaian yang membuat dzikir terbengkalai, [5] hawa nafsu yang mengikis kemurnian ibadah dan keikhlasan (lihat Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hal. 138. Cet. Dar Al-Aqidah).
Sebagian orang bijak mengatakan, “Bukankah apabila orang yang sakit itu dihalangi dari makan dan minum serta tidak mengkonsumsi obat maka dia akan mati?”. Mereka (teman-temannya) menjawab, “Benar.” Lalu dia mengatakan, “Maka demikian pula hati; apabila ia terhalangi dari memperoleh ilmu dan hikmah selama tiga hari niscaya hati itu juga mati.” (lihat Al-’Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 144).
==== Salam Sabar ===
No comments:
Post a Comment