SUMBER : KORAN REPUBLIKA EDISI HARI SELASA, 27 JULI 2010
OLEH : MUHAMMAD ALIFIAN
Kamis, 5 Agustus 2010, 08.09pm WIB
Ketika ajal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam semakin dekat, beliau memanggil para sahabatnya ke rumah istrinya, Aisyah RA. Rasulullah bersabda, “Selamat datang kamu semua, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengasihi kalian.”
“Aku berwasiat kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta mentaati segala perintah-Nya. Sesungguhnya hari perpisahan antara aku dengan kalian hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menempatkannya di surge. Kalau ajalku telah sampai , maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya.”
“Setelah itu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri, apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih.”
“Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu meletakkanku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu, kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian malaikat Jibril as, diikuti malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang terakhir adalah malaikat Izrail beserta para pembantunya.”
“Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara kelompok bershalat ke atasku.”
Para sahabat tak dapat membendung tangisnya mendengar ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam yang sangat mengharukan itu. Mereka berkata, “ Ya Rasulullah, engkau adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami semua. Selama ini engkau telah memberi kekuatan kepada kami dan sebagai penguasa yang mengurus perkara kami. Apabila engkau sudah tiada, maka kepada siapa kami nanti harus bertanya di setiap persoalan yang timbul?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menjawab, “Dengarlah wahai sahabat-sahabatku, aku tinggalkan kepada kalian semua jalan yang benar dan jalan yang terang. Dan aku tinggalkan kepada kalian dua penasihat, yang satu pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu ialah AlQur’an dan yang diam itu ialah maut.”
“Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit diantara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada AlQur’an dan Hadist. Sekiranya hati kalian itu berkeras, maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari maut.”
No comments:
Post a Comment