Pentingnya Saling Ingat Mengingatkan dan Menyampaikan

PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...

waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun

[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin

[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Friday, August 6, 2010

Satu Kata Berjuta Makna (1)

Gak nyambung bicara dengan pasangan?
Sebel karena maksud hati tak kunjung sampai?

Jangan langsung pasang ancang-ancang untuk bertengkar, tapi tengok dulu penggunaan kata dan kalimat yang kita gunakan. Jangan-jangan hubungan dengan si dia jadi sering ‘korsleting’ gara-gara kita salah pilih kita dan kalimat dalam berbicara. Misalnya saja;

1. SERING MENGGUNAKAN KATA DAN KALIMAT YANG BERLEBIHAN

Suami meletakkan handuk bekas pakai di atas tempat tidur, padahal basahnya bakal mengotori seprei yang sudah rapi.

Lalu sang isteri berkata, “Kamu SELALU saja bikin aku kesal. Kamu SELALU taruh seprei di kasur meskipun aku sudah SEJUTA kali bilang, habis dipakai, handuk ya dijemur dong! Tapi kamu memang GAK PERNAH mau dengar sih, kalau aku bicara.”

Wah, wah, wah, siapa tak panas dituding SELALU salah? Jangan heran kalau kesalahan malahan bisa berulang, karena, kan ‘sudah’ SELALU terjadi. Bukan tak mungkin saking kesalnya, pasangan malah jadi ngeyel dan berpikir, “Ya sudah, kenapa ribut, kalau memang aku SELALU begitu, sudah biasa dong.” Nah lho.

2. SERING MENGGUNAKAN KATA DAN KALIMAT YANG MENUDUH

Pagi-pagi, sebelum ke pasar, isteri sibuk mencari dompet di atas meja rias. Dalam keaadaan bingung, sang isteri bertanya pada suami, “Ayah, lihat dompet aku gak?”

Sambil meneruskan membaca koran, dengan enteng suami berkata. “Makanya, kalau naruh barang itu yang bener. Jangan digeletakin sembarangan. Kalau hilang bagaimana. Sekarang, sudah mau berangkat, jadi repot sendiri kan, dompet gak ketemu.”

Menyudutkan orang lain memang mudah, kadang malah bisa jadi pelarian untuk bebas dari tanggungjawab. Tetapi, dituding lalai, apalagi saat isteri sedang minta bantuan atau dukungan, tentu tidak akan memunculkan solusi.

Kenapa yakin isteri lalai meletakkan dompet sembarangan, bukan sekedar lupa karena sejak pagi sibuk dengan kegiatan rumah tangga?

Kalau sedang sibuk dan lelah, isteri bisa saja terpancing emosinya dan menjawab dengan gaya no. 1, “Ibu kan sibuk bikin sarapan, ngurusin anak-anak, nyiapin pakaian. Wajar dong kalau ibu lupa. Ayah bukannya bantuin malah ngomong saja bisanya.”

No comments:

Post a Comment